Behind The Scene
Hari ini adalah hari libur kenaikan kelas. Pagi pagi, Tiara tengah bersih bersih di dalam rumahnya yang mungil. Ia membersihkan puluhan piala miliknya sendiri yang disusun rapi di dalam sebuah lemari kayu yang sudah usang.
Semua itu merupakan hasil kerja keras Tiara sejak awal masuk SMA. Sedangkan lemari kayu itu merupakan buatan ayahnya sendiri. Ayah Tiara merupakan seorang kuli bangunan, tapi juga pengrajin kecil kecilan.
Ayah Tiara yang sering merantau membuat Tiara dan ayahnya jarang bertemu, mungkin 2 minggu sekali atau bahkan satu bulan sekali .
Sementara ibu Tiara ialah penjual kue depan rumah, kadang juga menjual nasi kalau mereka masih ada sisa beras.
Dan Tiara, gadis sederhana berusia 17 tahun . Anak tunggal. Dia baru saja selesai kelas 11 dengan predikat ranking satu, dan juara umum juga. Saat ini, Tiara sedang sibuk dengan hp nya, ia sedang duduk di depan teras rumahnya.
Saat itu, ibunya baru saja keluar dari pintu rumah dan menghampiri Tiara. Laras, ibu Taira, duduk di samping putrinya yang masih menatap ke layar handphone nya itu.
"Tiara, kamu yakin pingin pindah ke sekolah itu?"
Tanya Laras pada Tiara.
"Iya ma. Kalau nilai Tiara bagus di sekolah ini, Tiara bakal lebih mudah masuk kuliah melalui jalur nilai rapot "
Jawab Tiara, menoleh sebentar ke ibunya, lalu kembali menoleh ke hp nya.
Ya, saat ini Tiara sedang sibuk dengan pendaftaran online ke Arison Senior High School, sekolah paling elite di kota nya.
"Tiara, kalau seandainya kamu diterima sekolah disitu , ingat pesan mama ya.."
Lanjut Laras pelan tapi dengan nada serius, membuat Tiara menoleh sejenak dari hp nya.
"Kalau kamu punya teman baru di sana nanti, tolong jangan ajak mereka ke rumah kita, bahkan sekalipun. Jangan biarkan satu orang pun disana mengenal mama. Kamu faham kan, Tiara?"
Lanjut Laras. Tiara pun mengangguk faham. Tak perlu Laras jelaskan panjang lebar, Tiara sudah mengerti maksud ibunya.
Tiara harus punya tekad. Kalau ia berhasil pindah sekolah ke sana, ia harus belajar lebih keras, demi menaikkan derajat orang tuanya.
*
Dua Minggu kemudian..
Pukul 8 pagi. Ketika selesai membersihkan rumah, Tiara membuka hp nya sejenak.
Ia melihat ada satu notifikasi dari emailnya, dan Tiara segera membuka notifikasi itu. Ternyata itu adalah email dari Arison Senior High School, dan di bagian subjek nya, terdapat sebuah tautan. Tiara pun segera membuka tautan itu.
Mata Tiara membulat senang setelah membaca isinya. Ia diterima di Arison Senior High School! Sekolah SMA paling elit dan besar di kotanya!
Tiara pun segera memberitahu ibunya tentang itu, dan si ibu juga menyambut dengan gembira.
Di tautan itu, tertulis bahwa hari itu juga adalah hari daftar ulang terakhir. Batasnya pukul 3 sore. Jadi, ketika pukul 1 siang nanti, Tiara berencana akan pergi ke sekolah barunya untuk daftar ulang .
.
.
Di hari yang sama pukul 10 pagi, Tiara sedang berada di rumah teman sekelasnya yang bernama Rara. Rara bisa dibilang merupakan sahabat Tiara, Rara juga duduk satu bangku dengan Tiara sejak awal masuk SMA.
