...***...
Di sebuah rumah sederhana.
Pendekar selendang Merah telah berhasil mengembalikan anak gadis yang telah dibawa lari, isak tangis keluarga menyambut kedatangan gadis itu.
"Syukurlah kau kembali anakku." Ia peluk erat anaknya. "Ibu sangat takut jika terjadi sesuatu padamu." Hati ibu mana yang tidak iba ketika terjadi sesuatu pada anaknya?.
"Aku sangat takut sekali ibu." Ungkapnya. "Aku sangat takut sekali ayah."
"Tenanglah, kau telah berada di tempat yang aman." Sang ayah sebenarnya masih gelisah, takut jika terjadi sesuatu pada anaknya.
Tentu saja mereka sangat ketakutan ketika anaknya dibawa kabur begitu saja oleh orang asing yang sangat jahat.
"Tuan, bibi, jagalah anak kalian dengan baik." Ucapnya. "Aku tidak bisa membantu kalian setiap saat."
"Oh? Terima kasih tuan pendekar." Ucapnya sambil memberi hormat. "Kami sangat terbantu sekali." Hatinya terasa tenang. "Terima kasih, karena telah membawa kembali anak kami."
"Apa yang harus kami lakukanm untuk membayar?." Ucapnya. "Atas apa yang telah kau lakukan untuk kami?."
"Aku tidak membutuhkan bayaran." Jawabnya. "Cukup kalian jaga saja dia dengan baik." Di balik cadar merahnya ia tersenyum lega.
Setelah itu ia melompat pergi meninggalkan mereka semua, ia tidak bisa berlama-lama berada di sana.
"Oh? Dewata yang agung." Ucapnya. "Terima kasih telah membawa anak kami kembali." Rasa haru itu menyelimuti hati keduanya, kebahagiaan yang dirasakan malam itu adalah kebahagiaan yang tidak akan mereka lupakan begitu saja.
Sedangkan pendekar Selendang Merah.
"Rasanya sangat lega sekali bisa membantu mereka." Dalam hatinya sangat lega. "Kalau begitu aku akan kembali." Ia terus melangkah. "aku sangat yakin, jika anakku sedang menungguku di pondok." Dalam hatinya tentunya sangat ingat dengan keadaan anaknya. "Aku harus segera kembali." Dengan menggunakan jurus meringankan rubuh, langkah kakinya terasa lebih cepat, apa lagi perasaan tidak sabar telah menggelitik hatinya saat itu.
...***...
Istana.
Pangeran Wira Wijaksana tidak sengaja melihat ibundanya yang berada di gazebo.
"Ibunda?."
"Oh? Nanda pangeran?."
"Apa yang telah ibunda lakukan di sini?." Ucapnya sambil mendekati ibundanya. "Kenapa malam-malam masih berada di sini?."
"Ibunda hanya ingin menikmati angin saja." Ratu Sawitri Dewi tersenyum kecil. "Ibunda hanya belum bisa tidur saja."
"Apa yang sedang ibunda pikirkan?." Matanya memperhatikan ibundanya. "coba katakan pada saya."
"Ibunda hanya cemas."
"Apa yang ibunda cemas kan?."
Ratu Sawitri Dewi menatap anaknya. "Rakamu." Jawabnya dengan perasaan sedih. "Ibunda cemas, jika terjadi sesuatu padanya."
"Raka Prabu akan baik-baik saja ibunda." Ucapnya. "Saya yakin, saat ini ia sedang bersama rakyatnya."
"Ya." Responnya. "Semoga saja ia dalam keadaan baik-baik saja."
"Kalau begitu istirahat lah ibunda." Ucapnya. "Hari telah larut." Lanjutnya. "Jaga kesehatan ibunda." Ia tersenyum kecil. "
"Ya, tentu saja."
Setelah itu mereka masuk ke dalam kaputren.
"Nanti, apa yang akan saya katakan pada raka Prabu." Ucapnya. "Jika ibunda sakit, ketika ia sampai ke istana ini."
