Membalas Ciuman

Ini adalah hari kedua Ingrid mengacuhkan Axel. pemuda itu sangat tak bergairah. ia pun mendatangi Ingrid lagi dan lagi. Alex melirik putra nya itu sekilas. setelah nya ia tersenyum tipis.

"Momy." Lirihnya.

"Keluar, jangan masuk ke kamar ku." Wanita itu segera pergi meninggalkan Axel di kamar.

Oma Hany berkunjung ke mansion Alex. besok adalah hari yang sangat bersejarah bagi mereka. hari berpulang nya Oma buyut, tujuh tahun lalu. wanita itu meninggal dalam keadaan tersenyum bahagia, ia merasa keluarga nya sangat lengkap. hari hari yang ia lalui bersama Axel sangat cukup untuk menjadi ingatan yang menyenangkan.

Oma buyut adalah power terbesar bagi Axel dalam memborong mainan edisi terbaru. jika Oma yang membeli maka ibunya tak bisa menolak apa lagi marah. maka dari itu setiap mainan edisi terbaru nya keluar Axel akan laporan terlebih dahulu kepada Oma buyutnya.

Hany menghampiri Felisiya yang sedang menonton TV. "Hei."

"Oma....." Berhamburan kepelukan Hany gadis itu cukup merindukan Oma nya ini. Karna wanita itu baru saja pulang dari Belanda.

"Di mana momy dan Daddy mu?."

"Ada di kamar, lisiya akan panggil." Baru saja akan beranjak Ingrid terlihat menuruni anak tangga. "Itu momy."

"Ingrid." Sapa Hany dengan senyum lebarnya. mata Ingrid membulat, ia sangat merindukan wanita itu. "Momy, kapan sampai. di mana Daddy."

"Dia beristirahat di rumah. momy sampai kemarin malam, Alex tidak memberitahu." Ingrid menggeleng.

Tak berapa lama Axel turun dengan wajah murung nya, dia akan kembali ke kantor untuk bekerja. "Axel?." Hany menyapanya, pemuda itu terlihat tak bergairah.

"Hai." Balasnya singkat. hal itu membuat Hany bertanya tanya. "Ada apa dengan nya? kenapa aku merasa suasana mansion ini lebih hening tak seharmonis dulu?."

"Momy sedang kesal dengan kak Axel Oma, dia tidak ingin menikah seumur hidupnya." Sontak Hany tertawa mendengar aduan cucu perempuan nya. "Axel sama persis seperti Daddy mu, dia juga tidak ingin menikah dulu."

"Tapi kak Axel itu sangat aneh. dia hanya akan menikah dengan gadis yang sama persis seperti momy. aneh kan Oma?." Hany mengangguk dengan tawa nya.

Calya baru saja mendarat di tanah air, dua hari lalu ia berangkat menuju Singapura. mengecek pesan masuk, ternyata teman teman sekolah nya mengajak untuk reuni tahunan. ia sangat malas, lebih tepatnya menghindari acara itu. ia selalu menolak undangan reuni itu terang terangan.

Tak berapa lama, Calya mendapat telpon itu adalah dokter yang merawat ayahnya. "Ya dokter?."

"Calya kondisi ayahmu memburuk."

Deg

Seperti tersambar petir, hatinya terasa tercubit. "A-apa seburuk itu?."

"Tidak, mari berbicara di ruangan Ku. kau sudah sampai di tanah air?."

"Ya dokter, aku akan sampai sebentar lagi."

"Ok ku tunggu selesai makan siang."

Calya bergegas menuju rumah sakit. terhitung baru saja beberapa hari lalu ia mengunjungi ayahnya. kenapa keadaan sangat mudah untuk berubah.

Sekitar setengah jam ia pun tiba di rumah sakit. bergegas menuju ruangan ayahnya. Calya terpaku melihat pria paruh baya itu. seperti nya ia sedang tidur. "Tolong jangan seperti ini, aku hanya memiliki mu." Gumamnya.

Selesai makan siang Calya pun segera mendatangi ruangan dokter Steven. dia adalah dokter muda yang sangat mencolok di rumah sakit ini karena paras nya yang tampan. setelah di persilahkan untuk duduk, Calya pun memulai pembicaraan.

