Hari ini adalah hari libur kenaikan kelas. Pagi pagi, Tiara tengah bersih bersih di dalam rumahnya yang mungil. Ia membersihkan puluhan piala miliknya sendiri yang disusun rapi di dalam sebuah lemari kayu yang sudah usang.
Semua itu merupakan hasil kerja keras Tiara sejak awal masuk SMA. Sedangkan lemari kayu itu merupakan buatan ayahnya sendiri. Ayah Tiara merupakan seorang kuli bangunan, tapi juga pengrajin kecil kecilan.
Ayah Tiara yang sering merantau membuat Tiara dan ayahnya jarang bertemu, mungkin 2 minggu sekali atau bahkan satu bulan sekali .
Sementara ibu Tiara ialah penjual kue depan rumah, kadang juga menjual nasi kalau mereka masih ada sisa beras.
Dan Tiara, gadis sederhana berusia 17 tahun . Anak tunggal. Dia baru saja selesai kelas 11 dengan predikat ranking satu, dan juara umum juga. Saat ini, Tiara sedang sibuk dengan hp nya, ia sedang duduk di depan teras rumahnya.
Saat itu, ibunya baru saja keluar dari pintu rumah dan menghampiri Tiara. Laras, ibu Taira, duduk di samping putrinya yang masih menatap ke layar handphone nya itu.
"Tiara, kamu yakin pingin pindah ke sekolah itu?"
Tanya Laras pada Tiara.
"Iya ma. Kalau nilai Tiara bagus di sekolah ini, Tiara bakal lebih mudah masuk kuliah melalui jalur nilai rapot "
Jawab Tiara, menoleh sebentar ke ibunya, lalu kembali menoleh ke hp nya.
Ya, saat ini Tiara sedang sibuk dengan pendaftaran online ke Arison Senior High School, sekolah paling elite di kota nya.
"Tiara, kalau seandainya kamu diterima sekolah disitu , ingat pesan mama ya.."
Lanjut Laras pelan tapi dengan nada serius, membuat Tiara menoleh sejenak dari hp nya.
"Kalau kamu punya teman baru di sana nanti, tolong jangan ajak mereka ke rumah kita, bahkan sekalipun. Jangan biarkan satu orang pun disana mengenal mama. Kamu faham kan, Tiara?"
Lanjut Laras. Tiara pun mengangguk faham. Tak perlu Laras jelaskan panjang lebar, Tiara sudah mengerti maksud ibunya.
Tiara harus punya tekad. Kalau ia berhasil pindah sekolah ke sana, ia harus belajar lebih keras, demi menaikkan derajat orang tuanya.
*
Dua Minggu kemudian..
Pukul 8 pagi. Ketika selesai membersihkan rumah, Tiara membuka hp nya sejenak.
Ia melihat ada satu notifikasi dari emailnya, dan Tiara segera membuka notifikasi itu. Ternyata itu adalah email dari Arison Senior High School, dan di bagian subjek nya, terdapat sebuah tautan. Tiara pun segera membuka tautan itu.
Mata Tiara membulat senang setelah membaca isinya. Ia diterima di Arison Senior High School! Sekolah SMA paling elit dan besar di kotanya!
Tiara pun segera memberitahu ibunya tentang itu, dan si ibu juga menyambut dengan gembira.
Di tautan itu, tertulis bahwa hari itu juga adalah hari daftar ulang terakhir. Batasnya pukul 3 sore. Jadi, ketika pukul 1 siang nanti, Tiara berencana akan pergi ke sekolah barunya untuk daftar ulang .
.
.
Di hari yang sama pukul 10 pagi, Tiara sedang berada di rumah teman sekelasnya yang bernama Rara. Rara bisa dibilang merupakan sahabat Tiara, Rara juga duduk satu bangku dengan Tiara sejak awal masuk SMA.
Saat ini, mereka berdua tengah duduk di teras, Rara tengah menangis sambil menatap layar ponselnya. Sementara Tiara yang duduk di sebelah Rara, masih bingung bagaimana caranya membujuk sahabat nya ini supaya berhenti menangis .
"Selamat ya, Tiara"
Ujar Rara yang sudah entah keberapa kali.
Ya, Rara menangis karena ia mendapat penolakan dari Arison Senior High School. Tiara dan Rara mendaftar ke High School tersebut bersama sama, di hari yang sama. Tapi sayangnya, hanya Tiara yang diterima , Rara tidak.
"Sebenarnya aku ga masalah kalau ga sekolah di sana. Yang bikin aku sedih, kita gak satu sekolah lagi, gak satu kelas lagi, gak bisa duduk berdua lagi"
Ujar Rara sambil menghapus air matanya.
"Aku liat di brosur, SMA Arison memang begitu mewah. Liat di brosur aja udah bikin kagum, gimana aslinya ya? Pasti lebih mewah. Kamu harus lebih semangat sekolah disana. Tapi, jangan lupakan aku ya"
Lanjut Rara.
"Aku gak akan lupakan kamu, Ra. Btw, kita bisa pergi bersama kesana pas aku daftar ulang"
Sambung Tiara yang membuat Rara tersenyum senang.
.
.