"Ibunda akan menjelaskan padanya." Jawabnya dengan senyuman kecil. "Bahwa ibunda sangat rindu padanya."
"Ibunda tidak rindu pada saya?." Raut wajahnya tampak cemberut.
"Hm." Ratu Sawitri Dewi menghela nafas. "Ibunda setiap hari melihat nanda pangeran di istana." Lanjutnya. "Hampir bosan malah."
"Itu tidak adil namanya ibunda." Pangeran Wira Wijaksana merengek kesal.
"Hahaha!." Ratu Sawitri Dewi malah tertawa.
"Apakah perlu? Saya keluar istana ini?." Ucapnya. "Supaya ibunda ibunda rindu pada saya?."
"Bisa jadi."
...***...
Setan Tombak Pencabut nyawa tiba-tiba muncul di belakang Prabu Praja Permana. Sedari tadi ia ternyata telah menyiapkan serangannya dengan menggunakan jurus tombaknya.
Namun ketika itu sang Prabu masih bisa menyadarinya, sempat menghindarinya. Sayangnya lengan kiri sang Prabu sempat tergores oleh tombak itu. Sehingga meninggalkan gores luka yang lumayan parah.
"Kegh!."
Sang Prabu meringis sambil menyentuh luka itu. Luka yang mengeluarkan darah, sehingga lengan kirinya basah karena darahnya.
Sementara itu mereka yang melihat itu merasa senang, apalagi saat sang Prabu sedang mengatur tenaga dalamnya. Setan Selendang jingga Kematian memanfaatkan kesempatan itu, untuk menaburkan serbuk beracun ke arah mata Prabu Praja Permana hingga ia semakin kesakitan.
"Haha!." Ia tertawa keras. "Rasakan itu Prabu bodoh!."
Mereka tertawa keras diatas penderitaan sang Prabu. Ada kebahagiaan tersendiri ketika melihat sang prabu kesakitan seperti itu. Apakah mereka tidak punya hati sehingga mereka suka melihat orang lain menderita seperti itu?.
"Lihatlah yunda? Ternyata dia tidak ada apa-apanya!." Ucap Setan Cambuk Neraka dengan tawanya yang aneh.
"Ya!." Responnya. "Aku kira akan mendapatkan perlawanan yang seru? Tapi ternyata?-." Setan Sabit Jahanam malah semakin tertawa.
"Astaghfirullah hal'azim ya Allah." Mata sang Prabu terasa sakit.
Mata sang Prabu tidak bisa dibuka seperti biasanya. Racun apa yang telah diberikan padanya hingga ia kesakitan?.
"Yunda!." Ucapnya. "Inilah saatnya kita menghabisi Raja bodoh itu!."
Setan Cambuk Neraka merasa bersemangat. Ia telah melambari cambuknya dengan jurusnya. Jurus lecutan halilintar penghancur roh.
Konon katanya, jurus itu sangat berbahaya. Karena dampak dari lecutan itu, membuat tubuh seseorang bisa hancur lebur jika terkena cambuk itu.
"Lakukan saja!." Balasnya. "Aku akan senang, jik kau berhasil membunuhnya."
Senyuman menyeringai lebar diwajahnya itu, menunjukkan kepuasan yang luar biasa ia tunjukkan. "Aku tidak menyangka, aka mudah membunuh seorang raja, dengan cara seperti ini."
"Dengan senang hati, aku akan melakukannya yunda."
Mata itu telah dipenuhi oleh ambisi, hatinya tidak sabar lagi ingin segera menghabisi nyawa sang Prabu. Namun ia harus menyiapkan tenaga dalamnya, menyalurkan tenaga dalamnya ke cambuk itu, agar serangannya benar-benar bertenaga, hingga menghancurkan sang Prabu tanpa sisa.
"Sisakan sedikit nimas." Ucapnya. "Agar kita bisa mengirim tubuhnya, yang hancur itu ke istana."
