Setelah kepergian Calya, Ingrid pun segera bertanya kepada lisiya mengapa putri nya itu bisa mengenal sang dokter cantik.
"Kau mengenal nya nak?."
"Hmm dia teman ku di sekolah dulu." Menarik nafas dalam sebelum menceritakan panjang lebar tentang pertemuan nya dengan calya. "Momy tau, Calya itu sangat terkenal di sekolah ku walaupun terhitung dua bulan ia pindah ke sekolah ku. dia cantik, mempesona dan memiliki banyak prestasi."
"Benarkah?."
"Hmm, di semester pertama dia masuk sebagai anak baru. setelah kehadiran nya semua hal berubah, dia menggeser ku sebagai primadona sekolah juga mengambil posisi juara kelas saat ulangan di akhir bulan. dia selalu lebih unggul dari ku di segala bidang. aku sangat salut padanya. tapi sayang di bulan ke tiga dia tiba tiba mengundurkan diri, Calya pindah dari sekolah ku. aku kehilangan teman yang menurut ku sangat sangat baik."
"Siapa namanya?."
"Calya Ainsley Paolo. dia blasteran Indonesia - Jerman."
"Pantas lah, wajahnya terlihat sangat cantik."
Manik Ingrid menatap ke arah pintu, di mana pemuda itu. "Ah lisiya di mana kakak mu?."
"Hah? bukankah kakak masuk lebih dulu. di mana dia?."
"Oh mungkin ke kamar mandi."
Ruangan gelap itu kini menjadi terang setelah saklar lampu di hidupkan. Calya yang semula memberontak kian terpaku menatap wajah tampan yang sangat dekat dengan jangkauan nya. terhitung hanya tiga senti jarak antar keduanya. bahkan Calya dapat mencium aroma mint dari tubuh pria itu.
"Hai." Ujarnya dengan senyum miring. tersadar jika mereka terlalu dekat, Calya segera mendorong tubuh kekar di hadapannya.
"Menjauh! siapa kau! apa mau mu!." Tatapan sinis itu membuat senyum di bibir Axel terbit.
"Ok, aku akan memperkenalkan diri sebelum mencium mu. bukan seperti mu, mencium ku tanpa berkenalan terlebih dahulu." Calya terdiam, fikiran nya mulai terombang ambing. ia seperti pernah melihat wajah ini, tapi di mana? ingatan nya masih abu.
"My name is Axel Devo Emilio." Mata Calya terpicing rapat, sekarang ia tau siapa pemuda di depan nya. oh tuhan ia berada di zona yang tidak aman, apa mau pria itu sekarang. "Aku seorang miliarder muda, tampan, sexy dan di puja banyak gadis." Ujarnya dengan penuh percaya diri.
"Oh ya? lalu?." Calya terus menahan tubuh yang terus mendekat ke arahnya. "Aku tidak mengenal mu." Ujarnya memutuskan kontak mata keduanya.
"Benarkah? kalau begitu akan ku ulangi satu kejadian yang mungkin akan mengembalikan ingatan mu."
"Tidak perlu. aku lebih ingin tak mengenal mu." Axel semakin tertantang, selama ini ia selalu bertemu dengan gadis yang memuja nya namun kali ini berbeda. ia bertemu dengan gadis yang sangat sombong. dan rasanya jauh lebih menarik.
"Aku sangat keras kepala." Setelah mengatakan hal tersebut Axel menarik dagu Calya. mencium gadis itu dengan paksa, Calya terus memberontak namun ia kalah kuat dengan pria di depan nya. setelah di rasa gadis itu kekurangan banyak oksigen, Axel segera memutuskan tautan keduanya.
"Sudah kenal aku?."
"Ya, kau pria brengsek yang mencium ku dengan paksa." Axel tertawa keras ia menjauhkan tubuhnya dari Calya, sepertinya ia sangat terhibur mendengar kata kata pedas yang terlontar dari bibir sang gadis.
"Bukan kah kau yang lebih dulu mencium ku dengan paksa?."