Sekitar pukul 13.40, kedua gadis tadi sudah bersiap siap menunggu di depan teras rumah Tiara . Tiara sudah bersiap dengan tas nya yang berisi surat surat penting dan rapot nya. Saat sedang duduk berdua , ayah Tiara terlihat baru keluar dari pintu depan dan menghampiri mereka.
Ya, ayah Tiara tidak memiliki mobil tentunya. Jadi mereka bertiga pergi naik angkot .
Sekitar 10 menit perjalanan, akhirnya mereka berhenti di pinggir jalan besar menuju Arison Senior High School. Ketika keluar dari angkot, mereka bertiga harus berjalan kaki sejauh 20 meter lagi untuk sampai ke gerbang depan Arison.
Gerbang utama Arison Senior High School juga membuat Tiara dan Rara terpana. Gerbang tertutup dengan tinggi sekitar 2 meter berwarna hitam dan berdesain mewah itu membuat Tiara penasaran dengan pemandangan yang ada di balik sana.
Ketika sudah berbicara dengan Satpam, akhirnya gerbang utama itu pun dibuka. Arison Senior High School memang sangat besar, dan memang sekolah terbesar di kota mereka.
Gedung yang ada di depan Tiara ini, terdiri dari 3 lantai, dan satu lapangan utama. Tapi Tiara baca di brosur, Arison terdiri dari 2 gedung, ada kolam renang , lapangan badminton, futsal, dan banyak lagi.
"Ayah akan melakukan daftar ulang nya. Kalau kamu mau ikut, boleh boleh aja. Tapi kalau kamu mau liat liat sekolah ini, hati hati ya, jangan jauh jauh"
Ujar Ilham yang memang sudah memegang rapot dan surat surat penting yang dibawah Tiara tadi pagi.
"Oke ya, aku sama Rara disini aja"
Jawab Tiara sedikit cengengesan. Ilham pun mengangguk dan segera pergi dari hadapan mereka menuju tempat daftar ulang. Tiara yang sedang berdiri di lapangan utama sekolah ini pun bingung hendak memulai lihat lihat dari mana. Sekolah ini sangat luas .
"Tiara, karena kamu di terima di sekolah ini, kita beli eskrim yuk, aku bayarin kamu"
Ujar Rara yang berada di sebelah Tiara.
"Disini ada jual eskrim?"
"Ada, di kantin itu"
Jawab Rara sambil menunjuk ke arah kantin yang berada di ujung lapangan. Tiara melihat disitu ada beberapa remaja yang makan dan minum.
"Oh, ayo"
Setelah itu, Rara dan Tiara pun segera berjalan menghampiri kantin besar itu. Ya, kantin tersebut sudah seperti restoran mewah. Meja makan mewah tanpa lecet, lantai berwarna pich yang menambah kesan mewah, dan terdiri dari 3 lantai.
Mereka berdua mengambil eskrim corong panjang. Tiara baru pertama kalinya makan eskrim dengan corong yang bisa dimakan seperti ini. Biasanya, Tiara hanya makan es lilin, atau jajanan es kepal harga seribu rupiah. Intinya jajanan Tiara itu serba seribu rupiah.
Setelahnya, Tiara dan Rara kembali ke lapangan utama tadi.
"Sekolahnya besar banget ya, Ra. Kok bisa ya ada sekolah besar ini di bumi?"
Gumam Tiara yang masih memakan es krimnya.
Rara yang mendengar gumaman polos dari Tiara hanya menggeleng tidak tau.
"Eh, kita coba naik ke lantai dua yuk!"
Ujar Rara. Tiara menyetujui dan mereka segera berjalan menuju tangga menuju lantai dua. Di tangga juga ada beberapa remaja yang lalu lalang, juga ada yang membawa makanan. Jadi mungkin memang masih di bolehkan makan di area sini.
"Tiara, disini ada lukisan cantik, sini!"
Ujar Rara yang sudah sampai di ujung tangga menuju lantai dua. Yang Rara maksud adalah lukisan yang dilukis langsung di dinding di area tangga.
Lukisan di dinding itu hanya berupa gambar segitiga, garis garis, persegi, dan lingkaran yang disusun secara acak dengan latar belakang warna putih bersih. Tapi lukisan itu aesthetic, dapat dijadikan latar belakang yang bagus untuk selfie.
Tiara melihat Rara sudah berselfi di dinding itu, dengan eskrim yang masih di tangannya .
Hmm, harap di maklumi. Karena sekolah Rara dan Tiara sebelumnya hanya berupa papan, dan banyak coret coretnya.
"Kamu gak mau foto juga?"
Tanya Rara.
"Boleh"
Lalu Tiara mengeluarkan ponselnya dan memberikannya pada Rara.
"Tolong fotokan ya, Ra"
Rara pun mengambil ponsel itu, dan Tiara memasang posisi untuk difoto.
Tapi karena terlalu banyak gaya, kaki Tiara terpeleset di anak tangga itu saat baru hendak di foto. Ia jatuh terperosot dari ketinggian 5 anak tangga, dan refleks eskrimnya terlempar entah kemana.
Bug!
"Argh.."