"Bagaimana dokter?."

"Sudah sangat parah, kita harus melakukan penanganan cepat. apa belum menemukan pendonor yang cocok?." Dokter Steven sebenarnya berat untuk mengucapkan hal itu, karena ia tau gadis ini memiliki banyak beban yang ia pikul. ayahnya selalu bercerita padanya jika ada kesempatan.

Calya menggeleng. "Aku belum menemukan nya." Menunduk sedih.

"Bersabarlah aku akan coba bantu."

"Terimakasih dokter."

Sepulang nya menuju apartemen Pamella Calya hanya bisa bersedih hati. saat lift terbuka ia melihat bibi dan sepupu nya tengah menunggu di pintu apartemen Pamella. untuk apa mereka datang begitulah kira kira yang ia pikirkan.

"Ibu itu dia." Ujar gadis itu kemudian.

"Ada apa?."

Fiona tersenyum miring. tangan nya mengadah ke arah Calya. "Kau masih harus membayar hutang Budi mu kepada kami, setiap bulan."

Calya menarik nafas panjang. "Uang? aku tidak punya uang. jika pun ada aku tidak bisa memberi nya sekarang. aku harus membayar donor jantung untuk ayah ku."

"Apakah aku terlihat peduli?." Calya terdiam, mereka memang bukan manusia. "Setiap bulan kau harus membayar sebesar dua juta rupiah. mengerti. kami akan datang lagi nanti bye."

Calya mengusap wajahnya gusar. "Kenapa mereka sangat tak memiliki hati nurani."

Sore menjelang malam Calya dan Pamella duduk di atas sofa. gadis itu akan pergi ke club malam seperti biasa. "Omong omong kau ikut reuni malam ini?." Tanya Pamella.

"Reuni? di mana?."

"Club tempat ku bekerja."

Calya mengangguk kecil. "Nanti ku pikirkan."

"Ok, aku pergi dulu germo sudah menelpon ku tadi."

"Hmm hati hati."

Setelah berfikir lama entah apa yang terlintas di pikiran Calya. malam ini di tengah gelap nya kabut masalah yang menimpa membuat nya Memutuskan untuk menghadiri acara reuni yang selalu ia tolak selama bertahun-tahun.Bertemu dengan teman teman yang selalu memancing nya untuk keluar dari warna cerah yang kian mendominasi. hingga membuat jiwa gelap nya tertantang.

Di tengah gemerlap nya cahaya lampu, ruang yang di penuhi bau alkohol, serta beribu manusia yang sibuk menggoda dan menari di lantai bawah. Calya duduk di meja bundar tepat di mana teman teman nya berkumpul.

"Aku sangat terkejut melihat mu datang." Ujar salah satu teman nya.

"Ya, aku hanya ingin." Tersenyum tipis.

"Aku selalu penasaran dengan mu, apakah gadis baik dan secantik mu tidak memiliki nafsu." Ujar Luke kepada Calya, ya dia memang selalu memancing Calya. ini lah faktor terbesar Calya malas menghadiri reuni bersama mereka.

"Dia siswi terpintar dan memiliki prestasi sana sini, dia terlalu membosankan untuk bermain panas." Tutur teman nya yang lain. Calya merasa kesal, apakah tidak ada topik yang lain selain membahas dirinya.

Tak berapa lama seorang gadis berpakaian sexy datang, dia adalah Pamella seperti yang sudah di ketahui dia penari tiang di club ini. teman terdekat Calya sekaligus orang yang sangat tau seluk beluk kehidupan Calya. hanya dia yang tau bagaimana sifat teman nya itu.

"Oh dari pada Calya aku lebih memilih Pamella, dia tidak secantik Calya tapi cukup untuk memuaskan ku."

"No dude aku tidak serendah itu." Ia pun menjatuhkan bokong nya di sebelah Calya. "Akhirnya kau datang." Gadis itu menjawab dengan menganggukkan kepalanya.

" Jangan terpancing." Bisik nya di telinga Calya pelan.