"Omong kosong! kau bisa mendorong ku waktu itu. tapi kau memilih untuk tetap menikmati dan membalas ciuman ku. juga menahan tengkuk ku saat aku ingin menjauh. apakah itu di sebut terpaksa?." Lagi lagi Axel tertawa, ia sepertinya sangat sangat terhibur sekarang.
"Ternyata seorang dokter juga datang ke club malam ya." Ujarnya dengan senyum yang masih tersimpan di bibir.
"Dokter juga manusia. yang tidak manusia itu adalah kau, manusia yang tidak memanusiakan seorang dokter."
Axel diam sambil menatap wajah cantik yang sangat dekat dengan nya, tubuh gadis itu jauh dari jangkauan nya. mungkin tinggi nya sekitar 157 atau 158 centil meter. dia benar benar pendek menurut Axel.
Calya menatap jam yang melingkar di pergelangan tangan nya. "Huh aku terlambat." Saat akan pergi Axel tak kunjung melepaskan nya, ia terus mengungkung gadis itu di tembok.
Alis Calya terangkat. "Aku sudah terlambat, menjauh dari ku!." Axel menggeleng pelan, ia memang sangat keras kepala.
"Aku harus masuk ke ruang operasi tuan miliarder! banyak pasien yang harus ku perjuangkan hari ini!." Axel tetap diam, ia seolah tuli tak mendengarkan penuturan gadis di depannya.
"Apa mau mu!." Calya benar benar habis kesabaran sekarang.
"Akan ku lepaskan, tapi temui aku nanti setelah tugas mu selesai."
"Aku tidak bisa janji."
"Kalau begitu tidak ku lepaskan."
Calya menggeram kesal. "Ya, ku usahakan." Axel pun melepaskan gadis itu. ia terus tersenyum melihat kepergian Calya.
Berjam jam telah di lalu Calya di dalam ruang operasi, menghadapi medan juang antara hidup dan mati. memperjuangkan setiap nyawa yang terbaring di meja nya. jam yang melingkar di pergelangan tangan nya menunjukkan pukul 10 malam, ia sudah sangat lelah rasanya ingin langsung tertidur tanpa harus bersih bersih.
Saat akan memasuki ruangan nya ia bertemu seorang suster. "Dokter Ainsley, seorang pria menunggu anda di parkiran."
Kini ia teringat dengan janjinya kepada miliarder muda itu. ia tak berniat untuk menepati janji toh ia tak memiliki hutang apa pun sehingga dirinya harus patuh. jadilah malam itu Calya pulang dengan mengendap endap ia tak ingin bertemu dengan pria menyebalkan itu.
Cukup lama Axel berdiri di sisi mobilnya, ia terus memperhatikan jarum jam yang berputar. bertanya tanya di mana gadis itu, apakah dia tak ingin menemui Axel? tetapi bukan kah sudah berjanji?. Axel adalah tipe yang mematuhi perjanjian, ia tidak pernah ingkar. jika perjanjian sudah di sepakati maka ia berfikir semua akan terjadi. tapi baru kali ini ada seseorang yang tidak menepati janjinya kepada Axel.
Hampir pukul 12 malam pria itu pun pulang ke mansion momy nya, ia tak berjaga lagi di rumah sakit karena dad dan Felisiya sudah berada di sana.
Calya yang baru tiba di apartemen di sambut dengan baik oleh Pamella. Pamella tau gadis mungil itu kelelahan. "Kau lembur?." Tanpa berdaya nya Calya hanya mampu mengangguk.
Pikiran Calya yang terus merujuk ke pria yang mencium nya tadi siang membuat pikiran nya menjadi kelabu. "Pamella bisa cerita sedikit tentang Axel Devo Emilio." Entah apa yang merasuki jiwa Calya dengan tiba tiba ia menanyakan pria yang baru saja di hindari nya.
Sontak mata Pamella melotot, apa sahabat nya itu mulai penasaran sekarang. "Tuan muda Emilio? tuan Axel? kau bertanya tentang dia?." Pamella hanya memastikan barang kali telinga nya salah mendengar akibat terlalu terobsesi dengan pria yang satu itu.
