Wanita Pengubah Takdir

Wanita Pengubah Takdir

Bab 1 Adrian

Adrian, ia adalah seorang siswa laki-laki yang terkenal paling bodoh di kelasnya tapi bukan hanya di kelasnya saja, namun ia sudah terkenal di sekolahnya sebagai murid yang paling bodoh, Adrian pun di naikkan kelasnya karena para guru merasa kasihan terhadapnya.

Setiap harinya ia mendapatkan ejekan dari teman-temannya, ia sering kali di sebut sebagai otak koala, karena koala identik dengan binatang terbodoh, walaupun bentuk fisiknya sangat menggemaskan, setiap Adrian datang ke dalam kelas ia pasti di lempari dengan kertas kertas yang sengaja di bentuk bulat.

"Teman-teman! lihatlah si otak koala datang!" teriak salah satu teman laki-lakinya di kelas.

"Ahh... lempari saja dia dengan kertas, kalo bisa sih pake kertas ulangan biar dia bisa ambil dan pelajari tuh di rumahnya, hahaha." seru temannya yang lain.

"Eh... percuma pake kertas ulangan, diakan memang bodoh dari sejak lahir, hahaha...." jawab sala satu teman wanitanya.

Adrian yang muak pun akhirnya dengan sengaja ia menendang meja yang ada di depannya, namun sayangnya ia tidak melihat seseorang yang sedang menduduki bangku itu.

Brakk...

"Kalian semua berisik!" teriak Adrian di kelas.

"Arghh..." suara seseorang yang merintih kesakitan.

Saat Adrian melirik ke arah meja yang ia tendang tadi, ternyata meja itu sedang di duduki oleh seorang wanita yang ia sukai di kelasnya yang bernama Tifani.

"Tifani! maafkan aku." Adrian bergegas membantunya keluar dari bangku.

"Terimakasih, Adrian." ujar Tifani dengan suara yang masih seperti kesakitan.

"Ayo kita ke UKS... !!!" tiba-tiba Salah satu murid laki-laki di kelasnya menyela Adrian berbicara.

"Laki-laki bodoh ini! bukan hanya bodoh dalam hal pelajaran saja, namun ia pun bodoh dalam hal melakukan sesuatu!" Ujar musuh terbesar Adrian yang bernama Gabriel.

"Gabriel! kau jangan menjadi provokasi di saat situasi seperti ini!" seru Adrian dengan nada suara tinggi.

"Aku tidak peduli bodoh! ayo Tifani biar aku yang antar ke UKS, kamu jangan mau di antar oleh laki-laki bodoh ini." Gabriel menarik tangan Tifani untuk menggantikan tangan Adrian yang memapahnya.

Adrian hanya bisa pasrah ketika Gabriel mengatakan semuanya hal itu kepadanya. "Hm... baiklah, maafkan aku karna kebodohan yang aku miliki kau jadi terluka, Tifani."

"Maafkan aku, Adrian." ujar Tifani dengan pandangan yang menunduk.

Adrian yang merasa kecewapun hanya menanggapi Tifani dengan tatapan mata yang penuh dengan kesedihan. Suara-suara ejekan pun kembali terdengar olehnya, karena masalah yang baru saja ia buat tadi.

"Dasar bodoh!" teriak satu kelas padanya.

"Kau seharusnya tidak berprilaku seperti tadi Adrian, pintar-pintarlah dalam hal mengolah emosi!" seru salah satu teman perempuannya di kelas.

"Kelakuannya semakin hari semakin sama seperti hewan, dasar bodoh!" ucap temannya yang lain.

Adrian yang sudah malas untuk mendengar perkataannya pun memutuskan untuk meminta maaf, tujuannya agar mereka puas. "Iyah maafkan aku yang bodoh ini."

"Hahaha... ternyata kau juga sedikit pintar soal mengakui sesuatu." seru teman lelakinya.

Tak lama kemudian sang guru pun datang ke dalam kelasnya, dan mengumumkan bahwa setelah istirahat kelas ini akan kedatangan seorang murid baru perempuan.

Suara-suara wanita menggosip pun langsung terdengar setelah pak guru selesai berbicara dan pergi dari kelas.

"Katanya murid baru itu cewe, bener gak sih?" tanya salah satu Siswi kepada murid yang lain.

