Tuan Miliarder

Tuan Miliarder

Awal mula

Cantik, berprestasi dan memiliki pekerjaan terhormat. siapa lagi jika bukan Calya Ainsley Paolo. gadis yang penuh dengan kejutan, ia bisa melakukan segala hal. hanya saja ia selalu terbatasi oleh pekerjaan nya.

Ia seorang dokter ahli bedah muda di salah satu rumah sakit ternama. paras nya yang cantik rupawan selalu memikat setiap mata yang memandang. berjuang di tengah kabut gelap yang menimpa keluarga nya. ibunya kini telah berpulang kepangkuan tuhan akibat tabrakan beruntun yang terjadi sepuluh tahun lalu. sementara ayahnya bernama Paolo, pria itu mengidam penyakit jantung yang parah akibat kecelakaan 10 tahun lalu. selama dua tahun ini pria itu hanya terbaring di atas brankar rumah sakit. menunggu pendonor jantung yang cocok dengan nya.

Selama dua tahun Calya mencari jantung yang tepat untuk sang ayah, namun ia selalu terbatasi oleh dana kala itu, juga donor jantung yang tidak cocok. semakin lama penyakit sang ayah semakin memburuk, hingga ia harus secepatnya mencari pendonor yang cocok jika tidak ini akan fatal. sudah cukup ia kehilangan satu malaikat dalam hidupnya, ia tak akan bisa berdiri dengan kokoh jika harus melihat kepergian malaikat nya, lagi.

Demi mendapatkan pekerjaan yang menghasilkan uang yang banyak, Calya merelakan masa muda nya dengan belajar dan mengejar mimpinya. ia harus menabung sedikit demi sedikit. akhirnya dengan terpaksa ia harus tinggal bersama paman nya, beliau seorang dokter lebih tepatnya kepala rumah sakit di mana Calya juga bekerja. sejauh ini pria itu lah yang membantu Calya bersekolah.

Tinggal bersama mereka tentu bukan satu hal yang mudah, paman nya memang sangat baik tidak perlu di ragukan. hanya saja istrinya, ia selalu memperlakukan Calya dengan buruk. merampas uang miliknya atas dasar balas Budi. ia memperhitungkan setiap beras yang Calya makan, setiap air yang di pergunakan serta setiap pengeluaran yang di keluarkan suaminya untuk pendidikan Calya.

Ingin rasanya gadis itu berteriak, ia sudah sangat lelah. lelah hati, lelah fisik dan lelah fikiran. ia harus bekerja demi sang ayah dan ia juga harus bersabar menghadapi sikap bibi dan adik sepupu perempuan nya yang selalu menganggap nya beban dan musuh di rumah itu. mereka selalu menginjak injak harga dirinya.

Sempat terbesit di pikiran Calya untuk keluar dari rumah itu, namun paman nya selalu mencegah. pria itu mendapat amanah besar dari ayahnya untuk merawat dan memperhatikan Calya. ia merasa bertanggung jawab atas Calya, bagaimana pun gadis itu adalah anak kandung kakak laki lakinya.

Hanya saja selama ini pria itu tak tau prilaku buruk istri dan anak nya terhadap Calya karena pria itu selalu ke luar negri untuk bertugas, ia dokter yang sangat terkenal. tanpa ia tau di rumah istri dan anak nya terus menghina, menyakiti serta memukuli Calya ketika gadis itu berjalan tak sesuai yang mereka inginkan. waktu itu Calya masih berusia muda, ia hanya bisa bersabar. juga ia tak tau harus pergi kemana jika kabur dari sana.

Kini gadis itu telah dewasa ia sudah memiliki hak nya, ia sudah tidak tahan di perlukan sangat tidak manusiawi oleh bibi dan adik sepupu nya itu. seperti saat ini, ia di perlukan layaknya anjing peliharaan yang bisa mereka tarik ulur.

Menyodorkan sepiring nasi sisa kepada nya dengan tatapan menghina. "Makan itu! hanya itu yang tersisa untuk mu." Ujar bibi nya yang bernama Fiona.

Calya diam, dari pada memakan itu ia lebih baik berpuasa untuk hari ini. "Hah! tinggi sekali harga dirimu. tinggal menghitung hari, kau akan menjadi sebatang kara."