Tiara meringis kecil. Kejadian itu tak membuat lututnya terluka berdarah, tapi karena terbentur kuat di anak tangga tadi, membuat lututnya ngilu dan Tiara yakin lututnya membiru sekarang.
"Aduh, Tiara, kamu gapapa? "
Tanya Rara sambil menghampiri Tiara dan membantunya berdiri.
"Iya, gapapa kok Ra. Btw, jangan bilang ini ke ayah aku ya"
Ujar Tiara sambil membersihkan celananya.
"Hmm, oke"
Jawab Rara.
Setelah itu, Rara dan Tiara menoleh ke arah seorang lelaki berbaju basket yang tiba tiba muncul dari koridor sebelah mereka. Lelaki bertubuh tinggi itu berhenti sejenak ketika melihat mereka berdua, lalu menatap mereka berdua dengan tajam. Yang membuat Tiara heran adalah, ada corong eskrim yang lengket di rambut lelaki itu, dan eskrim coklat yang mengguyuri sebagian wajah lelaki itu.
"Kampret kalian"
Ujar Lelaki itu dengan nada agak sadis, membuat Tiara dan Rara langsung ketat ketir.
Di hari yang sama, sekitar pukul 2 siang, terlihat seorang lelaki dengan baju basket tengah membersihkan wajah nya di keran air. Ia malah harus terpaksa mengguyur rambut nya dengan air, karena eskrim tak sengaja terlempar ke arah nya tadi mengotori rambutnya.
Sebelum kejadian itu, ia sedang berada di lantai dua menemui teman temannya. Dan di lantai dua juga ada ruang ganti pakaian. Waktu itu dia baru saja keluar dari ruang ganti pakaian dengan baju basketnya dan hendak kembali ke lantai satu.
Dia hanya berjalan santai di koridor . Tapi sialnya, ada sebuah eskrim corong yang entah dari mana tiba tiba melayang dan jatuh ke kepalanya . Eskrim coklat yang masih banyak itu, mengguyur area kening, rambut, hingga hidungnya.
Lelaki itu diam saja ketika melihat seorang remaja perempuan di kucir dua seperti anak TK tiba tiba berlari kecil ke arahnya lalu meminta maaf.
"M-maaf, bang. Saya ga sengaja. Tadi saya terjatuh terus eskrimnya terlempar gitu aja. Maafkan saya"
Ujar perempuan itu sambil menunduk malu.
Sebenarnya Ares sudah sangat kesal dengan kejadian yang barusan di alaminya. Di sebelah perempuan kucir dua tadi, ada seorang perempuan berambut pendek yang juga memegang eskrim yang sama. Di tangan mereka masing masing juga sedang memegang hp dan Ares bisa melihat kamera selfie yang masih menyala di layar hp mereka.
Jadi, mereka selfie di dinding anak tangga ini? Norak sekali, fikir Ares.
"Lain kali, kalau di area tangga itu hati hati, jangan malah selfie selfie"
Ujar Ares tegas, lalu pergi meninggalkan mereka berdua begitu saja, tentu dengan corong eskrim yang masih di atas kepalanya.
Ya, begitulah ceritanya. Setelah pergi dari sana, Ares tak melihat keberadaan kedua gadis itu lagi.
"Ares, udah selesai belum?"
Tanya seorang lelaki yang memakai baju basket yang sama dengan Ares. Ada sekitar 5 lelaki di luar toilet yang tengah menunggu Ares.
"Iya udah"
Jawab Ares, lalu segera keluar dari toilet . Baju basketnya di area dada terlihat basah sedikit , tapi Ares tak peduli dan memilih tidak mengganti pakaiannya walaupun mereka akan pergi bertanding lima menit lagi.
"Gak mau sekalian ganti baju aja, bro?"
Tanya salah satu teman Ares disitu sambil melihat ke arah baju Ares yang terlihat basah.
"Gausah. Ntar juga kering sendiri"
Jawab Ares.
"Oke, sekarang kita let's go!"
*
Keesokan harinya..
Ini ialah hari pertama Tiara menjadi siswa di sekolah barunya, Arison Senior High School. Ia pergi naik angkot dari rumahnya, karena pagi ini, ayahnya sedang tidak ada.
Ya, seperti biasa, ayah Tiara sering merantau dengan pekerjaannya, kalau pulang bisa sebulan sekali.
Ia sudah sampai di gerbang sekolah pukul 07.15. Ketika sudah memasuki area sekolah, Tiara dipertemukan dengan seorang guru wanita. Guru wanita itu mengajaknya ke kantor guru, mungkin guru tersebut tau kalau Tiara adalah murid baru disini.
Di ruang guru, Tiara di ajak bicara banyak hal, hingga waktu sudah menunjukkan pukul 07.30.
Di ruang guru tadi, ia juga dipertemukan dengan wali kelasnya . Sekarang jam 07.32. Tiara bersama wali kelasnya pun keluar dari kantor guru tersebut. Wali kelas Tiara ( Namanya Sarah ) segera berjalan menuju lantai tiga, Tiara mengekor dari belakang.
Ternyata kelas yang akan ditempati Tiara ada di lantai tiga . Tiara pertama kalinya masuk kelas di lantai teratas. Di sekolah Tiara sebelumnya, hanya satu lantai saja .