"Benar itu." Responnya. "Aku yakin mereka akan sangat berduka, karena sang Prabu pulang." Suasana hatinya semakin membara. "Dalam keadaan sudah tidak bernyawa."
"Itu ide yang sangat bagus."
Lagi-lagi mereka tertawa terbahak-bahak. Membayangkan yang akan terjadi, sehingga mereka tertawa keras seperti itu?.
Setelah rasanya cukup menyalurkan tenaga dalamnya ke cambuk miliknya. Setan Cambuk Neraka melompat ke arah Sang Prabu. Ia sedikit memainkan cambuknya itu, dengan memutarnya ke atas. Sehingga menghasilkan angin yang lumayan kencang.
Dampak angin yang ditimbulkannya, angin sekitar menerpa tubuh Prabu Praja Permana. Membuat sang Prabu terkejut, namun sayangnya ia tidak dapat melihat dengan jelas.
Prabu Praja Permana hanya berusaha melindungi diri dari terpaan angin itu, karena kendala mata.
"Ya Allah, hanya kepada-Mu lah hamba berserah diri." Dalam hati sang Prabu. "Selamatkan hamba dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita." Dalam hati sang prabu berdo'a, memohon perlindungan dari Allah SWT.
"Hei! Sang Prabu!." Teriaknya. "Melawan lah sedikit!." Ia mengejek sang Prabu. "Jika tidak? Kau akan celaka karena cambuk itu!." Teriak Setan Tombak Pencabut nyawa dengan suara yang sangat keras. Membuat sang Prabu sedikit bereaksi.
"Hidup dan matiku! Hanya aku serahkan kepada Allah SWT!." Tegas sang Prabu, meskipun tidak dapat melihat ke arah siapa berbicara. "Jika Allah SWT menghendaki saya mati?!." Ucap sang Prabu dengan senyuman kecil. "Dalam keadaan seperti ini? Maka seperti itulah takdir yang telah ditentukan oleh Allah SWT untuk sayan." Tegas sang Prabu lagi. "Bukan kalian yang berhak! Menentukan kematianku seperti apa."
"Heh!." Ia mendengus kesal. "Sudah mau mati saja masih banyak tingkah!." Setan Selendang Jingga Kematian mendengus keras.
Setelah itu mereka yang melihat itu malah tertawa kegirangan?. Segitu inginnya mereka menginginkan kematian sang prabu?.
"Kau tidak akan bisa menghindari kematianmu Prabu busuk!." Setan Cambuk Neraka melepaskan satu lecutan keras ke arah Prabu Praja Permana.
...***...
Di sebuah rumah tempat, seorang wanita mengamati seorang pemuda yang mengenakan kain yang menutupi sebagian dari wajahnya.
"Nyai mau apa dari saya?."
"Saya ingin, tuan pendekar membunuh suami saya." Jawabnya penuh amarah. "Saya sangat muak kepadanya."
"Kenapa nyai? Malah ingin membunuh suami nyai?."
"Karena ia sudah tidak berguna!." Hatinya semakin terbakar amarah. "Dia telah menyakiti hati saya!."
"Nyai yakin? Mau membunuh suami nyai?."
"Saya sangat yakin sekali tuan pendekar." Hatinya semakin bergemuruh. "Saya tidak membutuhkan lelaki seperti itu! Bunuh saja dia!."
"Permintaan nyai telah saya terima." Ia tersenyum kecil di balik kain penutup wajah. "Nyai terima saja kabar baiknya."
"Terima kasih tuan pendekar." Ia memberi hormat. "Ini bayarannya."
"Saya terima nyai." Pemuda itu terlihat senang, karena bayaran yang ia dapatkan lebih banyak kali ini. "Pasti dia orang kaya." Dalam hatinya. "Sehingga memberikan banyak kepeng emas padaku."
Setelah itu ia segera pergi meninggalkan tempat, agar bisa melakukan pekerjaannya dengan baik.
...***...