Calya terus meredam emosi dalam dirinya. namun Fiona tak pernah diam ia kembali mengucapkan kalimat kebencian lagi dan lagi. "Kau dan ayah mu itu hanya pengacau--"

"Apa salah kami?." Habis, sudah habis kesabaran nya. tatapan yang semula tertunduk kian menantang, dengan berani menatap lekat dengan manik yang penuh dendam.

"Wow bravo, ibu sekian lama gadis murahan ini akhirnya angkat bicara." Sepupunya bertepuk tangan dengan keras, gadis itu bernama Callista.

"Kau tau di mana kesalahan mu dan kesalahan keluarga mu?." Fiona mengambil segelas air dan menumpahkan nya di atas kepala Calya membuat gadis itu basah. "Kalian mengacaukan keluarga ku. putri ku kehilangan kasih sayang dari ayahnya karena terlalu fokus terhadap kau dan impian mu. hingga mengubur mimpi dari putri nya sendiri."

Itu tidaklah benar, paman Gabriel selalu berprilaku adil. saat mereka ingin menentukan akan menjadi apa, ia bertanya satu persatu. Calya memilih sebagai dokter sementara Callista gadis itu tidak memilih apa pun. ia ingin menjalani hidupnya dengan bebas tanpa harus terikat dengan pekerjaan. apakah itu yang di katakan mengubur mimpi dari anak nya? memang nya apa mimpi dari gadis itu? bukan kah gadis itu yang tidak memiliki impian.

Calya beranjak, ia bosan sekarang. "Kau dan ayah mu itu hanya bisa menyusahkan suamiku. setiap hari aku selalu berdoa agar Tuhan mencabut nyawa nya." Tutur Fiona dengan lantang, seketika langkah Calya terhenti. ia benci mendengar kalimat itu, emosi yang susah payah ia redam kian melangit.

Mengambil gelas kaca di atas meja, Calya melempar nya ke lantai rumah hingga menjadi beberapa serpihan kecil. "Kau fikir hanya kau yang membenci ku, aku jauh lebih membenci mu. mendoakan setiap hari agar Tuhan cepat cepat mencabut nyawa mu." Sarkas Calya membuat kedua wanita di hadapannya terdiam. ia pun segera keluar dari rumah itu dengan membanting pintu keras.

Air matanya menetes ia hanya ingin menatap wajah teduh ayahnya sekarang. duduk di depan ayahnya yang terbaring lemah. ia hanya bisa menangis dalam diam. tanpa sadar tangan ayahnya tergerak menepuk pucuk kepala nya, pria itu terbangun dari tidur.

Dengan segera Calya menghapus air matanya. "Ada apa nak? kau sudah tidak tahan?." Calya menggeleng keras.

"Tidak, Calya hanya sedih belum mendapatkan pendonor untuk ayah." Pria itu tersenyum hangat ia tau beban putri nya sangat berat membuat bahu itu terlihat turun tak kokoh seperti sebelum sebelumnya.

"Maafkan ayah." Calya menggeleng. "Ini bukan salah ayah, tuhan yang berencana."

Saat malam tiba Calya pun pulang ke rumah itu, lagi. matanya melotot tatkala melihat pakaiannya telah berserakan di halaman rumah. bergegas cepat memunguti pakaian tersebut. ia tersenyum miring, akhirnya. akhirnya setelah penantian panjang ia di usir dari rumah ini. masalah paman Gabriel itu adalah hal mudah, ia bisa mengatasinya nanti.

Ibu dan anak itu keluar dari dalam. "Pergi kau! kami sudah tidak membutuhkan mu lagi."

"Huh." Calya menghela nafas panjang. setelah nya ia tersenyum lebar. "Akhirnya, akhirnya aku keluar dari penjara ini. thank you so much." Setelah merapihkan kopernya ia pergi tanpa menatap ke belakang.

Tujuan nya? tentu saja ke apartemen Pamella sahabat terbaik nya mulai ia duduk di bangku sekolah menengah atas. jika bertanya apa pekerjaan gadis itu. ia adalah seorang penari tiang di salah satu club malam. tapi gadis itu tidak menjajankan tubuhnya. ia hanya menari membuat pria pria di sana panas dingin melihat nya.

