Three Mafia Girls

Three Mafia Girls

Misi berujung nyawa

Tepat di malam tahun baru, ketiga gadis mafia terhebat mendapat misi bersama yang diberikan oleh agensi mereka. Ketiganya berkumpul setelah menyelesaikan misinya masing-masing.

"Bagaimana, apa sudah ketemu?" Ucap Wanda menatap rekannya yang baru datang.

Wanda Yolanda, seorang mahasiswi cantik yang terjun di dunia mafia demi melunasi hutang. Dia bergabung saat usianya masih remaja. Dalam dunia mafia, dia dikenal sebagai… gadis berdarah dingin.

"Belum" sahut Jeni dengan nada dingin.

Jeni Mou, seorang putri Presdir ternama. Karena suatu perjodohan membuatnya kabur dari rumah dan bergabung dengan dunia mafia. Disini ia dijuluki sebagai si gadis datar, sebab tidak pernah tersenyum.

Tap…tap…tap… terdengar langkah kaki mendekat kearah mereka. Keduanya sontak bersiaga dan bersembunyi di sudut ruangan.

Brak… dengan berani ia membanting pintu dengan keras sembari berjalan masuk kedalam.

Orang itu menghentikan langkahnya sembari berkata, "Tiger tidak akan bersembunyi." Ucapnya meletakkan selembar kertas diatas meja.

"Aqira!" Ujar keduanya keluar dari persembunyiannya.

Aqira Chu, Nona muda keluarga Chu yang diusir dari keluarganya karena berselisih dengan ibu tiri dan saudara tirinya. Dia dikenal sebagai genius dunia mafia, karena berhasil memecah labirin segitiga merah dalam waktu singkat.

Aqira menjabarkan kertas itu diatas meja, "Aku menemukannya." ucapnya sembari mengetuk selembar kertas itu.

Jeni menoleh kearah keduanya, "Sekarang?" ucapnya dengan memainkan pistol di tangannya.

Aqira menepukkan tangannya ke meja dan berkata, "Tentu." ucapnya sambil tersenyum.

Ketiganya bersiap pergi ke sebuah bar dekat pasar gelap dengan menyamar sebagai pelayan disana.

Wanda melayani orang-orang yang meminta arak, Jeni menjadi petugas pembersih kamar mandi, sedang Aqira menjadi petugas yang mengontrol kamera cctv.

Sambil menunggu target mereka datang, ketiganya mengorek beberapa informasi dari mulut orang-orang disana. Dari transaksi ilegal orang-orang berjas hitam hingga korupnya para pejabat negara, mereka mendapatkan informasi itu dengan cuma-cuma.

Beberapa saat kemudian, datanglah sekelompok orang ternama bersama para pengawalnya.

Aqira yang berada di ruang kontrol menoleh kanan kirinya, "apa ada orang?" Ucapnya sembari memegang erat perutnya.

Seseorang membuka pintu dari luar, "Kau kenapa?" Ucapnya sembari berjalan masuk. "Dut" belum sempat menjawab, gas perut menjelaskan semuanya. Seisi ruangan langsung dipenuhi oleh bau tak sedap. Dan di kesempatan ini Aqira pergi menemui Jeni setelah merusak sistem kontrol.

Aqira melintas di depan Jeni dan berkata, "Tiga puluh menit." ucapnya dengan nada pelan.

Jeni mengangguk dan segera menghubungi Wanda, "tiga puluh menit." ucapnya melalui earphone nya.

"Mengerti." sahut Wanda mengakhiri panggilan.

Saat di tengah perjalanan, Wanda melihat kekasihnya yang sudah lama menghilang tiba-tiba muncul bersama wanita lain di bar itu. Tidak pernah terbayangkan, bahwa gadis berdarah dingin ini bisa memiliki perasaan terhadap lawan jenis.

Karena terlalu lama, Jeni mencoba menghubunginya lagi, "apa kau tidur?" ucapnya dengan acuh tak acuh.

Wanda langsung tersadar setelah mendengar suara dinginnya Jeni, "aku segera kesana." ucapnya sembari menyeka matanya yang basah.

Setelah Wanda datang, mereka langsung mengganti pakaiannya serta mengambil senjata masing-masing. Setelah mengganti pakaian, Aqira menyadari bahwa Wanda habis menangis. "matamu bengkak, habis menangis?" ucapnya mendekatkan wajahnya kearah Wanda. Jeni sontak menoleh dan berkata, "katakan, kau kenapa?" ucapnya mengubah ekspresinya.