Lagi lagi mereka menyodorkan gelas berisikan alkohol kepada Calya, bahkan ketika mereka tau gadis itu tidak meminum alkohol. "Minum lah."

"Tidak, aku tidak minum alkohol." Luke berdecih gadis itu terlalu naif. Mereka pun mencoba untuk terus memancing kesabaran calya. Hingga gadis itu geram dan keluar dari zona aman nya. apa lagi ia sangat sensitif sekarang karena fikiran nya sangat rancu. Luke terus menyodorkan minuman beralkohol tersebut membuat Calya kesal.

"Oh menyebalkan!." Tuturnya dengan tatapan sinis. "Apa yang kau inginkan Luke? Why?." Pemuda itu terlihat tersenyum penuh arti.

"Aku tau kau tidak sepolos itu, ayolah. Ku tantang kau." Mata Luke terarah kepada Pamella. "Siapa pemuda paling di minati di sini, oh siapa orang yang mampu membuat mu mengemis dan merendahkan diri di tempat ini Pamella."

"Jangan memancing nya Luke." ujar Pamella.

Pemuda itu mendesah."oh tuhan, sudahlah kawan dia juga harus menikmati kehidupan ini dengan panas."

Calya yang sudah sangat tertantang pun menarik gelas yang di sodorkan Luke, ia meminumnya dalam satu tegukan. satu gelas, dua gelas, tiga gelas. Luke terus menuangkan minuman tersebut. hingga Pamella mencegah. "Sudah cukup."

Calya yang cukup mabuk dan geram segera membuka suara, yang membuat teman teman nya melotot. "Katakan Pamella, ku turuti keinginan nya." Luke tersenyum puas.

Pamella merasa ini terlalu berbahaya, ia pun segera memutar pikiran memilih orang yang sangat tak mungkin untuk di gapai namun di puja oleh setiap wanita. "Dia." Menunjuk ke meja di sisi mereka, terdapat beberapa pemuda berjas di sana.

"Dia adalah Axel Devo Emilio, jika dia membalas ciuman mu maka kau hebat. Sejauh ini Axel tidak pernah membalas ciuman dari gadis manapun. Siapa pun dan apa pun itu." Ujar Pamella berharap gadis itu mengurungkan niatnya untuk memenuhi tantangan Luke, ia pun memberikan sedikit kata kata mengerikan. "Dia juga cukup mengerikan menurut beberapa orang."

"Ayo bermain panas di pangkuan nya." Ujar Luke, ia tau gadis itu tak akan berani dan mengurungkan niatnya. namun kali ini, ia tercengang.

Dengan nekat Calya meneguk satu gelas wine lalu meletakkan gelasnya sedikit membanting. Ia beranjak dan berjalan dengan lunglai menuju pemuda itu. Cukup tampan menurut nya, namun pemuda itu bukan lah keriterianya.

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun Calya menarik wajah pemuda itu lembut, mengelus rahangnya yang terlihat sangat tegas. Awalnya Pemuda itu terkejut tetapi mendapatkan perlakuan Calya yang lembut ia terbawa suasana. Ini adalah kali pertama dalam hidup seorang Axel membalas sebuah ciuman seorang gadis, apa lagi ini adalah gadis asing.

Pemuda itu terlihat tak ingin ketika Calya akan melepaskan tautan keduanya. ia pun menahan tengkuk Calya agar tak menjauh. Sementara di meja mereka, mata Pamella sudah melotot. Ini adalah kali pertama ia melihat Axel membalas ciuman seorang gadis. Bahkan gadis asing yang tidak ia kenal. Mata teman teman Axel juga turut melotot, bagaimana tidak teman nya itu terlihat sangat menikmati ciuman tersebut.

" Right, kau puas Luke. Oh menyebalkan!." Ujar nya sedikit berteriak agar teman teman nya itu mendengar. Sementara pemuda yang baru ia cium hanya menatap nya dengan tatapan yang, ah tidak bisa terbaca dengan baik.

