Singkatnya 3 bulan kemudian setelah kedatangan Sarah ke sekolah. Di hari kedua Sarah sekolah di SMA Sakura secara tiba-tiba ia menjadi bunga sekolah penyebabnya adalah pertama karena kecantikannya dan yang kedua karena kepintarannya.
Setelah kedatangan Sarah semuanya seketika menjadi berubah, teman-teman sekelasnya berhenti untuk mengejek Adrian, karena mereka sibuk untuk mendekati Sarah, namun sayangnya belum ada satu orangpun yang dapat mengambil hati Sarah untuk berteman, Sarah selalu berjalan sendirian akan tetapi di belakangnya begitu banyak orang yang mengikutinya.
Di saat murid lainnya tertarik kepada Sarah, hanya ada satu orang yang sama sekali tidak memiliki ketertarikan kepadanya yaitu, Adrian.
Suatu hari mereka sedang belajar di dalam kelas, dan sang Gurupun memberikan sebuah tugas kelompok yang berisikan dua orang perkelompoknya. Satu kelas pun menjadi gencar karena mereka berebut ingin satu kelompok dengan Sarah, namun Sarah menghiraukan mereka semua dan ia malah memilih Adrian untuk menjadi teman sekelompoknya.
Adrian langsung di tatapi oleh teman-teman satu kelasnya, karena mereka semua menganggapnya sebagai sampah di kelas, akan tetapi kenapa dia harus di pilih oleh Sarah?
"Tapi~ Sarah kenapa kau malah memilih, Adrian?" tanya Gabriel.
"Karena keinginan ku sendiri, kenapa? memangnya ada masalah?" tanya Sarah dengan tatapan dingin.
Gabriel tidak dapat menjawabnya lagi. "Emm... baiklah. Angel ayo kita satu kelompok."
"Kalian tentukan sendiri kelompoknya, sekarang waktu belajar sudah habis silahkan bersiap-siap untuk pulang, bapak tunggu penyelesaian tugasnya sampai lusa."
Para murid menjawab secara serentak. "Baik, pak!"
Waktu pulang sekolah pun datang, Sarah dengan cerianya ia langsung bergegas menarik tangan Adrian untuk segera pulang.
"Lepaskan tangan ku!" seru Adrian.
"Ayolah Adrian, kita akan mengerjakan tugas bersama, mari kita pulang ke rumahmu." ujar Sarah.
Adrian melepaskan tangannya dari genggaman tangan Sarah. "Aku bisa sendiri!"
"Baiklah-baiklah" jawab Sarah.
Satu kelas langsung berbisik membicarakan ketidak sopanan Adrian kepada Sarah. "Ih kok si Adrian berani-beraninya bersikap seperti itu kepada, Sarah."
"Entahlah, akupun merasa aneh dengan sikapnya, dasar cowo bodoh tidak bisa membedakan antara orang yang spesial dan juga orang yang biasa saja." saut temannya yang lain.
"Wanita yang di sukainya kan hanya Tifani." seru temannya lagi.
"Hahaha..."
Beralih kembali kepada Adrian dan Sarah yang sedang berjalan bersama menuju ke rumah Adrian.
"Sarah, apa boleh aku bertanya sesuatu?" tanya Adrian.
"Tanyakanlah, aku pasti akan menjawabnya." ujar Sarah.
"Kenapa kau malah memilih ku untuk menjadi anggota kelompok mu? kamu tau sendirikan bahwa ada orang yang lebih pintar dari pada diriku."
"Aku hanya ingin menuruti apa kehendak ku, lebih tepatnya menuruti keinginan ku."
Adrian melirik ke arah Sarah dengan wajah yang memerah, karena tersipu malu dengan ucapan Sarah. "Apa!? kamu memiliki keinginan untuk berkelompok dengan ku?"
"Iyah memangnya kenapa?" tanya Sarah.
"Ti... tidak, namun rasanya aneh saja, karena selama ini belum ada seorang pun yang mau berkelompok dengan ku."
"Jika, kau mau aku bisa menemanimu."
"Jangan!" teriak Adrian karena terkejut.
"Etto... tapi kenapa?" Sarah bertanya kembali.
"Karna, aku akan semakin di musuhi oleh teman-teman nantinya." jawab Adrian dengan nada suara yang merenung.
Sarah memeluk Adrian dari samping. "Jangan takut! aku ada disini."
Wajah Adrian berubah menjadi semakin memerah, dan langsung bergegas melepaskan pelukan Sarah. "Apaan si kamu!? jangan peluk-peluk gitu, ini di jalan loh!"
"Berarti kalo di rumah kamu boleh?" tanya Sarah dengan wajah polosnya.