Wali kelas nya yang bernama Sarah itu memasuki kelas terlebih dahulu. Tiara melihat papan kecil di atas pintu kelas barunya yang bertulisan ' 12 IPA 1 '.
"Anak anak, selamat pagi. Selamat datang di kelas baru kalian, kelas 12 IPA 1. Hari ini, kita kedatangan murid baru. Dia masuk ke sini melalui jalur prestasi dan nilai rapot. Nak, silahkan masuk"
Tiara yang mendengar itu pun segera masuk ke kelas barunya dengan sopan, lalu berdiri di samping wali kelasnya itu, Bu Sarah. Ia tenang melihat murid murid disini langsung memasang senyum ketika ia masuk kelas, oh, kecuali satu orang.
Itu ialah seorang gadis yang duduk di barisan ketiga kolom ketiga. Gadis itu memiliki kulit putih, hidung mungil, bibir tipis merah, dan rambut lurus panjang yang sangat halus.
Tapi gadis itu menatap Tiara dengan wajah gusar, membuat Tiara bertanya tanya dosa apakah yang ia lakukan kepada gadis itu.
Mengabaikan itu, Tiara melihat seisi lain kelas ini, bangku dan meja yang mengkilap, dinding tanpa noda, kerajinan aesthetic di ujung kelas, lemari untuk menaruh tas, dan lain lain. Setiap siswa disini duduk sendiri, satu meja dan satu bangku. Dan di kelas ini total hanya ada 9 bangku .
"Sekarang, coba perkenalkan dirimu dengan teman temanmu ya"
"Perkenalkan nama saya Tiara Angelista, saya pindahan dari SMA ******. Saya harap kita semua dapat berteman dengan baik, terimakasih"
"Nah, Tiara, sekarang kamu bisa duduk di kursi kosong sebelah sana"
Ujar Bu Sarah, dan Tiara pun berjalan menuju kursi kosong di baris ketiga, kolom pertama.
.
.
Ketika pukul 9 , lonceng berbunyi, menandakan waktu istirahat. Tiara memang tidak berniat pergi ke kantin, karena dia tak punya uang, dan tak punya teman untuk di ajak kesana. Jadi, dia memilih untuk duduk di kursinya saja.
"Hai, perkenalkan, aku Yuki"
Ujar perempuan yang duduk di bangku depan Tiara.
"Salam kenal Yuki"
Ujar Tiara dengan senyum kecil.
"Halo, Tiara. Aku Sella"
Ujar seorang lagi, dan Tiara pun membalas sapaannya dengan senang hati. Semua siswa disini pun ikut berkenalan dengan Tiara, kecuali satu orang. Dia ialah perempuan berambut lurus panjang tadi.
Selagi teman sekelasnya yang lain tengah berkenalan dengan Tiara, gadis yang duduk di baris ketiga kolom ketiga itu keluar kelas sendirian.
Ya, walaupun ke tujuh teman sekelasnya mengajaknya berkenalan, tapi tak ada yang mengajak Tiara keluar kelas bersama. Jadi, Tiara hanya duduk diam di bangkunya. Tiara juga sedang tak punya uang.
Sudah lima menit Tiara masih duduk di kursi di kelasnya. Kata Bu Sarah, waktu istirahat sekitar 15 menit, berarti sisa 10 menit lagi. Tiara yang mulai bosan segera keluar dari kelas nya.
Kelas Tiara bersebelahan langsung dengan area tangga menuju lantai dua. Ketika Tiara baru saja keluar satu langkah ke kiri dari pintu kelasnya, sebelum melewati batas dinding kelasnya, ia mengintip dua orang cewek yang saling berbicara di area anak tangga.
Salah satu cewek itu ialah gadis sekelasnya, gadis berambut lurus panjang yang sebelumnya selalu Tiara perhatikan tadi.
Yang membuat Tiara tertarik menguping ialah, karena mereka membicarakan ' anak baru '.
"Menurut elu, gimana penampilan anak baru itu?"
Tanya seorang siswi berambut sebahu kepada siswi berambut lurus panjang yang ada didepannya. Tiara tak mengenal siapa lawan bicara dari gadis berambut lurus panjang itu, karena tak sekelas dengan Tiara.
"Penampilan dia gak norak sih, tapi mukanya gak cakep cakep amat"
Jawab si gadis berambut lurus panjang itu, yang membuat telinga Tiara gatal mendengarnya. Tapi, apakah mereka memang sedang membicarakan Tiara?
"Ciri cirinya gimana? "
"Rambut sebahu di kucir satu, kulit gak terlalu putih, dan kayaknya tinggi nya gak beda jauh sama tinggi aku"
Jawaban dari gadis berambut lurus panjang itu membuat Tiara langsung menyimpulkan bahwa mereka memang sedang membicarakan dirinya. Ciri ciri yang ia sebut benar semua.
"Btw, tuh cewek masuk dari jalur prestasi loh. Hmm, aku penasaran apa tuh cewek emang sepintar itu atau malah suap guru"
Lanjut gadis berambut lurus panjang itu. Hey, Tiara tentu tidak punya uang untuk suap guru!