"Jangan sampai dia lebih cantik dari pada diriku!" ujar murid tercantik di kelas itu, ia bernama Angel.

"Lagian mau secantik apapun murid baru itu kita akan tetap bersama mu, Angel." saut salah satu teman dekat Angel.

Angel memeluk teman-temannya. "Ah... terimakasih, kalian semua memanglah teman-teman terbaik ku."

Tak lama dari itu Gabriel datang kembali ke dalam kelas dengan raut wajah penuh dengan amarah kepada Adrian.

"Adrian!" seru Gabriel.

Adrian melirik ke arah Gabriel. "Apa?"

Gabriel berjalan menuju bangku tempat duduk Adrian, setelah itu ia langsung menarik kerah baju Adrian ke atas. "Adrian!semua ini gara-gara kamu! gara-gara sikap cerobohmu itu yang menyebabkan Tifani menjadi terluka!"

Dengan santainya Adrian mengatakan. "Jika, kamu ingin memukuli ku lagi silahkan saja. Aku tau dengan kesalahan ku tadi, lalu apa yang kau ingin lakukan? aku berniat mengantarnya ke UKS akan tetapi kau sendiri yang menghadang ku, padahal itu adalah salah satu bentuk permintaan maaf ku terhadap Tifani."

Brak...

Gabriel mendorong badan Adrian hingga terjatuh ke belakang. "Kau! sudah salah tetap aja ngelunjak, memang benar yah orang bodoh itu tidak dapat mendengar sebuah nasihat."

"Jika kau ingin memukuliku, pukuli saja!" Adrian membentak Gabriel dengan nada tinggi.

Ketika Gabriel hendak memukul Adrian tiba-tiba pak guru datang kembali ke dalam kelas.

"Kau!" seru Gabriel dengan kepalan tangan yang sudah ia siapkan untuk memukul Adrian.

Pak guru pun masuk ke dalam kelas, dan langsung menyeru Gabriel. "Gabriel! kamu sedang apa di belakang sana!"

"Mampus! pak guru pake acara masuk ke kelas lagi." ujarnya dalam hati.

"Pak, tolong saya karena Gabriel hendak memukuli saya." teriak Adrian dengan raut wajah santai.

"Astaga! kalian ini memalukan sekali, cepat berdiri!"

Mereka berdua pun beranjak dari lantai. "Baik pak."

"Bapak ke sini mau mengumumkan kembali tentang kedatangan murid baru yang akan di tempatkan di kelas ini, ternyata ia sudah sampai ke sekolah lebih awal, jadi bapak mau memperkenalkan nya sekarang."

"Hah! lalu~lalu dimana murid barunya pak?" seru Angel.

Pak guru melirik ke arah pintu. "Nak, sekarang kau boleh masuk, maaf tentang tragedi yang baru saja terjadi."

Murid baru tersebut pun masuk ke dalam kelas dengan penuh pesona, parasnya begitu sangat cantik, ia memiliki rambut panjang nan hitam, dan seluruh tatapan mata langsung tertuju padanya, namun aura yang terpancar darinya itu adalah sebuah kemisteriusan, ia bernama Sarah.

"Nah, ini dia murid barunya, silahkan untuk memperkenalkan diri."

Gadis misterius itupun dengan berlahan mulai berbicara. "Halo semuanya, perkenalkan namaku Sarah Dhiva panggil saja dengan nama panggilan Sarah. Sebelumnya aku belum pernah pergi ke sekolah, aku belajar privat di rumah atau bisa di sebut dengan home schooling. Sekian dan terimakasih."

"Wah... kamu sangat cantik Sarah! salam kenal." ujar salah satu murid di kelas.

"Terimakasih, salam kenal juga." jawab Sarah.

Sarah dengan secara tiba-tiba menjadi pusat perhatian di dalam kelas, ketika yang lainnya terkagum-kagum kepada Sarah berbeda dengan Adrian yang menilainya biasa saja, sama sekali tidak terlihat olehnya bahwa Sarah itu memiliki kelebihan, di matanya Sarah sama saja seperti murid-murid yang lain, yang ujung-ujungnya ia pun akan ikut mengejeknya seperti murid yang lain.

Bersambung..............

Jangan lupa like, favorit, dan votenya ♡(∩o∩)♡

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!