Begitu pintu terbuka senyum Pamella mengembang lebar apa lagi tatkala melihat koper besar di tangan Calya. "Kau terbebas dari penjara hari ini?." Calya mengangguk gadis itu terlihat sangat senang dan memeluknya erat.

"Akhirnya." Ia pun mempersilahkan Calya masuk ke dalam.

Di sisi lain, di kediaman keluarga besar Emilio. Axel si tampan itu tengah berbaring di pangkuan ibunya membuat sang Daddy merasa sangat cemburu. ia terus mengerutkan bibirnya tatkala sang istri mengecup pipi Axel.

"Momy kenapa suamimu itu sangat cemburuan." Ingrid mengendikkan bahunya. "Tidak tau, tanya saja kepada Daddy mu."

Alex menendang kaki putra nya itu. "Kapan kau akan menikah, kau sudah sangat tua." Lagi, untuk kesekian kalinya Alex menyinggung itu. ia ingin si pengganggu itu segera pergi dari rumah sehingga tak mengganggu nya untuk bermanja-manja.

"Dad walaupun aku tua aku tetap terlihat tampan. benarkah momy."

"Tentu."

"Akhirnya aku merasakan keresahan yang dulu di rasakan orang tua ku ketika aku menolak untuk menikah." Axel menatap Daddy nya itu. "Jadi dad merasa terpaksa menikahi momy?."

"Itu dulu!."

"Lagi pula kenapa momy ingin menikahi pria seperti Daddy, hanya merepotkan masa tua saja."

"Apa kata mu!."

"Sutttt apa tidak bisa dalam satu hari saja tidak perlu berdebat!." Ingrid melerai membuat keduanya menutup mulut rapat rapat.

"Sory momy."

"Maaf sayang."

Ingrid memutar bola matanya jengah. " Oma calei menelpon momy, kami akan pergi--"

"Kemana?." Ujar keduanya bersamaan. ya, kedua pria ini tak bisa jauh jauh dari Ingrid. "Ke California."

"Aku ikut." Lagi lagi keduanya berujar serentak.

"No! satu dari kalian pun tidak ada yang boleh ikut. momy hanya pergi dengan Oma calei dan Felisiya."

"Ah momy tidak adil, kenapa lisiya boleh ikut sementara aku tidak boleh."

"Aku setuju, kenapa kami tidak boleh ikut?."

Mata Ingrid melotot. "Memang nya kenapa kalian harus ikut?."

Axel dan Alex saling melirik. bertanya apa alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan itu. "Awas, momy akan meriksa Felisiya apakah dia sudah pulang atau belum. pikiran kenapa aku harus membawa kalian berdua."

Setelah kepergian Ingrid, Axel dan Alex saling bertatapan. "Kau menggunakan alasan apa?." Tanya Alex kepada putranya itu.

"Tidak perlu tau." Ia segera menelpon sekretaris nya.

"Nuh, kapan jadwal ku ke California?."

Pemuda bernama Nuhan itu sedikit berfikir sebelum menjawab. "Lusa pak."

"Apa tidak bisa di percepat?."

"Oh tentu pak."

"Terimakasih." Axel tersenyum miring, dia sudah memiliki alasan yang tepat. Alex hanya mengendikkan bahunya acuh ia tidak perlu repot cukup mengatakan tak bisa tidur tanpa Ingrid wanita itu akan mengerti. sesimpel itu alasan nya.

Malam nya ketika seluruh keluarga akan makan malam bersama, Ingrid melirik Axel ia sedikit memikirkan perkataan suaminya berhari hari lalu. yang mengatakan bahwa Axel sudah cukup usia untuk menikah.

"Momy merasa sedih hari ini." Sontak Alex,Axel dan Felisiya menatap. sendok yang akan mendarat di mulut pun kembali di letak ke atas piring.

"Semua teman teman momy sudah memiliki cucu dan menantu. momy juga ingin memiliki cucu." Alex menatap Axel begitu juga dengan Felisiya.

Axel yang di tatap hanya mengendik. "Aku tidak akan menikah, momy nikahkan saja Felisiya dengan siapa pun. atau buat sayembara." Wajah Felisiya merenggut mendengar penuturan kakaknya.