"Gara gara dia, aku dikeluarkan dari IPA 1. Mana dipindahkan ke IPA 3 lagi, jauh banget. Padahal kan aku mau deket deket sama mas crush. Gara gara tuh cewek, gua jadi dipindahkan! Coba aja dia ga sekolah disini, pasti gak bakal terjadi kayak gini!"
Lanjut gadis berambut sebahu sambil menggertak kesal entah pada siapa.
Karena cukup kesal dengan pembicaraan mereka, Tiara mencoba cari perhatian dengan berjalan melewati mereka, mencari tau apakah mereka tetap akan membicarakan Tiara atau tidak.
"Eh, kamu, coba sini dulu,"
Tiara tak menyangka itu terjadi, perempuan berambut sebahu itu barusan memanggilnya ketika Tiara berjalan didekat mereka berdua.
"Iya?"
"Kamu .. kamu anak baru ya?"
Tanya perempuan rambut sebahu itu, sambil melirik Tiara dari atas sampai bawah. Tiara melirik ke arah name tag nya. Rina.
"Iya. Nih cewek yang jadi murid baru di kelas gue"
Yang menjawab malah si gadis berambut lurus panjang.
"Wahh, kebetulan banget ya, Sa"
Ujar gadis yang bernama Rina itu kepada si gadis berambut lurus panjang disebelahnya.
Tiara hanya diam dan memasang wajah sedatar mungkin, apalagi kedua cewek didepannya ini menatapnya dari atas sampai bawah dengan tatapan sinis sejak awal.
"Sekelas dia kan?"
Tanya gadis bernama Rina itu lagi sambil menunjuk ke arah gadis berambut lurus panjang disebelahnya.
"Iya"
"Pindahan dari sekolah mana?"
Tanya Rina lagi.
"SMA ****** "
Jawaban Tiara membuat gadis bernama Rina itu mengernyit heran.
"Dimana itu ? Aku gak pernah dengar. Namanya juga ga ada elit elitenya."
Tanyanya lagi dengan nada angkuh, membuat Tiara ingin gelud dengannya sekarang.
"Di kampung *******"
"Ohh, pindahan dari kampung?"
Huh? Apa maksudnya bertanya dengan nada merendahkan seperti itu?
Mengabaikan cewek yang bernama Rina itu, Tiara melirik sekilas ke name tag gadis berambut panjang yang sekelas dengannya ini. Teressa, namanya Teressa.
"Iya"
Jawaban Tiara dengan santai membuat mereka berdua diam sejenak.
"Hahaha"
Gadis bernama Rina itu tiba tiba tertawa gila. Sementara Tiara diam saja.
"By the way.."
Kini, giliran Teressa yang membuka mulut. Gadis berambut lurus panjang yang bernama Teressa itu melirik tajam ke arah Tiara, yang membuat Tiara bingung.
"Katanya kamu masuk ke kelas IPA A dari jalur prestasi kan? Coba buktiin. Kalo kamu berani, coba besok kamu bawa piagam piagam perlombaan yang pernah kamu ikuti . Kalo kamu takut, berarti ya.. "
"Iya, besok aku bawa"
Jawab Tiara cepat , membuat kedua gadis itu saling lirik dengan tatapan agak terkejut.
"Wow, cepet banget jawabnya. Yakin nih.. anak baru?"
Tanya Rina sambil memasang senyum smirk yang menyebalkan.
"Iya"
"Oke, jangan lupa. Kita ketemu di roof top besok pas pagi pagi sebelum jam tujuh"
*
Ke esokan harinya...
Tiara datang cepat hari ini, sebelum pukul 06.55, Tiara sudah sampai di sekolah. Dia juga sudah memasang atribut lengkap pada seragam nya .
Oh, Tiara juga tidak melupakan apa yang diminta cewek sok keras yang bernama Teressa itu semalam. Ia sudah membawa tiga puluh lebih piagam miliknya, tapi foto kopiannya saja supaya ia bisa melipatnya di dalam tasnya.
Setelah masuk kelas dan menaruh tasnya, Tiara segera keluar dari kelas dan menuju rooftop untuk menemui cewek sok keras itu. Tapi Tiara cukup heran kenapa cewek itu harus memilih roof top sebagai tempat pertemuan mereka.
Apa jangan jangan cewek itu memang mau ngajak gelud?
Ketika sudah sampai di roof top, Tiara sudah melihat dua cewek yang ia temui semalam. Rina dan Teressa sudah berdiri di tengah tengah roof top. Tiara melihat sekeliling, tidak ada orang disini selain mereka berdua.
"Nah, lihat lah piagam penghargaan ku sepuas mu"
Ujar Tiara lalu menyodorkan puluhan piagam yang dibawanya ke arah Teressa. Teressa mengambilnya dengan agak gusar, dan melihat lihat piagam itu satu persatu.
Setelah melihat lihat piagam milik Tiara selama sekitar satu menit, Tiara lalu memberikannya kepada Rina .
"Gak sebanding sama punya kamu kok, tenang aja"
Ujar Teressa dengan nada meremehkan, lalu Rina pun mengambil piagam piagam itu dengan santai.