Ini pertama kalinya Jeni menunjukkan ekspresi yang tak pernah ia tunjukkan sedari pertama kali mereka bertemu. Terlihat ekspresi Jeni yang khawatir dengan teman seperjuangannya itu. "keluarkan saja." ucap Jeni menepuk pundak Wanda.

Tiba-tiba sudut gelap matanya di banjiri oleh air mata, "dia kembali bersama wanita lain." ucapnya dengan memejamkan matanya. Aqira menepuk pundaknya sembari berkata, "coba ceritakan yang terjadi." ucapnya dengan lembut.

Wanda menceritakan semua kenangan manis yang ia alami bersama kekasihnya itu. Sampai suatu ketika keluarganya bangkrut hingga terlilit hutang, dan ia ditinggal olehnya di pelaminan. Setelah mendengar itu, keduanya mulai prihatin dengan nasib mereka masing-masing.

Aqira mencoba menenangkannya dengan memeluknya, "sudahlah, semuanya sudah berlalu. Sekarang kan kau sudah punya tujuan hidup baru." ucapnya sembari membelai rambut Wanda. Jeni menepuk pundak Wanda dan berkata, "hei, apa kau masih Wanda Yolanda yang kejam itu?" ucapnya dengan tersenyum.

Wanda menyeka air matanya sembari menjawab, "dan apakah kau juga masih Jeni Mou yang datar?" ucapnya mendongak kearahnya. Ketiganya saling menatap satu sama lain dan saling memberi senyuman.

Aqira berdiri seraya berkata, "baiklah, sudahi dulu nostalgia nya, sekarang…" sembari menatap yang lain.

"waktunya bekerja." Ucap keduanya berjalan menuju target mereka.

Saat mereka keluar dari toilet, terlihat target sedang menuju balkon dengan membawa koper kecil di tangannya. Disana ada seorang pria memakai jas hitam sembari menatap langit.

Target mendekati orang itu sembari berkata, "Aku sudah membawa barangnya, sekarang setujui kesepakatannya." Ucapnya menyodorkan koper di tangannya itu.

Orang itu membalikkan badannya dan menjawab, "tentu" sahutnya menodongkan pistol kearahnya.

Dorr… terdengar suara tembakan yang nyaring dan mengenai target mereka hingga tewas. Kemudian orang itu mengambil koper tersebut dan hendak membukanya.

Ketiga gadis itu memperhatikan diam-diam dari balik pintu. Namun keberadaan mereka telah diketahui oleh orang itu.

"keluarlah!" ucapnya yang menembakkan pelurunya kearah mereka bertiga. Sontak mereka keluar dari persembunyiannya, dan terjadilah perkelahian antar kedua belah pihak yang saling memperebutkan koper tersebut.

"Jeni, tanganmu!" ucap keduanya menoleh kearah Jeni.

Tangan Jeni tergores oleh benda tajam saat berkelahi. Dia mengambil sapu tangan dari sakunya sembari memperban lukanya, "apapun yang terjadi, kita harus mendapatkan koper itu!" Ucapnya dengan menatap yang lain.

Demi merebut koper itu, ketiga gadis ini harus melumpuhkan lawan yang berdatangan satu persatu kearahnya. Mereka hampir kewalahan karena orang itu memanggil bala bantuan sehingga pertarungan semakin lama. Hingga peluru terakhir yang dilesatkan oleh Wanda mengenai dada pria itu dan mengakhiri pertarungan.

Aqira mengambil koper dari tangan pria itu sembari membuka isinya, "sialan, kita dijebak!" Ucapnya yang menutup kembali koper tersebut.

Bloomm… tiba-tiba bom meledak dan meratakan seisi gedung. Semua yang berada di gedung itu tak sempat menyelamatkan diri dari sana. Naasnya jasad orang-orang yang berada di balkon hancur akibat ledakan tersebut. Bahkan jasad ketiga gadis itu tak ada yang tersisa.

Setelah kejadian itu, tim polisi dan para relawan mengevakuasi korban serta awak media mulai memadati tempat tersebut. Walaupun mereka mati saat menjalankan misi, tapi tujuan mereka tercapai.

Wanda berhasil melunasi hutang keluarganya, Jeni memenangkan taruhannya dengan ayahnya, dan Aqira yang membongkar watak asli ibu tiri dan saudara tirinya di hadapan ayahnya.

Serta satu hal lagi, mereka berhasil mewujudkan impian mereka yaitu… merasakan kembali kehangatan sebuah keluarga.

Terpopuler

Comments

azka aldric Pratama

azka aldric Pratama

mampir Thor moga bgus 👍👍👍👍

2023-03-17

3

t

t

aku mampir kak🐾🐾

2023-03-03

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 64 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!