Rental PS

...Pedih ku saat merasa indah, semua hilang dan usai...

...Bila cinta ini tak nyata, jangan engkau beri harapan...

...Sudah cukup kini kusadari, terlalu cepat jatuhkan hati...

...———...

...💮💮💮...

Setelah Dewa memilih pergi karena tak ingin mengganggu Vivi lagi, justru gadis itu malah tampak kesepian dan merindukan sosok lelaki yang selalu membuatnya tersenyum itu. Entah apa sebenarnya yang ada di dalam pikirannya karena mudah sekali ia berubah-ubah, padahal sebelumnya ia kesal ketika Dewa ada di dekatnya tapi kali ini malah menginginkan pria itu kembali kepadanya.

"Huft, kenapa gue malah jadi begini sih? Rasanya kayak ada yang kurang gitu kalo gak ada Dewa di dekat gue, mungkin karena gue udah kebiasaan kali ya deket-deket sama dia terus?" gumam Vivi sembari jalan lambat dan lemas melalui lorong kampus.

Tak lama kemudian, teman sekaligus sahabatnya di kampus muncul dari depan sambil tersenyum melambaikan tangan menyapa Vivi dengan penuh keceriaan di wajahnya. Namun, Vivi hanya diam lalu memberi senyum tipis ke arah sahabatnya.

"Heh, lu kenapa Vi?" tanya temannya yang tak lain adalah Jessi, ia baru muncul karena kelasnya juga baru selesai.

"Gapapa, cuma lagi bete aja!" jawab Vivi singkat.

"Ohh, eh ikut gue yuk ke kantin! Kita ngobrol sambil minum es biar seger, soalnya otak gue kayaknya kepanasan nih belajar terus jadi perlu yang dingin-dingin biar gak kebakar!" ujar Jessi.

"Boleh, yuk!" ucap Vivi tersenyum lalu merangkul sohibnya, ia mencoba bersenang-senang dengan teman wanitanya selagi Dewa tak ada disana.

Ya selama ini memang Vivi lebih akrab pada Dewa dibanding sahabat wanitanya, itulah yang menyebabkan ia jarang memiliki teman wanita karena banyak yang malas berteman dengannya.

Mereka sampai di kantin kampus dan langsung memesan es teh manis favorit kedua gadis cantik itu serta dimsum yang memang menjadi makanan terlaris yang ada di kantin tersebut, mereka pun duduk pada kursi yang masih kosong dan tak lupa mengeluarkan ponsel masing-masing.

"Eh, ngomong-ngomong si Dewa kemana? Kok tumbenan lu gak sama dia tadi, apa dia udah pulang duluan?" tanya Jessi yang tak jadi memainkan ponselnya, ia lebih memilih mengajak bicara sahabatnya karena penasaran dimana Dewa.

"Ish, ngapain sih lu tanya-tanya soal Dewa? Gue mana tahu dia kemana, emang gue emaknya apa?" ujar Vivi agak sensitif tiap kali Jessi membahas tentang Dewa, karena ia tahu ujung-ujungnya wanita itu pasti akan meledeknya nanti.

"Yeh biasa aja kali, gue kan cuma nanya! Kan lu sama Dewa itu ibarat petrik dan spongebob yang selalu kemana-mana bareng, makanya heran aja sekarang lu kok sendirian gitu gak sama si Dewa!" ujar Jessi tersenyum.

"Hadeh, enak aja gue disamain sama petrik spongebob! Denger ya, walau gue sama Dewa sering barengan bukan berarti kita gak boleh misah dong! Gue kan punya kesibukan sendiri, begitu juga sama Dewa yang lebih sibuk malah dari gue!" ucap Vivi.

"Hehe iya iya, yaudah sekarang mending kita langsung nikmatin aja tuh dimsum sama es teh pesanan kita udah dateng!" ucap Jessi menunjuk ke arah mbak-mbak pelayan yang membawakan pesanan mereka berdua ke meja.

Tentu saja Vivi serta Jessi langsung menikmati dimsum serta es teh yang sudah datang itu, kini mereka lebih sedikit berbicara karena asyik memakan pesanan mereka masing-masing sembari membuka ponsel di tangan mereka.

...•••...