Calya mengangguk sambil memijat dahi nya yang terasa berdenyut. "Calya dia itu sangat tampan, sangat kaya, seorang miliarder--"
"Jangan ceritakan kelebihan nya, ceritakan saja keburukan nya." Potong Calya cepat, ia terlalu muak mendengar kelebihan dari miliarder muda itu. yang ia ingin dengar kan sekarang adalah kekurangan nya. hanya itu.
"Menurut pandangan ku, dia sangat angkuh, sangat sombong, tidak memiliki hati. tidak memikirkan hati orang lain. ia tidak segan untuk menyakiti seseorang. aku berani jujur pada mu, aku tidak pernah menjual diri ku kepada siapa pun aku hanya seorang penari tiang. tapi aku akan menyetujui jika dia yang mengajak ku untuk tidur."
"Kau gila."
"Aku ingin menjadi wanita nya dulu, sangat ingin. tapi satu malam dia mempermalukan ku sehingga aku tak sanggup untuk menatap wajah tampan itu lagi." Pamella terlihat menunduk dalam.
"Apa yang dia lakukan."
"Aku tau itu adalah salah ku tapi-- waktu itu aku menggoda nya dia mendorongku keras. memaki ku dan mengatakan bahwa aku gadis rendahan. sungguh jika mengingat kejadian itu hati ku sakit."
Calya tertegun mendengar cerita teman baiknya."Dia berprilaku seburuk itu pada mu?." Pamella mengangguk. "Apa yang kau lakukan setelah itu?."
"Aku keluar dari sana dengan perasaan malu yang mendarah daging. hampir dua minggu aku tak lagi menari di sana. huh dia itu bagaikan langit yang tak mungkin untuk ku gapai."
"Kau pasti merasa hancur." Pamella mengangguk. "Bahkan banyak pemuda yang menawari ku untuk tidur bersama tapi aku menolak nya, aku selalu berharap dan menunggu kesempatan untuk dia datang dan melayangkan ajakan tidur dengan ku. ah tapi rasanya begitu tak mungkin."
"Apa menurut mu sikap pria itu baik?."
"Tidak tau, dia jarang berkomunikasi dengan wanita. aku lebih sering melihat nya berbicara dengan teman teman nya. omong omong kenapa kau bertanya?."
"Ti-tidak ada, akan ku ceritakan suatu hari nanti. sekarang aku sangat mengantuk." Pamella pun mengangguk kecil.
Pagi hari yang teramat cerah, Calya melangkah melewati loby rumah sakit. kedua tangan nya tersimpan di balik saku jas putih yang ia kenakan. terselip senyum manis di bibirnya tatkala mendapati beberapa pasien yang tengah lewat.
Ia datang lebih awal karena harus mengecek pasien paman Gabriel. setelah itu baru ia akan memasuki ruang operasi, seperti biasanya. mengetuk pintu dan masuk. berdoa dalam hati semoga saja pria itu tidak berada di sana. dan benar, tuhan mengabulkan doa sepontan nya. hanya ada Felisiya, seorang pria paruh baya seperti nya ayah Felisiya, dan ibu Felisiya. kedua wanita itu tersenyum ke arah Calya.
"Bagaimana keadaan anda nyonya?."
"Aku merasa sudah jauh lebih baik. hanya saja masih terasa perih." Calya mengangguk beberapa kali.
"Hmm untuk masa pemulihan ini, lebih baik anda menjauhi makanan pedas. akan terasa sangat sakit jika anda memakan nya karena kondisi lambung anda sedang terluka di dalam."
"Kamu mendengar nya sayang? aku sudah mengatakan setiap hari agar berhenti mengonsumsi makanan pedas. tapi kamu sangat keras kepala dan tidak mendengar kan siapa pun." Pria di sana terlihat kesal, hal itu menimbulkan senyum di bibir Calya dia dapat meyakini bahwa pasangan ini saling mencintai, bahkan teramat mencintai.
"Sudah suamiku, kau tidak malu dengan dokter muda ini." Alex terlihat mengendikkan bahunya.
"Calya, ibuku meminta untuk di rawat di rumah. apakah sudah bisa?."