Saat ini, mereka berdua tengah duduk di teras, Rara tengah menangis sambil menatap layar ponselnya. Sementara Tiara yang duduk di sebelah Rara, masih bingung bagaimana caranya membujuk sahabat nya ini supaya berhenti menangis .
"Selamat ya, Tiara"
Ujar Rara yang sudah entah keberapa kali.
Ya, Rara menangis karena ia mendapat penolakan dari Arison Senior High School. Tiara dan Rara mendaftar ke High School tersebut bersama sama, di hari yang sama. Tapi sayangnya, hanya Tiara yang diterima , Rara tidak.
"Sebenarnya aku ga masalah kalau ga sekolah di sana. Yang bikin aku sedih, kita gak satu sekolah lagi, gak satu kelas lagi, gak bisa duduk berdua lagi"
Ujar Rara sambil menghapus air matanya.
"Aku liat di brosur, SMA Arison memang begitu mewah. Liat di brosur aja udah bikin kagum, gimana aslinya ya? Pasti lebih mewah. Kamu harus lebih semangat sekolah disana. Tapi, jangan lupakan aku ya"
Lanjut Rara.
"Aku gak akan lupakan kamu, Ra. Btw, kita bisa pergi bersama kesana pas aku daftar ulang"
Sambung Tiara yang membuat Rara tersenyum senang.
.
.
Sekitar pukul 13.40, kedua gadis tadi sudah bersiap siap menunggu di depan teras rumah Tiara . Tiara sudah bersiap dengan tas nya yang berisi surat surat penting dan rapot nya. Saat sedang duduk berdua , ayah Tiara terlihat baru keluar dari pintu depan dan menghampiri mereka.
Ya, ayah Tiara tidak memiliki mobil tentunya. Jadi mereka bertiga pergi naik angkot .
Sekitar 10 menit perjalanan, akhirnya mereka berhenti di pinggir jalan besar menuju Arison Senior High School. Ketika keluar dari angkot, mereka bertiga harus berjalan kaki sejauh 20 meter lagi untuk sampai ke gerbang depan Arison.
Gerbang utama Arison Senior High School juga membuat Tiara dan Rara terpana. Gerbang tertutup dengan tinggi sekitar 2 meter berwarna hitam dan berdesain mewah itu membuat Tiara penasaran dengan pemandangan yang ada di balik sana.
Ketika sudah berbicara dengan Satpam, akhirnya gerbang utama itu pun dibuka. Arison Senior High School memang sangat besar, dan memang sekolah terbesar di kota mereka.
Gedung yang ada di depan Tiara ini, terdiri dari 3 lantai, dan satu lapangan utama. Tapi Tiara baca di brosur, Arison terdiri dari 2 gedung, ada kolam renang , lapangan badminton, futsal, dan banyak lagi.
"Ayah akan melakukan daftar ulang nya. Kalau kamu mau ikut, boleh boleh aja. Tapi kalau kamu mau liat liat sekolah ini, hati hati ya, jangan jauh jauh"
Ujar Ilham yang memang sudah memegang rapot dan surat surat penting yang dibawah Tiara tadi pagi.
"Oke ya, aku sama Rara disini aja"
Jawab Tiara sedikit cengengesan. Ilham pun mengangguk dan segera pergi dari hadapan mereka menuju tempat daftar ulang. Tiara yang sedang berdiri di lapangan utama sekolah ini pun bingung hendak memulai lihat lihat dari mana. Sekolah ini sangat luas .
"Tiara, karena kamu di terima di sekolah ini, kita beli eskrim yuk, aku bayarin kamu"
Ujar Rara yang berada di sebelah Tiara.
"Disini ada jual eskrim?"
"Ada, di kantin itu"
Jawab Rara sambil menunjuk ke arah kantin yang berada di ujung lapangan. Tiara melihat disitu ada beberapa remaja yang makan dan minum.
"Oh, ayo"
Setelah itu, Rara dan Tiara pun segera berjalan menghampiri kantin besar itu. Ya, kantin tersebut sudah seperti restoran mewah. Meja makan mewah tanpa lecet, lantai berwarna pich yang menambah kesan mewah, dan terdiri dari 3 lantai.