Namun saat itu juga, ada sekelebat bayangan hitam menyambar tubuh sang Prabu. Sehingga yang terkena serangan itu hanyalah ruang kosong. Sang prabu selamat dari serangan mematikan itu, orang misterius itu kini mendarat di sebelah kanan agak jauh dari ledakan akibat serangan tadi
Mereka yang melihat itu terkejut, siapa yang berani menyelamatkan sang prabu dari kematiannya?.
"Bedebah busuk!." Umpatnya penuh amarah. "Siapa kau beraninya ikut campur masalah kami?!."
Umpat Setan Cambuk Neraka dengan marahnya. Ia melihat sosok misterius yang menyelamatkan sang Prabu. Hatinya telah dipenuhi oleh kemarahan. Karena serangan yang telah ia persiapkan dengan baik malah digagalkan begitu saja?.
"Hei! Siapa kau?!." Teriaknya penuh aramah. "Berani sekali kau ikut campur dengan urusan kami!." Setan Sabit Jahanam merasa kesal.
"Heh!." Ia mendengus kesal. "Dasar tidak tau malu!." Ucapnya. "Bisanya hanya main keroyokan." Sosok yang berhasil menyelamatkan sang prabu menatap mereka satu persatu dengan tatapan merendahkan.
"Diam kau!." Balasnya. "Kau juga akan mati!." Tunjuknya kasar. "Karena berani mencampuri urusan kami." Setan Tombak Pencabut nyawa juga marah.
"Si-siapa kau nisanak?." Prabu Praja Permana berusaha tenang. "Mengapa kau membantu saya?."
"Mohon ampun Gusti Prabu." Ia memberi hormat. "Nanti saja bertanya siapa hamba?." Ucapnya sambil memperhatikan orang-orang ganas yang hendak mendekatinya. "Saat ini? Yang pasti biarkan hamba, menghadapi mereka terlebih dahulu."
"Baiklah nisanak." Respon Prabu Praja Permana. "Berhati-hatilah menghadapi mereka." Sang Prabu mencoba mempercayai sosok itu datang membantunya.
Bolehkah sang Prabu berharap?. Ya, semoga saja orang itu adalah orang baik yang dikirim oleh Allah SWT, untuk menolongnya dari marabahaya yang sedang mengincar nyawanya.
Sosok misterius itu menghampiri kelompok setan jahat, ia akan menghadapi mereka satu persatu?.
"Siapa sangka?." Ucapnya. "Aku malah berhadapan dengan kelompok setan jahat." Matanya memperhatikan mereka. "Yang sudah terkenal kejahatannya dimana-mana." Ucapnya dengan nada yang cukup santai.
"Heh!." Ia mendengus kesal. "Kalau kau sudah tahu siapa kami?." Ucapnya. "Sebaiknya tinggalkan tempat ini!." Sorot matanya tampak tajam. "Jika kau masih sayang nyawamu."
Setan Selendang Jingga kematian dengan bangganya berkata seperti itu. menyombongkan dirinya, membanggakan dirinya karena ia telah dikenali sampai kemana-mana?.
"Hahaha!."
Akan tetapi siapa sangka sosok misterius itu malah tertawa terbahak-bahak, mendengarkan apa yang dikatakan oleh Setan Selendang jingga kematian. Tentunya membuat mereka semua terheran, apa yang membuat sosok itu tertawa?. Apa yang ia tertawakan?. Apakah ada sesuatu yang lucu dari ucapan setan selendang jingga kematian. Apakah yang akan terjadi selanjutnya?. Apakah akan terjadi pertarungan yang dahsyat nantinya?. Karena hari mereka dikuasai oleh amarah yang membara. Simak dengan baik kisahnya ya.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
rajes salam lubis
tetap semangat thor
2022-11-02
0
hendro wae iki
ini lah kalau novel bergenre nusantara...sepi pembaca yg berimbas pada like dan komen...apalagi hadiah....ayolah reader....jgn novel genre china aja yg banyak di baca...sekali2 novel nusantara di peringkat 3 besar
2022-02-14
6