Married By Accident

Married By Accident

Bab 1

Di sebuah ruang perawatan di rumah sakit terbesar di negara itu, tampak seorang gadis mengenakan pakaian pengantin duduk bersebelahan dengan seorang pria dengan badan tegap, tinggi, putih serta hidungnya yang mancung .

Dengan disaksikan anggota keluarga sang pria dan seorang wanita paruh baya dari pihaknya, pernikahan itu akhirnya terjadi setelah kata 'sah' terdengar di seisi ruangan.

Bunga Florencia akhirnya menjadi seorang istri dari Maxime Anderson. Pria yang dia kagumi selama ini sekaligus ayah dari bayi yang saat ini tengah dikandungnya. Ya pernikahan mereka terjadi karena sebuah kecelakaan yang membuat dirinya kini hamil.

Bunga Florencia, biasa disapa Bunga bekerja di kediaman putra pertama keluarga Anderson yakni Stevano Anderson. Dia dijadikan sebagai pelayan pribadi istri Tuan Mudanya yang bernama Olivia Jasmine. Pada suatu malam setelah acara keluarga di kediaman Tuan Mudanya, untuk merayakan hari ulang tahun Tuan Besar William Anderson. Setelah kembali melakukan Tugas dari Nyonya Mudanya dengan masih mengenakan kemeja dan celana panjang, Bunga masuk ke dalam kamar Nyonya Mudanya untuk mempersiapkan keperluan Nyonya Mudanya sebelum tidur. Tanpa tahu jika Nyonya Mudanya malam itu akan tidur di kamar suaminya Tuan Muda Stevano.

Setelah selesai Bunga berdiri di depan jendela, menikmati keindahan malam serta hembusan angin yang menerpa wajahnya karena jendela yang sengaja dia sedikit buka. Tapi tiba-tiba ada seseorang yang membuka pintu kamar itu. Bunga tidak menoleh sama sekali dia hanya berpikir jika itu adalah Olivia Jasmine, Nyonya Mudanya.

 

Terdengar langkah seseorang itu semakin mendekat dan dengan tiba-tiba memeluknya dari belakang dengan begitu eratnya. Membuat Bunga begitu terkejut dan langsung memberontak dalam pelukan orang itu.

"Anda siapa? Apa yang Anda lakukan? Lepas! Cepat lepaskan aku!" Teriak Bunga yang masih terus memberontak mencoba melepaskan diri dari pelukan orang itu dari arah belakangnya.

"Diamlah Olivia! Kau tahu aku menyesalinya sekarang, aku menyesal melarikan diri dari pernikahan itu," ucap orang itu yang Bunga tahu siapa dia, didengar dari suaranya yang begitu dia kenali. Suara yang bisa berbicara penuh kesopanan lembut dan ramah kepada setiap orang yang ditemuinya baik dari kalangan atas maupun kalangan bawah seperti dirinya yang bekerja sebagai seorang pelayan. Hal itulah yang membuat dirinya kagum terhadap seseorang yang kini sedang memeluknya.

Bunga mencium aroma alkohol dari tubuh pria itu, "Tuan Max? Anda sedang mabuk! Dan jangan berbicara melantur seperti itu! Sekarang lepaskan aku! Aku bukan o…

Belum selesai dengan perkataannya, pria yang baru diketahui bernama Max itu, langsung membalikkan badan Bunga dan menciumnya. Membuat Bunga membelalakan mata kaget atas apa yang dilakukan Max.

"Mmm" Bunga terus saja memberontak agar Max menghentikan ciuman itu, dengan terus memukul-mukul dada pria itu, tapi Max justru mencekal tangan mungilnya, baru setelah cukup puas Max baru melepaskan ciumannya.

Terlihat Bunga meraup oksigen sebanyak-banyaknya saat ciuman itu sudah terlepas.

"Lepaskan saya! Bunga terus saja meronta dengan seluruh tenaga yang dimilikinya. Tapi sungguh disayangkan karena tenaganya tidak sebanding dengan tenaga pria yang kini ada di hadapannya.

Max mengunci tubuh Bunga, dan kembali menciumnya rakus. Sementara Bunga masih saja berusaha agar terlepas dari Max. Dan begitu terlepas, dengan cepat Bunga mendaratkan tamparan yang cukup keras di pipi Max.

"Jaga sikap Anda, Tuan!" Marah Bunga dan mencoba secepat mungkin pergi dari kamar Nyonya Mudanya itu.

Tapi pergelangan tangannya kembali ditarik Max, "Kau tidak bisa pergi dariku Olivia, malam ini kau harus jadi milikku!" Kata pria itu.

"Kumohon lepaskan saya Tuan!" Bunga akhirnya memohon karena rasanya tenaganya sudah terkuras habis karena dirinya yang terus memberontak tadi.

"Kenapa? Apa karena Kak Vano? Aku tidak akan membiarkan itu!" Ucap Max yang kemudian mendorong tubuh Bunga ke atas ranjang yang ada di sana. Max ikut naik dan kemudian mengungkung tubuh Bunga.

Bunga terus saja memberontak hingga tanpa terasa air matanya sudah mulai berjatuhan entah sejak kapan.

Max menatap Bunga dengan intens, menyingkirkan anak rambut yang turun di pipi Bunga, dan menyelipkannya ke belakang telinganya. "Kenapa menangis? Aku tidak akan menyakitimu Olivia, aku tidak akan melakukannya dengan kasar, jadi jangan menangis," ucap Max yang masih mengira jika gadis itu adalah Olivia, gadis yang dicintainya.

Max kemudian mencium kening, kedua mata, hidung dan terakhir tatapannya turun ke bibir yang dari tadi seakan menggodanya. Hingga kemudian dia memiringkan wajahnya dan mencium bibir itu dengan intens.

"Kamu sangat cantik Olivia," puji Max kemudian kembali mengecup bibir bunga berkali-kali, mencium kemudian me****t bibir itu, tangannya tidak tinggal diam, Max melepaskan kancing kemeja Bunga satu persatu. Hingga terjadilah malam itu yang pertama bagi mereka. Malam yang paling menyakitkan yang Bunga rasakan karena dia harus menyerahkan kehormatannya pada seorang pria yang tidak mencintainya bahkan yang lebih menyakitkan lagi, pria itu menganggapnya Olivia, seorang gadis yang pria itu cintai yang tak lain dan tak bukan adalah Nyonya Mudanya, yang lebih tepatnya adalah Kakak Ipar dari pria yang saat ini telah mengambil kesuciannya yang sudah dia jaga selama ini.

Mengingat hal itu membuat Bunga tanpa terasa kembali meneteskan air matanya. Dan setelah menyadari dirinya kembali menangis, Bunga langsung menghapus air matanya kasar dan hal itu disadari dan diperhatikan oleh seorang pria yang juga ada di sana. Pria itu menatap Bunga dengan tatapan sendu. 

Setelah semuanya selesai, Max mengajak Bunga segera pergi dari ruang perawatan tempat Maminya dirawat yang dijadikan tempat untuk mereka menikah. Karena Max tidak ingin acara mewah, dia hanya ingin pernikahannya disaksikan oleh anggota keluarganya saja.

"Mi, Pi, dan yang lain, aku pamit dulu, Bunga harus segera istirahat, takutnya dia kelelahan dan kasihan kandungannya," pamit Max yang membuat orang di sana saling melempar pandang.

"Kenapa tidak tinggal di mansion utama saja? Kakakmu juga sudah memutuskan untuk tinggal bersama, biar rumah tidak sepi lagi," lirih Tiffa ibu dari Maxime Anderson.

"Mi, Max hanya ingin mandiri setelah berumah tangga, makanya Max memutuskan untuk tinggal di Apartemen yang baru Max beli, dan Mami tidak perlu khawatir, karena Max dan Bunga akan sering mengunjungi Mami," ucap Max meyakinkan Maminya akan keputusannya untuk tinggal di Apartemen.

William, Ayah Maxime menggenggam tangan istrinya dan mengangguk mengisyaratkan untuk mendukung apapun keputusan putra kedua mereka.

Dan Tiffa pun dengan terpaksa menyetujui hal itu. Sebenarnya Tiffa hanya khawatir dengan rumah tangga mereka. Karena mereka semua tahu jika Max menikahi Bunga, bukan karena Max mencintai gadis itu melainkan hanya karena janjinya kepada William Suaminya bahwa dia akan bertanggung jawab atas perbuatannya.

Tiffa memandang punggung putra keduanya yang kini keluar dari ruang rawatnya, "Semoga kamu bisa membuka hatimu, Nak dan kelak kamu akan mencintainya," harap Tiffa dalam hati.

Terpopuler

Comments

Winda Oriza Mutia

Winda Oriza Mutia

cusssss

2022-06-07

0

R@3f@d lov3😘

R@3f@d lov3😘

menarik 😁

2022-06-01

0

Dina Marliana

Dina Marliana

langsung capcus kesini nenk....😁

2022-03-17

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 106 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!