Mereka berdua mengambil eskrim corong panjang. Tiara baru pertama kalinya makan eskrim dengan corong yang bisa dimakan seperti ini. Biasanya, Tiara hanya makan es lilin, atau jajanan es kepal harga seribu rupiah. Intinya jajanan Tiara itu serba seribu rupiah.
Setelahnya, Tiara dan Rara kembali ke lapangan utama tadi.
"Sekolahnya besar banget ya, Ra. Kok bisa ya ada sekolah besar ini di bumi?"
Gumam Tiara yang masih memakan es krimnya.
Rara yang mendengar gumaman polos dari Tiara hanya menggeleng tidak tau.
"Eh, kita coba naik ke lantai dua yuk!"
Ujar Rara. Tiara menyetujui dan mereka segera berjalan menuju tangga menuju lantai dua. Di tangga juga ada beberapa remaja yang lalu lalang, juga ada yang membawa makanan. Jadi mungkin memang masih di bolehkan makan di area sini.
"Tiara, disini ada lukisan cantik, sini!"
Ujar Rara yang sudah sampai di ujung tangga menuju lantai dua. Yang Rara maksud adalah lukisan yang dilukis langsung di dinding di area tangga.
Lukisan di dinding itu hanya berupa gambar segitiga, garis garis, persegi, dan lingkaran yang disusun secara acak dengan latar belakang warna putih bersih. Tapi lukisan itu aesthetic, dapat dijadikan latar belakang yang bagus untuk selfie.
Tiara melihat Rara sudah berselfi di dinding itu, dengan eskrim yang masih di tangannya .
Hmm, harap di maklumi. Karena sekolah Rara dan Tiara sebelumnya hanya berupa papan, dan banyak coret coretnya.
"Kamu gak mau foto juga?"
Tanya Rara.
"Boleh"
Lalu Tiara mengeluarkan ponselnya dan memberikannya pada Rara.
"Tolong fotokan ya, Ra"
Rara pun mengambil ponsel itu, dan Tiara memasang posisi untuk difoto.
Tapi karena terlalu banyak gaya, kaki Tiara terpeleset di anak tangga itu saat baru hendak di foto. Ia jatuh terperosot dari ketinggian 5 anak tangga, dan refleks eskrimnya terlempar entah kemana.
Bug!
"Argh.."
Tiara meringis kecil. Kejadian itu tak membuat lututnya terluka berdarah, tapi karena terbentur kuat di anak tangga tadi, membuat lututnya ngilu dan Tiara yakin lututnya membiru sekarang.
"Aduh, Tiara, kamu gapapa? "
Tanya Rara sambil menghampiri Tiara dan membantunya berdiri.
"Iya, gapapa kok Ra. Btw, jangan bilang ini ke ayah aku ya"
Ujar Tiara sambil membersihkan celananya.
"Hmm, oke"
Jawab Rara.
Setelah itu, Rara dan Tiara menoleh ke arah seorang lelaki berbaju basket yang tiba tiba muncul dari koridor sebelah mereka. Lelaki bertubuh tinggi itu berhenti sejenak ketika melihat mereka berdua, lalu menatap mereka berdua dengan tajam. Yang membuat Tiara heran adalah, ada corong eskrim yang lengket di rambut lelaki itu, dan eskrim coklat yang mengguyuri sebagian wajah lelaki itu.
"Kampret kalian"
Ujar Lelaki itu dengan nada agak sadis, membuat Tiara dan Rara langsung ketat ketir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
Inru
Eh, Tiara. Tiara Nandini mampir thor 🤭
2022-09-15
0
Kepo ajah🦋
aku mampir Thor ke karya nya, jangan lupa mampir juga ya
2022-06-10
1
Samy Noer
Hai Tiara ... Isma mampir ☺️
2022-05-27
0