Disisi lain, Dewa sampai ke rumahnya karena memang hari ini ia tidak memiliki jadwal latihan di PSIS dan bisa memanfaatkan liburnya untuk beristirahat di rumah bersama papanya. Dewa pun memarkirkan motornya tepat di depan rumah, ya rumahnya saat ini memang masih sederhana karena gajinya di PSIS juga belum terlalu tinggi sehingga ia belum bisa membeli rumah baru untuk papanya.

TOK TOK TOK...

Dewa terpaksa mengetuk pintu karena terkunci dari dalam, namun seperti di dalam rumah itu tidak ada orang atau siapapun karena tak kunjung ada jawaban yang menyauti ketukan pintu tersebut. Dewa pun mengusap wajahnya sambil garuk-garuk kening karena bingung harus kemana sekarang, ya akhirnya ia memilih pergi lagi dari sana daripada harus bengong disana tidak jelas.

Saat di jalan, Dewa bertemu dengan Arhan yang tengah berjalan kaki dengan mengenakan kaos hitam bertuliskan i'm handsome serta celana pendek berwarna abu-abu terang. Tentu Dewa menghentikan sejenak motornya untuk menyapa sang sahabat yang sama-sama berlatih di PSIS itu, mereka juga memang tinggal di kampung yang sama namun tidak saling kenal sebelum bertemu di PSIS karena beda RT/RW sama rumah.

"Wih Arhan, mantap banget nih makin kinclong aja idola para kaum hawa yang satu ini!" ujar Dewa memuji atau bahkan meledek Arhan, karena sulit untuk membedakan kalimat yang dilontarkan oleh Dewa barusan terhadap Arhan.

"Ah elah lu ngeledek mulu kerjaannya, iya dah yang paling ganteng di timnas dan jadi bahan pujian para rahim anget! Gua mah apa atuh cuma anak kampung yang kebetulan bisa main bola terus masuk timnas, gak ada apa-apanya dibanding lu!" ujar Arhan merendah supaya Dewa merasa bersalah.

"Yeh dia malah nangis, udah ah baperan amat lu jadi cowok udah kayak kucing di deket rumah gua aja gak dikasih ikan dikit nangis!" ujar Dewa. "Eh ya btw lu mau kemana nih?" sambungnya menatap Arhan penuh penasaran.

"Ini biasa gue mau main, kebetulan ada yang baru buka rental PS di deket sini! Makanya gue mau cobain sekalian latihan main bola, kan lumayan biar gak gabut gabut amat..." ucap Arhan nyengir.

"Widih asik banget tuh kayaknya, gue ikutan dong! Ngomong-ngomong PS apaan yang dirental?" ujar Dewa langsung bersemangat.

"PS 4 sih bro, tapi okelah gapapa masih mantap!" ucap Arhan.

"Wah itu sih bukan mantap lagi, malahan luar biasa kalo ada rental PS 4 di kampung kita! Yaudah ayo lu gue boncengin aja biar cepet nyampe sananya, kalo jalan kaki mah nanti lu ketinggalan!" ujar Dewa.

"Lah ngapain naik motor sih? Orang tempatnya disitu noh belakang lu, deket begitu pake naik motor segala!" ujar Arhan sembari menunjuk ke arah bangunan belakang Dewa.

Sontak Dewa reflek menoleh dan baru menyadari tulisan yang terpampang di depan bangunan itu yakni rental PS 4, entah kenapa sebelumnya ia tak melihat tulisan tersebut.

"Yaelah lu ngapa kagak bilang sih kalo tempatnya disitu? Pake segala ngomong di deket sini, kan gue jadi ambigu!" ujar Dewa marah-marah.

"Lah kan bener toh, emang itu tempatnya gak deket dari sini? Hayo, sopo seng salah sak iki?" ujar Arhan membuat Dewa mati kutu.

Ya Dewa hanya bisa bengong dengan mulut menganga sedikit, sedangkan Arhan terkekeh menahan tawanya dengan menutup mulut.

...~Bersambung~...

...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...

Terpopuler

Comments

Maminya Nathania Bortum

Maminya Nathania Bortum

semangat y kk

2022-04-25

1

Min Suga🔆

Min Suga🔆

boom like buat kaka😍
Semangat

2022-01-10

1

Lady Meilina (Ig:lady_meilina)

Lady Meilina (Ig:lady_meilina)

Nah kan Vivo.. ehhh vivi mulai bucin

2022-01-10

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!