"Aku belum cukup umur kak."

"Why? momy saja menikah di usia muda. seharusnya kau mengikuti langkah momy." Gadis cantik itu semakin cemberut. apa apaan Axel menyuruh nya untuk menikah.

"Setelah kau menikah buat anak yang banyak, karena aku tak berproduksi." Tatapan Ingrid menajam, apakah anak laki lakinya benar benar tidak akan menikah? sadar akan tatapan momy nya Axel segera terdiam.

"Momy Axel tidak ingin menikah."

"Tapi aku menginginkan cucu dari mu! Felisiya terlalu muda untuk menikah momy tidak mengijinkan. kau sudah cukup umur Axel."

Wajah Axel memelas. "Tapi aku tidak ingin menikah."

Alex hanya diam, ini momen yang sangat ia tunggu tunggu. hatinya berteriak, akhirnya pengganggu itu akan pergi dan tak lagi mengacaukan nya.

"No! kau harus menikah. jika momy sudah tua nanti siapa yang akan mengurus mu. momy tidak mau terbebani untuk itu."

"Tapi Axel sudah dewasa momy."

"Kalau sudah dewasa segera menikah! kalau kau tidak menemukan pasangan mu, momy yang akan cari." Entah di mana pun pasti akan di cari. karena ia tak memiliki pilihan, semua anak teman teman nya dan teman teman Alex berjenis kelamin laki-laki. jika ada pun perempuan pasti usianya terpaut sangat jauh dan sangat muda dari Axel.

"Ok, jika ada yang seperti momy, yang secantik momy, dan seluruh sikapnya persis seperti momy akan Axel nikahi hari ini juga."

Alex memberi gerakan mengunci mulut kepada putrinya. mereka tidak boleh ikut campur urusan ini. biarlah mereka berdua saja yang saling berdebat.

"Tidak bisa seperti itu Axel! mana ada manusia yang sama persis."

"Kalau begitu aku tidak akan menikah."

"Impossible." bisik Alex pelan.

"Sudahlah momy masih ada dia yang bisa memberikan momy cucu yang banyak. lagi pula aku benar benar tidak tertarik untuk menikah."

"Kalau begitu menjauh dari momy." Axel terdiam lama, ia tidak bisa menerima tantangan itu. akhirnya ia memilih diam, jika di lanjut kan yang ada momy nya akan murka. lebih baik diam dan coba untuk berbicara lagi nanti.

Meja makan menjadi hening, Ingrid memberikan tatapan menusuk kepada Axel. ia membanting piring nya dan beranjak. sudah tidak berselera untuk makan. melihat itu Alex dan Felisiya hanya menatap Axel sambil mengendikkan bahunya.

"Kau membuat momy mu marah." Ujar Alex kemudian.

"Ayolah Daddy pujuk momy, aku benar benar tidak ingin menikah. apa bagusnya pernikahan."

"Sory boy aku tidak bisa membantu mu." Axel segera beranjak dari tempat nya duduk. menyusul momy nya di kamar. wanita itu pasti sedang kesal sekarang.

Sementara Alex ia menatap Felisiya. "Kau jangan coba ikut ikutan, nanti Axel menyudutkan mu dan menjadikan mu bahan untuknya melarikan diri. dia sangat pandai membujuk momy nya itu, jangan sampai kau yang di suruh menikah setelah ini."

"Daddy aku tidak siap untuk menikah."

"Maka dari itu jangan pernah ikut campur. Kita lihat saja apa yang akan terjadi."

"Tentu saja kakak akan mengalah, mana bisa dia hidup tanpa bercakapan dengan momy. setengah hari saja momy memusuhi nya dia akan terkapar seperti ikan tanpa air."

"Maka dari itu kita tidak boleh ikut campur." Felisiya mengangguk paham.

see you in the next chapter guys👋

Terpopuler

Comments

Onie Lestary

Onie Lestary

akoh nunggu ampe tamat deh lanjut baca, biar gak mati pinisirin 😁aku padamu thor..smangat terus dalam berkarya 💪❤

2022-08-25

1

Diana Susanti

Diana Susanti

first🥇🥇🥇 lanjuuuuut kak👍👍👍

2022-01-07

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!