Bab 2

Di sebuah gedung Apartemen yang menjulang tinggi, Jack yang mengemudi mobil Max , menghentikan mobilnya karena mereka telah sampai.

Jack berlari ke pintu belakang dan membukakan pintu untuk Bunga, membuat Max heran dengan asistennya tersebut. Tak ingin menunggu, Max kemudian membuka sendiri pintu mobil. Kemudian berlalu begitu saja meninggalkan keduanya.

Tapi sebelum langkahnya menjauh Max berkata tanpa menoleh sedikitpun, "Jangan lupa Jack jika aku bosmu bukan wanita itu," setelah mengatakan itu Max akhirnya benar-benar meninggalkan mereka.

Bunga hanya bisa melihat punggung seseorang yang baru saja resmi menjadi suaminya dengan tatapan sendu.

"Apa kamu baik-baik saja?" Tanya Jack memastikan.

"Iya aku baik-baik saja," jawab Bunga lalu berjalan melewati Jack dan menuju ke bagasi mobil hendak membukanya tapi langsung dihentikan oleh Jack.

"Biar aku saja yang membawa kopermu, lagian ini cukup berat, kasihan nanti bayimu," kata Jack menawarkan diri. Membuat Bunga tersenyum canggung, "Andai saja yang melakukan ini Suamiku, pasti rasanya sangat menyenangkan," ucap Bunga dalam hati.

Jack sesekali melirik ke arah Bunga yang sepertinya melamun, Jack tahu bahwa sebenarnya Bunga tidak baik-baik saja dilihat dari raut wajahnya saja semua itu sudah terlihat jelas. Tapi Jack lebih memilih berpura-pura tidak tahu, takut wanita itu merasa rendah diri.

"Bunga, Ayo!" Ajak Jack.

"Bunga!!" Ucap Jack lagi karena menyadari Bunga tidak merespon ajakannya tadi.

"Ah iya, kenapa Jack?" Tanya Bunga setelah sadar dari lamunannya.

"Apa kamu tidak ingin masuk dan akan terus berada disini? Jika seperti itu lebih baik kau melamar pekerjaan jadi satpam saja," gurau Jack yang akhirnya membuat Bunga tersenyum.

"Kamu ini ada-ada saja, mana ada satpam secantik diriku," ucap Bunga percaya diri.

"Nah begitu kan tambah cantik, sayang kan jika senyuman secantik itu tidak ditunjukkan," kata Jack menggoda Bunga.

"Jack hentikan, jangan menggodaku," kata Bunga memukul lengan Jack.

"Aw, sakit tahu," ringis Jack dengan wajah cemberut. 

Dan hal itu membuat tawa Bunga pecah. Dan tanpa mereka sadari, seorang pria memperhatikan mereka dari atas sana.

Tak lama keduanya pun masuk kedalam. Begitu sampai di depan lift, Jack mempersilahkan Bunga, kemudian Jack pun memencet tombol nomor lantai yang mereka tuju. Keduanya berjalan di iringi dengan obrolan antara Jack dan Bunga, layaknya teman lama.

Sesampainya di kamar yang dituju, Jack memencet bel, hingga tak lama pintu pun dibuka menampilkan Max yang masih mengenakan pakaian yang sama. Padahal tadi waktu di jalan, Max bilang jika dia ingin cepat-cepat sampai dan langsung mandi. Tapi yang kini Jack lihat Max masih mengenakan kemeja putih dan celana panjang berwarna hitam.

"Cepat masuk! Dan kau Jack sebaiknya kau kembali ke kantor sekarang! Perintah Max tidak ingin dibantah.

"Baik Tuan, kalau begitu saya permisi," pamit Jack kemudian menutup pintu Apartemen. Dan pergi dari tempat itu, kepalanya terus menoleh dan melihat pintu yang tadi dia tutup dengan pandangan tidak rela.

"Apa kau lupa statusmu sekarang?" Tanya Max dingin begitu melihat Asisten Jack sudah pergi.

"Maksud Anda, Tuan?" Tanya Bunga bingung.

"Perlu aku ingatkan, jika statusmu di luar adalah seorang istri dari Maxime Anderson. Dan kau tahu apa? Kau akan menjadi sorotan orang-orang, dan dengan kelakuanmu yang sering menggoda pria itu, bisa saja menghancurkan nama baikku, apa sekarang kau mengerti sampai disini?" Kata Max dengan wajah datarnya.

"Tuan apa maksud Anda aku menggoda pria? Pria mana yang aku goda? Apa aku tidak salah dengar Anda mengatakan hal itu?" Tanya Bunga balik menatap Max tajam.