Calya menarik beberapa lembar tisu yang tersedia di meja. Menarik wajah Axel dan mengilap bibir nya yang terlihat sangat basah. wajah keduanya berada di jarak yang dekat. "Tolong maafkan aku." Tutur nya dengan senyum yang sangat manis, setelah itu Calya melenggang keluar dari club. Mendatangi acara reuni memang bukan lah keputusan yang benar sedari awal.

Ia pun pergi di susul dengan Pamella yang terlihat sangat senang. ia begitu girang. saat Pamella memasuki apartemen, ia mendapati Calya sedang berganti pakaian. "Luar biasa, ini sangat menakjubkan."

Calya meliriknya. "Apanya?."

"Calya kau tercatat dalam sejarah Emilio sebagai gadis yang pertama kali mendapat kan balasan dari tuan muda Emilio."

Calya mengendikkan bahunya. "Siapa itu Emilio, aku tidak kenal. juga tidak terkenal." Pamella memukul kepala Calya pelan. hanya manusia bodoh yang tak mengenal keluarga Emilio.

"Kau tidak tau? hidup di mana kau selama ini?."

"Memang nya kenapa?."

Pamella menarik nafas dalam-dalam sebelum menjelaskan. "Keluarga Emilio itu adalah keluarga terpandang, kekayaan nya tak akan habis turun temurun. tiga hal yang mustahil di dunia ini, kuasa tuhan, ketetapan Tuhan, dan menolak Axel Devo Emilio. tidak ada gadis yang akan menolak pemuda itu."

"Oh ya?." Calya mengendikkan bahunya acuh.

"Kau tau, jika bisa menjadi kekasih tuan Axel apa pun yang ada di dunia ini bisa kau miliki." Calya terdiam beberapa saat. kemudian ia menggeleng. "Aku tidak tertarik dengan cerita mu."

"Astaga kau ini, banyak sekali gadis yang memuja nya Calya, semua orang ingin masuk ke dalam keluarga nya. mereka benar benar kaya."

"Lalu aku harus apa kalau mereka orang kaya?."

"Huh kau memang sulit di ajak membahas sesuatu yang seperti ini. kau tau, tuan Axel itu sangat sombong, dia selalu menolak gadis gadis asing yang mendekat kepada nya. tapi kau, dia tidak menolak mu."

"Aku tidak mengerti."

"Calya sering sering lah berkunjung ke club itu. mana tau nasib baik datang pada mu, sehingga tuan muda itu menjadikan kau....." Ia tersenyum penuh arti. "Oh tuhan oh tuhan, aku tidak bisa membayangkan memiliki teman yang menikahi keluarga Emilio."

"Kau sehat?." Pamella terlihat berdecih.

"Calya kau itu Cantik, sangat mungkin jika tuan Axel menyukai mu."

"kau terlalu kolot, tidak ada yang di namakan cinta pada pandangan pertama. sutt jangan membahas itu lagi, aku tidak tertarik."

Di sisi lain Brian, Arsen, Austin, dan juga aland menatap takjub ke arah Axel. untuk pertama kalinya pemuda itu terlihat sangat menikmati sebuah ciuman.

"hei ada apa? kau jangan mengelak aku bisa melihat tangan mu menahan tengkuk nya." Goda Brian ia sangat tau jika Axel bukan lah tipe tipe yang seperti itu. bahkan ia tergolong pria yang sangat tak pedulian mengenai hal hal panas. saat memesan seorang gadis saja ia tak akan membuat gadis itu puas, ia terus mencegah tangan gadis gadis itu untuk menyentuh tubuhnya. ia tidak berciuman atau melakukan pemanasan, ia merasa jijik tapi membutuhkan itu.

Setelah hasratnya terlampiaskan ia segera membersihkan diri dan pergi begitu saja setelah meletakkan check. juga gadis yang ia pesan bukan lah gadis yang sembarangan. ia mengecek kesehatan nya dengan teliti.

Masalah ini momy nya tidak pernah tau, jika wanita itu tau Axel akan di cincang habis. ia sangat menyembunyikan hal ini rapat rapat.

Axel tak merespon mengenai pernyataan dari Brian. ia berjalan menuju Bar menemui Kiren untuk memesan minuman.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!