Rina juga melihat piagam itu satu persatu.
"Cuma tiga puluh lima? Piagam ku lebih banyak"
Ujar Rina datar lalu mengembalikan foto kopian piagam itu ke Tiara.
"Bukti?"
Tanya Tiara , dan Rina pun mengeluarkan hp nya dan menunjukkan banyak foto piagam atas namanya kepada Tiara.
Dan memang milik Rina lebih banyak, mungkin sekitar 40. Dan Tiara sudah melihat semua piagam itu ialah piagam sejak SMA. Hmm, hebat juga dia .
"See ? Jadi, siapa yang lebih pantas masuk IPA 1 diantara kita?"
Tanya Rina dengan nada songong.
"Walaupun aku murid baru disini, tapi setau aku, walaupun kamu punya banyak piagam tapi nilai rapot kamu di kelas sebelumnya rendah, ya tetap saja bakal beresiko "
Ujar Tiara yang membuat Rina memelototkan matanya. Rina mengakui kalau nilai dia merupakan yang terendah di kelas XI IPA 1 sebelumnya.
"Hm iya juga sih. Oke, selamat untuk kamu yang udah masuk kelas IPA 1. Tapi, hmm, kamu harus tau , disitu ada gebetan gua"
Ujar Rina sambil menatap tajam ke arah Tiara.
"Yang mana?"
"Gua males ngomong panjang lebar, intinya, doa cowok yang paling ganteng di kelas elu. Jangan deket deket sama dia, oke? Udah deh, gua mau balik ke kelas"
Ujar Rina dengan nada menyebalkan, lalu ia berjalan santai meninggalkan Tiara. Teressa juga ikut bersamanya. Tiara terdiam sejenak sambil menghela nafas.
Di kelas Tiara, hanya ada dua orang lelaki. Sisanya murid perempuan. Tiara berfikir tentang cowo yang dimaksud Rina tadi. Ia melihat lihat kedua wajah cowok di kelasnya. Hmm, Tiara tidak tau yang mana diantara mereka berdua yang lebih tampan.
Oh, untuk pembelajaran hari ini, hanya berupa menulis judul judul materi biologi semester satu. Buku paket belum dibagikan.
Sekarang sudah pukul 08.59. Satu menit lagi bel istirahat berbunyi. Selama di kelas tadi, tentu saja, Tiara hanya adu tatapan tajam dengan cewek sok keras yang bernama Teressa itu.
Kringgg!!
Lonceng waktu istirahat pun berbunyi. Tiara hanya diam di tempat. Dia melihat siswi siswi di kelasnya segera keluar kelas, dengan circle mereka masing masing. Tiara tidak mungkin tiba tiba bergabung dengan dan langsung sok asik dengan circle mereka kan?
Tak berapa lama kemudian, ada seorang cewek berambut agak keriting, kucir satu. Tiara ingat nama nya adalah Fina.
"Hai, Tiara. Mau temenin aku jajan di kantin gak?"
Tanya cewek itu dengan senyum manisnya .
"Ngg, oke"
Setelahnya, Tiara dan cewek yang bernama Fina itu segera keluar kelas. Mereka berdua turun menuju lantai satu, tempat dimana kantin berada .
Tiara melihat kantin cukup penuh. Kantin Arison terdiri dari tiga lantai, dan saat ini ketiga lantai tersebut cukup penuh. Kantin ini memang sudah seperti restoran mewah, menurut Tiara.
Setiap meja dan kursi disini sangat bersih tanpa coret coretan, dan bentuknya seperti meja KFC, bukan seperti meja murid.
Dan menu disini, ada nasi goreng, bakso, salad, burger, hingga pizza. Fina hanya membeli Snack kecil, lalu mereka berdua pun keluar dari kantin.
"Oh iya, kamu udah liat liat semua lapangan di sekolah ini belum?"
Tanya Fina , Tiara menjawab dengan gelengan.
"Ohh, kalo gitu, kita jalan jalan keliling sekolah ini sekarang! Ayo!"
Ujar Fina begitu semangat, dan menggandeng tangan Tiara. Tiara hanya mengangguk angguk saja.
Fina membawa Tiara ke daerah belakang gedung. Daerah belakang gedung utama ini bisa dimasuki melalui daerah loker lantai satu. Di daerah loker itu lah, yang menghubungkan antara daerah halaman depan sekolah, dengan halaman belakang sekolah.
Dan halaman belakang sekolah bisa dilihat dari jendela di kelas masing masing.
Tiara tentu baru pertama kalinya kesini. Di halaman belakang ini, semua isinya ialah jenis lapangan yang berbeda beda. Yang pertama kali di tampakkan setelah melewati area loker ini ialah lapangan basket.
Tiara melihat lapangan basket ini sedang kosong, hanya ada beberapa siswi yang duduk duduk di bangku penonton.
Kemudian mereka berjalan lebih jauh, terpampang empat buah lapangan badminton. Ada juga gedung lapangan futsal. Tiara dan Fina berjalan mendekati gedung futsal, karena terlihat berisik di dalam sana.
"Eh, Tiara. Kita liat liat ke gedung futsal yuk!"
Ajak Fina, Tiara segera mengangguk setuju.
Mereka berjalan ke arah gedung futsal yang berjarak sekitar 20 meter dari mereka. Mereka menuju area depan. Di area depan, terlihat dua pintu yang salah satunya tertutup. Didepan pintu itu, ada tiga buah anak tangga.
Tiara dan Fina pelan pelan berjalan menuju ke arah pintu tersebut. Mereka mengintip sedikit ke dalam pintu untuk melihat kejadian yang ada di dalam sana.
Di dalam sana, ternyata ada ramai siswa dan siswi yang bersorak di bangku penonton. Hmm, sepertinya sedang ada pertandingan. Tiara baru saja menyentuh pintu yang tengah tertutup didepannya.
Tapi tiba tiba, pintu itu tiba tiba terbuka, dan muncul seorang lelaki yang berlari cepat keluar dari sana , Spontan lelaki itu menabrak Tiara karena Tiara tidak sempat menghindar .
Bug!
Tiara pun jatuh tersungkur ke belakang. Telapak tangannya berpasir dan juga terluka karena ia menggunakan telapak tangannya ketika menahan beban tubuhnya saat jatuh.
Tiara segera bangkit berdiri sebelum lelaki yang menabraknya tadi sempat membantunya.
"Ohh, maafkan aku ya. Aku yang salah karena keluar masuk pintu sembarangan. Maafkan aku ya"
Ujar lelaki tadi menghampiri Tiara.
Tiara tidak segera menjawab, hanya fokus membersihkan roknya dari pasir. Tapi pandangan Tiara beralih ketika lelaki itu tiba tiba menggenggam telapak tangannya, lalu meneliti luka di telapak tangan Tiara.
Tiara langsung menarik tangannya cepat dari genggaman lelaki itu.
"Mau ngapain kamu?"
Tanya Tiara tidak santai, sementara lelaki itu mengernyit heran.
"Mau liat luka kamu lah"
Ujar lelaki itu . Tiara sejenak terpesona dengan wajah lelaki ini. Kulit putih, bersih tanpa jerawat, rambut agak ikal, hidung mancung, alis tebal, pahatan yang bagus. Kemudian, Tiara melirik ke arah name tag lelaki didepannya ini. Arsenio..
"Sakit ya? Mau aku obatin?"
Tanya lelaki itu, membuat Tiara menggeleng cepat.
"Ya udah deh. Sekali lagi, aku minta maaf ya. Kalau kamu butuh obat, atau yang lain, kamu bisa bilang ke aku, di kelas 12 IPS 1. Oke?"
Ujar lelaki itu dengan senyum kecil, Tiara hanya mengangguk angguk saja, seperti biasa .
Sementara itu, dari dalam pintu gedung futsal tadi, terlihat Teressa yang mengintip adegan mereka berdua dengan wajah penuh kekesalan.
*
Sebelum waktu istirahat sempat berakhir, Tiara pergi ke kantin sebentar untuk membeli pembalut luka berukuran kecil. Telapak tangannya hingga bagian jarinya tergesek banyak pasir, dan darah yang keluar cukup banyak sehingga akan mengganggunya menulis.
"Tiara, kalau kamu gak kuat, kalo tangan kamu masih sakit, bisa minta izin ke ibu. Pasti kamu susah nulis kan?"
Ujar Fina yang tengah berdiri di sebelah bangku Tiara. Mereka berdua sedang berada di dalam kelas mereka.
"Enggak kok, udah gak sakit"
Ujar Tiara setelah selesai membalut luka telapak tangannya .
Kringg!!
Lonceng menandakan waktu istirahat telah habis kini berbunyi. Semua siswa kembali ke kelas mereka masing masing.
Bu Sarah pun kembali memasuki kelas setelah ke sepuluh murid 12 IPA 1 sudah memasuki kelas .
"Baiklah anak anak, kita akan melanjutkan catatan materi pertama kita tentang biologi"
Ujar Bu Sarah sambil mengambil spidol yang ada diatas mejanya.
"Oh iya, sebelumnya, saya mau informasikan untuk Tiara. Tiara, kamu sebagai anak baru, ketika pulang sekolah nanti, kamu harus mengikuti masa pengenalan sekolah ya, hanya 10 menit saja. Nanti pas sudah bel pulang sekolah, kamu jangan langsung pulang, temui saya dulu di kantor guru. Untuk hari pertama kamu dalam masa pengenalan sekolah ini, saya yang akan akan membimbing kamu"
Ujar Bu Sarah, dan Tiara langsung mengangguk faham.
"Baik buk"
*
Ketika sudah bel pulang sekolah, Tiara keluar dari kelas. Sesuai dengan perintah wali kelasnya, Tiara pun segera ke kantor guru untuk menemui Bu Sarah.
Masa pengenalan sekolah, awalnya Tiara fikir ia akan digabungkan dengan siswa baru yang baru masuk kelas 10 di sekolah ini, ternyata tidak. Kali ini, Tiara hanya diberikan peta sekolah, nama nama guru hingga kepala sekolah, dan jenis jenis buku paket untuk kelas 12 IPA. Itu saja.
Setelah selesai masa pengenalan sekolah tersebut, Tiara segera keluar dari kantor guru. Tiara melihat halaman sekolah sudah sepi, karena para murid memang sudah pulang sejak 10 menit yang lalu.
Benar benar sepi, yang tersisa hanya para guru yang berada di kantor guru, Tiara tidak melihat adanya siswa lagi di sini.
Tiara kemudian berjalan keluar pagar utama sekolah. Di depan pagar utama juga sepi, yang terlihat disini hanya pak satpam.
Saat baru saja Tiara hendak berjalan ke arah jalanan besar untuk mencari angkot, tiba tiba muncul sepeda motor besar dengan seorang lelaki berhelm hitam yang mengendarainya. Motor itu muncul dari arah sebaliknya dari jalanan besar.
Dan motor itu mendekat ke arah Tiara, membuat Tiara berhenti berjalan dan menoleh ke arah si pemilik motor yang kini berada di sebelah Tiara, masih berada diatas motornya.
Lelaki itu membuka helm nya, dan ternyata lelaki itu ialah Arsenio, lelaki yang menabrak Tiara saat di gedung futsal tadi.
"Permisi, boleh bantuin aku gak?"
Tanya lelaki itu, membuat Tiara keheranan .
"Bantu apa?"
"Pura pura jadi pacar aku selama 1 menit , aku cuma minta itu doang kok, pliss.. mau ya.."
Tiara mengernyitkan dahi heran dengan jawaban lelaki itu.
Pura pura jadi pacarnya ?
Tiara tidak pernah melakukan ini sebelumnya. Tiara juga tak pernah berpacaran .
"Ng.. untuk apa?"
Tanya Tiara .
"Itu disana... di area parkir.. ada orang gila yang ngejar ngejar aku. Perempuan gila itu minta aku jadi pacarnya. Serem banget sumpah. Makanya aku minta kamu pura pura jadi pacar aku, supaya perempuan itu berhenti ngejar"
Jawab Arsenio dengan muka agak panik sambil menunjuk nunjuk kearah jalan kecil menuju area parkir Arison.
Tiara melihat ke arah yang ditunjuk Arsenio sambil memicingkan mata. Hmm.. tidak ada siapa siapa yang muncul dari sana.
"Ga ada siapa siapa tuh?"
Ujar Tiara pada Arsenio.
"Orang gilanya itu pasti lagi nyariin aku di area parkir, makanya dia belum kesini. Ntar juga kesini. Makanya, buruan kita pura pura pacaran, jadi kalo pun dia .."
"Iya iya, gimana caranya?"
Tiara memotong perkataan Arsenio sebelum Arsenio selesai dengan perkataannya.
"Caranya dengan kamu pura pura pulang bareng aku"
Jawaban Arsenio membuat Tiara berfikir dua kali. Ibunya pasti akan menghajarnya kalau ketahuan pulang bareng cowok. Dengan saudara cowoknya saja tidak diizinkan, apalagi dengan cowok yang tidak ada hubungan darah seperti Arsenio.
Tiara hanya pernah di bonceng ayahnya, tidak pernah ada lelaki lain yang memboncengnya .
"Aku ga mau"
Jawab Tiara datar, sementara Arsenio terlihat memasang wajah bingung.
"Hmm, kayaknya aku tau alasannya kenapa"
Ujar Arsenio.
"Kalo enggak gini aja, aku nganter kamu sampe ke jalan besar itu aja, ga sampe ke rumah kamu. Cukup sampe jalan besar itu. Mau ya?"
Lanjut Arsenio dengan memasang wajah memohon.
"Kenapa gak sama cewek lain aja?"
Tanya Tiara.
"Ya kan kamu liat sendiri, siswa siswi disini udah pada pulang semua. Yang tersisa cuma satpam. Masa iya pak satpam aku ajak pura pura pacaran? Boleh ya boleh ya.."
Arsenio berujar dengan nada mendesak , terdengar seperti anak kecil yang merengek. Tiara menghela nafas, lalu segera naik ke sepeda motor itu dan duduk di belakang Arsenio .
"Makasih ya.."
Ujar Arsenio dengan sangat pelan, sehingga Tiara tidak dapat mendengarnya.
Arsenio memakai helm nya dan segera menyalakan kembali motornya. Sebelum ia melajukan motornya, ia sekilas melihat ke arah belakang.
Karena Arsenio melihat ke arah belakang, Tiara pun juga ikut melihat kebelakang.
Ada seorang cewek berambut lurus panjang dari area parkir, berlari ke arah mereka dengan kencang..
"Tuh orang gilanya udah muncul!"
Ujar Arsenio, lalu segera melajukan motornya. Tiara cukup tersentak dengan kelajuan motor yang baru saja dinyalakan Arsenio.
"Arsenio!!"
Terdengar suara cewek tadi dari arah belakang mereka, sementara Arsenio tetap melajukan motornya. Tiara sedikit panik dan kebingungan.
Saat motor ini masih sedang melaju, Tiara sekilas melihat lagi ke arah belakangnya. Cewek yang mengejar mereka itu berlari semakin dekat. Dan Tiara baru menyadari bahwa, cewek itu ternyata adalah Teressa.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!