"Aku tahu jika statusku sekarang adalah istrinya. Tapi apa maksudnya dia bilang aku akan menjadi sorotan orang-orang. Bagaimana bisa aku menjadi sorotan, bahkan kita menikah saja tidak ada orang yang tahu," batin Bunga menggerutu. Tunggu tadi dia mengatakan apa ? Aku menggoda pria. Apa maksudnya berkata seperti itu." Tambahnya dalam hati.

"Berani kau menatapku seperti itu?" Tanya Max tidak terima ditatap tajam Bunga.

"Tentu saja, kenapa tidak," jawab Bunga acuh kemudian menyeret kopernya. Kemudian Bunga kembali menoleh saat melihat dua kamar di depannya. "Mana kamarku?" Tanya Bunga pada Max.

"Kau.." kata Max sambil menunjuk Bunga dengan jari telunjuknya. "Kamarmu sebelah kiri!" Tambahnya pasrah, tidak ingin berdebat lagi hari ini, karena jujur saja dirinya merasa lelah, apalagi seminggu kemarin dia mengurus masalah yang terjadi di perusahaan dirinya maupun milik Papinya. Untung saja semuanya bisa diatasi dibantu dengan rekan bisnisnya dari luar negeri.

"Terima kasih," kata Bunga kemudian berlalu meninggalkan Max dan menyeret kopernya sendiri.

"Kenapa wanita itu yang meninggalkanku lebih dulu, bukannya harusnya aku?" Gumam Max, tidak ingin ambil pusing Max pun akhirnya ikut masuk ke dalam kamarnya.

"Huft lelahnya," gumam Bunga kemudian membaringkan tubuhnya di atas ranjang yang sudah terlihat bersih, "Tampaknya kamar ini baru saja dibersihkan," katanya sambil pandangannya mengitari seluruh ruangan itu, sebuah kamar yang tidak terlalu besar tapi sangat cukup untuknya.

Bunga kemudian mengusap perutnya yang sudah sedikit kelihatan membesar. "Sayang, anak Mom kamu harus bertahan dan baik-baik disini ya, Mom akan menunjukkan padamu, bahwa Mom bukanlah wanita yang lemah," ucapnya hingga tak lama Bunga pun tertidur, mungkin karena rasa lelahnya juga efek dari kehamilannya yang membuatnya gampang mengantuk. 

**

Sementara Max yang baru selesai mandi dengan masih menggunakan handuk yang melilit tubuhnya merasakan perutnya yang lapar. Dia melihat jam pada jam tangannya yang tadi dia lepas dan dia geletakkan di atas meja nakas. 

"Pukul 1, pantas saja aku sudah lapar, apalagi tadi pagi aku tidak makan apa-apa karena perutku merasa mual," gumamnya kemudian.

Max pun kemudian mengambil bajunya yang masih ada di dalam koper yang tadi di bawanya. Pilihannya jatuh pada pakaian casual, kaos polos warna hitam dan celana pendek berwarna abu tua. Setelah memakai pakaiannya dan menggantung handuk di tempat yang sudah disediakan, Max pun keluar dari kamarnya, menuju dapur untuk mengambil air putih dingin, ingin menyegarkan tenggorokannya yang terasa kering. Dia mengambil gelas dan tangan kanannya memencet tombol air dingin pada dispenser dan tangan kirinya mengambil ponsel yang ada di saku celananya.

Dia kemudian memesan makanan yang sejak tadi dia sangat inginkan. Di tengah kegiatannya memesan dia menghentikan jari-jari tangannya yang sedang mengetik sesuatu. 

"Apa aku perlu memesan makanan untuknya juga, sepertinya dari tadi dia tidak makan apapun," gumamnya lalu kembali memencet keyboard pada ponselnya. 

Tapi kemudian dia menghapus lagi, kenapa harus aku yang memesankannya makanan? Bukankah dia bisa memesannya sendiri?" Ucapnya pada diri sendiri.

Tak lama dia kembali mengetikkan sesuatu. "Lebih baik aku pesankan saja, dan kamu harus tahu aku memesan ini bukan untukmu tapi untuk anakku yang ada di dalam perutmu, jadi jangan terlalu percaya diri," kata Max pada ponselnya seakan berbicara dengan Bunga.

"Tuan apa yang Anda lakukan?" Teriak Bunga yang baru saja muncul mengagetkan Max dan membuat Max dengan refleks melemparkan ponselnya.

Terpopuler

Comments

fatmah nolly

fatmah nolly

gak gak jadi baca bahasa kata2 nya membosankan, bertele2

2023-05-23

1

R@3f@d lov3😘

R@3f@d lov3😘

awas ntar bucin🤭🤭max

2022-06-01

0

💜bucinnya taehyung💜

💜bucinnya taehyung💜

rekan bisnis lu orangtuanya bunga max ..

2022-05-06

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 106 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!