Identitas Baru

Tok…tok…tok… "nona, apa aku boleh masuk?" Ucap seorang gadis mengetuk pintu dari luar kamar Wanda.

"Masuklah" Sahut Wanda yang sudah selesai mengganti pakaiannya.

Gadis itu berjalan masuk dengan membawa makanan di tangannya, "nona, kau belum makan. Jadi, aku bawakan ini untukmu." Sembari meletakkannya di atas meja.

"dimana chui chui?" ucap Wanda menatap gadis itu. Ia menjawab, "dia… sedang ada urusan, jadi menyuruhku menggantikannya." sahutnya dengan menundukkan kepalanya.

Wanda duduk dan berkata, "kau sudah bekerja keras, bagaimana kalau makan bersamaku." ucapnya menarik tangan gadis itu untuk duduk disebelahnya.

"Hamba tak layak makan bersama, Nona." Ucapnya dengan berlutut dihadapannya.

Wanda mencoba membujuknya, "jika kau tidak makan, aku juga tidak akan makan." Sembari mendorong makanan tersebut.

Gadis itu langsung menjawab, "kalau begitu, saya akan makan bersama, Nona." Ucapnya dengan ekspresi terpaksa.

"Nona, makanlah terlebih dahulu." ucap gadis itu terus mendesak Wanda untuk segera menyantap makanan tersebut.

Dengan cerdik Wanda mengecohnya seolah memakan makanan itu dengan mengunyahnya tapi tidak ia telan. Gadis itu pun mulai menurunkan kewaspadaannya dan mulai memakannya. Saat dia menelan makanan itu, ia langsung pingsan dengan mulutnya yang berbusa.

Wanda meludahkan makanan di mulutnya seraya berkata, "ck, kau bukanlah lawan ku." ucapnya sembari menyeka mulutnya.

Wanda memejamkan matanya, mengingat kejadian beberapa saat yang lalu.

"Aku…aku melintas waktu?" Ucap Wanda yang terbangun. "Jadi… sekarang aku adalah putri pertama menteri Wang yang terkenal lemah dari abad kaisar ketiga?" Batinnya meringkas seluruh ingatan yang terlintas.

Wanda membuka matanya perlahan, "jelas-jelas pemilik tubuh asli tahu sifat asli pelayanannya ini, tapi kenapa dia terus mengabaikan sikapnya?" ucapnya yang berpikir sejenak.

Ia mengambil nafas panjang seraya berkata, "Sayangnya yang berdiri di hadapanmu sekarang bukanlah Wang Yolan, Nona pertama keluarga Wang yang selalu diam jika permainkan. Aku… Wanda Yolanda. Tidak akan menerima hal seperti itu lagi dalam hidupku ini!" ucapnya sembari menyeret gadis itu ke halaman nyonya besar.

"Anggap saja ini hadiah pembukaan sebelum pertemuan kita." Ucap Wanda melemparnya tepat di depan pintu kamar nyonya besar.

Restoran Tanyang

"hachu. Sialan, pakaian apa yang ku kenakan ini? sangat minim sekali." ucapnya yang menggosok hidupnya.

"dan ya, kenapa pakaian mereka juga minim sekali?" ucap Jeni melihat paviliun tempatnya tadi dari jendela restoran lantai dua. Seorang pelayan menghampirinya dengan makanan yang ia pesan, "apa nona Jian bercanda? Anda kan kupu malam paling top di paviliun Zehua." Ucapnya sembari meletakkan makanan di mejanya.

"Kupu malam? Jadi, tempat itu rumah bordil!?" Batin Jeni yang tak percaya.

"Tunggu! Dia memanggilku Jian? Jangan-jangan, ini tubuh pelacur kelas atas di zaman kaisar ketiga, Mou Jian?" Seketika Jeni mematung mendengar ucapannya sendiri.

"Melintas, ya melintas saja. Tapi kenapa jatohnya harus di rumah bordil!?" Batin Jeni yang geram dengan mengepalkan tangannya.

tap…tap…tap… terdengar langkah kaki mendekat kearahnya, "Jian!" ucap seorang wanita menghampirinya. Sontak Jeni mendongak kearahnya seraya berkata, "siapa kau?" ucapnya dengan wajah datarnya itu.

"bagus! bagus sekali! baru mabuk sebentar sudah tidak mengenaliku." ucapnya dengan tersenyum paksa. "bibi, jika kau punya masalah denganku katakan saja." ucap Jeni yang hendak menyantap makanannya.

"kalian tunggu apa lagi?! cepat tangkap wanita itu!" ucapnya menatap para pria yang bersamanya. Keempat pria itu mengepung Jeni dari segala sisi, dan di antara mereka ada yang langsung memegang tangannya.

"singkirkan tanganmu." ucap Jeni menatap tangan yang menyentuhnya itu. Pria itu menjawab, "aku akan melepaskan mu setelah kau menyelesaikan tugasmu." ucapnya menarik Jeni untuk berdiri.

Jeni berdiri dengan terpaksa, "ck, menyusahkan!" ucapnya memegang tangan pria itu dan melemparkannya keluar lewat jendela.

"ada yang butuh bantuan?" ucap Jeni sembari memiringkan kepalanya.