"Hmm sudah, luka nya tidak terlalu serius. hanya saja, makan teratur, minum obat dengan teratur juga menghindari makanan pedas." Lisiya mengangguk kemudian.
"Omong omong apa kita bisa bertukar kartu nama, aku sangat ingin bercerita banyak dengan mu."
"Tentu." Merogoh saku nya ia kemudian mengeluarkan kartu namanya, begitu juga dengan lisiya. ternyata gadis cantik itu adalah seorang disainer muda yang namanya sangat buming di dunia fashion. mata Calya membulat. "K-kau disainer NFE? oh astaga kau sangat terkenal lisiya."
Gadis itu terlihat malu ketika Calya memujinya. sementara Alex dan Ingrid turut merasa bangga akan putri cantiknya itu. "Kau berlebihan, aku lebih salut pada mu. kau menyelamatkan banyak nyawa di meja operasi. masih dengan benang untuk menyatukan antara daging ke daging. tapi kau sangat hebat."
Baru saja akan berbicara lagi, pintu ruangan di ketuk. seorang perawat datang. "Dokter Ainsley sudah saat nya melakukan operasi besar."
"A' ya aku akan datang."
Calya menatap sahabat baiknya itu. "Maafkan aku, aku harus pergi sekarang." Lisiya mengangguk, Calya membungkuk hormat kepada Ingrid dan Alex sebelum menghilang di balik pintu.
"Yang satu nya hebat dan yang satu nya berbakat. bagaimana jika memiliki kedua gadis ini di keluarga kita suamiku?." Mata Alex menatap wajah cantik istrinya itu.
"Menjodohkan Axel maksud mu? huh aku terlalu kasihan dengan gadis itu, bagaimana nasibnya jika bersuamikan Axel."
Axel terdiam di meja kerja nya. ia terbayang wajah kesal dokter muda yang merawat ibunya. ia terus tersenyum membayangkan gadis itu. "Oh perasaan yang menyebalkan! kenapa dia tidak menemui ku malam itu? aku tidak bisa terus menemuinya terlebih dahulu. di mana harga diriku nanti!."
Nuhan yang merupakan sekretaris Axel terpaku di ambang pintu melihat tuan nya berbicara sendiri sambil merutuk kesal. apa ada sesuatu yang bermasalah?
"Tuan, apa ada masalah?." Axel membaguskan letak duduk nya."Tidak, kenapa kau datang?."
"Pak Austin, Brian, Aland dan juga Arsen datang berkunjung. apa anda sedang menerima tamu?." Ya ruang kerja Axel bukan lah tempat teksas yang bisa di masuki oleh siapa pun sesuka hati. walau teman nya sendiri ia tetap memiliki batasan terutama untuk ruang kerja nya.
"Ya biarkan mereka masuk, aku sedang senggang. Omong omong tidak perlu formal mereka juga teman mu, santai saja."
Nuhan mengangguk dan segera keluar. "Bagaimana? dia menerima tamu?." Brian langsung bertanya sesaat setelah Nuhan keluar.
"Ya, tuan muda sedang senggang."
"Syukur lah, tak sia sia bensin ku terbakar."
Akhirnya mereka pun masuk ke dalam menemui Axel. "Hai bro."
"Hmm."
"Kau senggang malam ini?."
Meletakkan bolpoin ia segera beranjak ke sofa." Senggang, why?."
"Ayo bermain ke club."
"Tidak, aku tidak ingin momy ku mengamuk."
"Kau terlalu patuh."
Axel melirik tajam. "Dari pada kau anak durhaka."
"Ayolah Axel, hanya malam ini." Pujuk Arsen.
"Sekali tidak, maka tidak untuk selamanya."
"Sudah, tidak perlu memaksanya. omong omong tentang sahabat Pamella, bukan kah dia sangat cantik Aland?."
Aland mengangguk. "Gadis yang mencium bibir Axel malam itu memang sangat cantik."
"Ku dengar dia seorang dokter. dokter bedah." Tutur Brian Axel hanya diam sembari mendengarkan.
"Kau yakin dia hanya seorang dokter? dokter berteman dengan penari tiang, kau yakin?." pertanyaan dari Arsen membuat seluruh atensi terarah padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments