"Kenapa belum keluar juga?" Gumam Bunga sambil berdiri di depan pintu suaminya yang masih tertutup.
Sudah 15 menit dia kembali, bahkan dia sudah membereskan barang belanjaannya dan memasak makan malam, tapi Max tak kunjung keluar juga.
Sudah berkali-kali, Bunga mengetuk pintu kayu berwarna coklat tua itu, tapi tidak ada juga jawaban dari dalam. Dan tanpa pikir panjang, Bunga pun mencoba membuka pintu itu, dan ternyata pintu tidak dikunci.
Bunga bingung dan menimbang sedari tadi untuk masuk atau tidak. Jujur saja, Bunga sebenarnya trauma akan kejadian pada malam itu, dia selama ini hanya berpura-pura seakan dirinya baik-baik saja. Padahal setiap malam sebelum tidur, kejadian itu seakan menjadi mimpi buruk untuknya, bahkan dia sering menangis tengah malam, meratapi nasibnya yang begitu tidak beruntung.
Dengan ragu Bunga melangkahkan kakinya, menuju ruangan yang gelap gulita, karena sedari sore lampu tidak dinyalakan.
Bunga meraba-raba dinding mencari saklar untuk menyalakan lampu, begitu ketemu dia langsung memencetnya dan seketika itu juga seluruh ruangan menjadi terang.
Didapatinya suaminya sedang meringkuk di atas ranjangnya, masih mengenakan kemeja putih yang sudah berantakan dan celana berwarna hitam.
Bunga mendekat dengan perlahan, hingga sampai di samping ranjang tersebut, Bunga melihat bahwa suaminya tidak baik-baik saja.
"Tuan bangun!" Ucap Bunga dengan menggoyang-goyangkan tubuh Max. Tapi Max tidak bergerak sama sekali, membuat Bunga langsung panik.
"Tuan, apa Anda baik-baik saja?" Tanya Bunga yang pastinya akan sia-sia karena dia bertanya pada seseorang yang tidak sadarkan diri.
Bunga kemudian mendorong sedikit bahu suaminya agar telentang. Setelah itu, dia meletakkan punggung tangannya di kening suaminya.
"Panas sekali!" Kata Bunga, kemudian dia keluar ke dalam kamarnya, mengambil handuk kecil, kemudian ke dapur untuk mengambil baskom berisi air, yang akan digunakan untuk mengompres suaminya.
Setelah mendapatkan semua yang dibutuhkan, Bunga pun kembali ke kamar Max dan duduk di sisi ranjang yang kosong.
Kemudian dia mengompres suaminya itu, setelah panasnya reda, Bunga pun berniat untuk meninggalkan suaminya. Tetapi tangan Max menahan tangannya.
"Jangan pergi, aku mohon jangan tinggalkan aku sendiri!" Kata Max sambil masih memejamkan matanya.
"Sepertinya kamu mengigau," ucap Bunga membelai wajah suaminya. "Tenanglah aku disini, akan selalu di sini, dan tidak akan pergi dari sini meninggalkanmu seorang diri," tambah Bunga dengan tatapan sendunya.
Bunga mengelus lembut kepala suaminya agar tenang dalam tidurnya. "Aku yakin kalau kamu tidak sejahat apa yang terlihat selama ini," katanya sambil membenarkan selimut suaminya yang sedikit tersingkap.
"Tubuhmu berkeringat, aku hanya pergi sebentar untuk mengambil baju tidur, nanti aku akan segera kembali," kata Bunga berbisik sambil mencoba melepaskan tangannya dari genggaman suaminya.
Setelah beberapa menit kemudian, akhirnya genggaman Max pun terlepas. Bunga bangun perlahan dari ranjang dan menuju ke lemari pakaian milik suaminya, kemudian dia pun mengambil baju tidur.
Bunga kembali menuju ke ranjang suaminya, dan melepaskan kancing kemeja suaminya satu persatu dengan memalingkan wajahnya.
Setelah kancing terlepas semua, Bunga pun sedikit mengangkat tubuh suaminya, agar bisa melepas pakaian penuh keringat yang melekat pada tubuh Max. Kemudian memakaikan baju tidur yang baru diambilnya, agar tidur suaminya merasa nyaman.
Saat Bunga bangun dan akan menaruh pakaian kotor, Max kembali menahan tangan Bunga, dan memeluk tangan itu, "Jangan tinggalkan aku sendiri!" Katanya lagi.
Bunga kemudian menyibak sedikit selimut suaminya dan berbaring tepat di sebelahnya, rasanya dia tidak tega meninggalkan suaminya yang sedari tadi mengigau tidak jelas.
Ditatap wajah suaminya itu yang kini tidur dengan posisi miring sehingga keduanya kini tidur saling berhadapan.
"Kenapa? Apa ada yang terjadi? Kenapa kamu tidak mau ditinggalkan sendiri?" Tanya Bunga yang tentu tidak akan mendapat jawaban dari Suaminya.
Max kemudian memeluk Bunga erat, membuat rasa nyaman melingkupi dirinya, hingga kini dia benar-benar terlelap.
Bunga yang baru kali ini mendapat pelukan hangat suaminya pun tersenyum, dia kini membalas pelukan itu tidak kalah eratnya, menyusul suaminya ke alam mimpi.
**
Seorang anak kecil berumur 7 tahun menangis seorang diri, di dalam ruangan yang gelap tanpa cahaya sama sekali, begitu membuka mata, dia hanya bisa merasakan hembusan angin yang terasa menusuk sampai ke tulangnya.
Tubuhnya kurus dan tidak terawat, menambah kemalangannya. "Tolong, tolong aku, aku takut. Mami, Papi tolong aku, jangan tinggalkan aku sendiri," terdengar tangis pilu anak itu.
Tiba-tiba terdengar suara sepatu yang membentur lantai yang sepertinya terbuat dari kayu.
Tuk,
Tuk,
"Kenapa anak manis? Tidak akan ada yang menolongmu, di sini adalah tempat yang paling aman untukmu," ucap seorang wanita yang kemudian tertawa kencang hingga terdengar menggelegar di seisi ruangan.
"Kamu siapa? Aku mau pulang," tangis anak itu.
Suara sepatu itu semakin mendekat dan ketika sudah berada disampingnya langkah kaki itu berhenti dan tak lama dia berbisik, "Kamu akan tinggal di sini! Tidak akan ada yang bisa menemukanmu," setelah mengucapkan kata itu, langkah kakinya terdengar menjauh dan semakin jauh.
"Jangan pergi, tolong aku! Jangan tinggalkan aku sendiri!" Isaknya yang semakin kesini suara itu semakin tak terdengar.
》》》
"Jangan pergi, Jangan tinggalkan aku sendiri! Aku mohon!" Teriak Max yang kemudian langsung bangun dari tidurnya.
"Tuan, Apa Anda baik-baik saja," kata Bunga yang baru saja membuka pintu kamar suaminya dengan membawa nampan berisi makanan, dan dengan cepat Bunga meletakkan nampan itu di atas meja nakas samping tempat tidur. Dilihatnya Max dengan keringat yang membasahi seluruh wajah bahkan tubuhnya, karena tampak jika baju tidurnya pun basah.
Max menatap sekeliling, gorden kamar sudah dibuka, bahkan sinar sang surya yang hangat pun sudah bisa dia rasakan.
Max mengambil ponselnya di atas meja dan melihat jam pada layar depan ponsel itu, ternyata waktu sudah menunjukkan sembilan pagi.
"Apa Anda baik-baik saja?" Tanya Bunga yang sejak tadi belum mendapatkan jawaban dari suaminya yang sepertinya tadi habis mimpi buruk.
"Hmm, aku baik-baik saja," katanya datar, kemudian menyibak selimutnya dan bangun dari ranjang menuju kamar mandi. Melihat itu, Bunga hanya menghela nafas berat.
"Ada apa sebenarnya? Sepertinya itu bukan hanya sekedar mimpi buruk," tanyanya dalam hati.
Bunga kemudian meraih buku dan bolpoin, kemudian menuliskan sesuatu di atas selembar kertas yang disobek dari buku yang tadi diambilnya.
"Makanlah bubur ini, dan jangan lupa minum obatnya! Aku harus pergi," tulisnya di atas kertas itu.
Max keluar dari kamar mandi dengan keadaan yang sudah segar. Dia kemudian hendak mengambil ponselnya, dan dilihat dibawah ponsel itu ada selembar kertas dan makanan di sampingnya. Max membacanya, tanpa sadar dia tersenyum. Tapi senyumnya langsung pudar begitu membaca kata terakhir yang ditulis Bunga. "Apa katanya? Harus pergi? Kemana dan bersama siapa?" Tanya Max yang penasaran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Linda Srh
Lanjut thor yg banyak..🥰🥰
2022-01-08
0
Amel Lia
semangat ya nulisnya crazy up kak
tapi kalo cape istirahat aja ya hehehe...
2022-01-08
1
you know
crazy up kak😩
ayok buat max bucin sama bunga😂
2022-01-08
3