"hajar dia kak!" ucap seorang anak kecil menatap Jeni dengan wajah gembira. Karena kesal wanita itu hendak memukul bocah yang berada di sampingnya itu. Dengan cepat Jeni berhasil mencegah tindakan itu dengan menangkap tangannya, "kau mau apa?" ucapnya sembari membalikkan badan wanita itu.

Jeni meremas tangannya sambil berkata, "jangan libatkan anak kecil dalam hal ini!" ucapnya memberi tatapan dingin kearahnya.

Orang-orang yang berada disana ikut membantu Jeni, "cepat bantu nona Jian!" ucap mereka sembari memukul wanita itu dan orang-orangnya.

Wanita itu berusaha menyelamatkan dirinya dari amukan massa, "Jian, kau tunggu saja pembalasanku!" ucapnya meninggalkan tempat itu dengan geram.

Jeni membungkukkan badannya kearah bocah itu seraya berkata, "kau tidak apa-apa kan?" ucapnya sembari mendekatkan wajahnya. Bocah itu mendongak dan menjawab, "aku tidak apa-apa kok." ucapnya dengan memberikan senyuman manis.

"baguslah kalau begitu." ucap Jeni sembari membalas senyumannya.

Jeni berdiri seraya membalikkan badannya, "terimakasih sudah membantuku." ucapnya kearah orang-orang itu. "jangan sungkan, Nona." ucap seorang wanita menghampirinya.

"oh iya, maafkan aku. Karenaku tempat ini jadi berantakan." ucapnya dengan wajah bersalah. Bocah itu menghampirinya seraya menarik lengan bajunya, "kakak jangan khawatir, pamanku pemilik tempat ini, aku yang akan bicara padanya." ucapnya menatap wajah Jeni.

"benarkah? kalau begitu terimakasih bantuannya." ucap Jeni mengelus rambut bocah itu dengan lembut.

"kalau begitu, saya permisi dulu." ucapnya hendak meninggalkan tempat itu. Tiba-tiba bocah itu menarik tangannya, "kakak, bawalah ini. Kulihat kau belum makan apapun tadi." seraya memberikan bungkusan dari tangannya.

"terimakasih." menerimanya dengan hati-hati. "kalau begitu, saya permisi dulu." berjalan meninggalkan tempat itu.

Ditempat lain, Aqira diantar oleh seorang wanita pulang ke kediamannya. Disana terlihat sedang diadakan sebuah pesta. Tepat saat Aqira selangkah masuk dari pintu depan, tiba-tiba sebuah pedang menancap di hadapannya.

"Hei, bawa pedang itu kemari!" Ucap seorang pria dari kejauhan. Seketika pandangan mata semua orang menyorot kearah Aqira.

Seorang gadis menghampirinya, "Nona, akhirnya kamu pulang." ucapnya dengan nada pelan. "Kau tau kalau aku wanita?" ucap Aqira menatap gadis itu. "Iya" sahutnya menggangukkan kepalanya.

"Kalau begitu, Nona sebaiknya langsung kembali ke kamar." ucapnya dengan penuh kekhawatiran. "Baiklah" sahut Aqira.

Pria yang melempar pedang tadi berteriak, "hei, pecundang! Apa kau tidak dengar?" ucapnya dengan nada tinggi.

Seorang pria di sampingnya berkata, "Apa tuan bercanda? Dia saja tidak kuat mencabutnya, bagaimana bisa membawanya kemari?" sekelompok orang-orang itu mulai menertawakan Aqira.

"Memang pecundang." ucap pria itu meremehkan Aqira.

Aqira sontak mencabut pedang itu dan berkata, "seorang pria tidak bergosip!" ucapnya sembari melemparkan pedangnya hingga menggores wajah pria itu.

Suasana menjadi hening seketika. "Chu… Qi…an! Berani sekali kau!" Ucap pria itu menyentuh pipinya yang berdarah.

Aqira mengerutkan keningnya, "Chu Qian? Putra jenderal Chu di abad kaisar ketiga?" Batinnya berpikir sejenak.

"Berani sekali kau melukaiku!" ucapnya berjalan mendekatinya. Aqira mendongak kearahnya seraya berkata, "kenapa? tidak terima?" ucapnya dengan nada dingin.

"dasar pecundang!" ucap pria itu mengangkat tangannya. Aqira spontan menangkap tangannya sembari mematahkannya.

"agghhhhh" terdengar suara jeritan yang sangat keras keluar dari mulut pria itu.

Sontak membuat ayah dari kedua belah pihak menghampiri keduanya, "ada apa ini?" ucap mereka sembari berjalan mendekat. Pria itu langsung mengadu pada ayahnya, "ayah, dia mematahkan tanganku." ucapnya menahan air matanya.

Seorang wanita berjalan menghampirinya, "Qian-qian apa yang sudah kau lakukan pada tuan muda Lan!" ucapnya dengan nada tegas.

Dengan acuh tak acuh, Aqira tak menghiraukannya dan kembali ke kamarnya bersama gadis itu.

"Bagus sekali, aku akan mengingat penghinaan ini!" Ucap ayah dari pria itu meninggalkan kediaman jenderal Chu dengan kesal bersama putranya.

Terpopuler

Comments

ready

ready

suka banget sama novel yang tokoh utamanya lebih dari 1 (≧▽≦) semangat Thorrrrrr

2023-04-16

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 64 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!