"Kau wanita macam apasi? di sekolah so misterius banget tapi ternyata sikapnya seperti ini. Di sekolah sikapmu sangat dingin akan tetapi berbeda jika di luar sekolah, udah gitu kenapa gak lanjutin aja tuh sekalian home schooling nya!" seru Adrian.
"Emm... rahasia, apakah rumah mu masih jauh?" Sarah mengalihkan pembicaraan.
"Di depan sana, sebentar lagi kita akan sampai." jawab Adrian yang sebenarnya sedikit jengkel dengan sikapnya.
"Emm... baiklah." sikap yang di tunjukan oleh Sarah kepada Adrian sangatlah manis akan tetapi berbeda jika ia menunjukan dirinya kepada teman satu kelasnya yang lain.
Tak lama kemudian mereka pun sampai di rumah Adrian. Ternyata Adrian memiliki latar belakang keluarga yang kaya, Ayahnya adalah orang terkaya di daerah rumahnya, namun ada apa dengan Adrian yang susah dalam hal belajar, sangat berbanding berbeda dengan keadaan ekonominya.
"Waw... rumahmu sangat besar Adrian! tapi... kenapa kamu susah belajar? kan bisa coba les." ujar Sarah.
"Apaan si cewe aneh! kau saja yang tidak tau, aku sudah hampir lima ratus kali les dengan guru les yang berbeda beda, namun hasilnya tetap sama saja." jawab Adrian.
"Hahaha... baiklah."
"Ibu, aku pulang." Adrian mulai memasuki rumahnya.
Betapa terkejutnya Ibu Adrian saat melihat Adrian membawa seorang temannya ke rumah, apalagi ini adalah yang pertama kalinya lagi setelah sekian lama, dan yang paling membuatnya terkejut teman yang ia bawa adalah seorang wanita.
"Selamat datang... ADRIAN! ahh~ lihatlah siapa yang kau bawa ke rumah ini?" Ibu Adrian begitu berantusias.
"Halo tante, aku Sarah kita mau ngerjain tugas kelompok bareng." Sarah langsung menyapa Ibunya Adrian dengan senyuman manis.
"Manis sekali!" mata Ibu Adrian berbinar-binar saat melihat Sarah.
Adrian langsung menarik tangan Sarah menuju ke kamarnya di lantai dua. "Ibu sudahlah jangan membuatku malu! aku pergi dulu ke kamar untuk segera membereskan tugas ini."
"Adrian! jangan terlalu terburu-buru sepeti itu." seru Ibunya Adrian dari lantai satu.
"Ibumu sangat lucu yah, hahaha." Sarah tertawa kecil.
"Ini kamarku, masuklah." Adrian menunjukan kamarnya.
"Waw... besar sekali, ayo kita langsung mengerjakan tugasnya!" seru Sarah.
Sebenarnya Adrian cukup aneh dengan kedatangan Sarah ke sekolah, karena ia datang ketika sekolah akan segera selesai, yaps betul sekali Sarah masuk ke sekolah ketika dirinya sudah menginjak kelas tiga.
"Nah, aku sudah membawa semua buku-buku yang kau harus baca terlebih dahulu." ujar Sarah.
"Percuma aku membaca semua buku itu Sarah, aku tidak sepintar dirimu."
"Hanya baca buku saja, please." Sarah menunjukan wajah memelasnya.
"Singkirkan wajah itu dari pandangan ku! baiklah aku akan membacanya." ucap Adrian dengan tegas.
"Hehehe... baiklah, terimakasih." ujar Sarah dengan senang hati.
"Iyah sudah, sama-sama." jawab Adrian dengan raut wajah yang jengkel.
Ketika Adiran sedang membaca buku yang di berikan oleh Sarah, baru saja ia menyelesaikan 2 halaman, Sarah sudah mengganggunya dengan cara mengajak Adrian untuk berbincang sebentar.
"Adrian, apakah kamu ingin menjadi pintar sepertiku?" tanya Sarah dengan raut wajah serius.
"Ya mau lah! siapa juga yang mau terus-terusan bodoh seperti ini." jawab Adrian.
Sarah tersenyum saat mendengar jawaban Adrian, ia langsung mengambil sesuatu di dalam tasnya seperti pasir akan tetapi berwana ungu, setelah itu ia meniupkan pasir itu ke wajah Adrian.
Fuh...
"Selesai!"
"Sarah! apa yang kau lakukan?" ujar Adrian.
"Hahaha... tidak apa-apa, lanjutkan saja baca bukunya."
"Jika kamu ingin tugasnya cepat selesai sebaiknya kamu diam!"
"Iyah-iyah, jangan marah-marah gitu dong."
Sebenarnya Sarah itu siapa? kenapa ia penuh dengan ke misteriusan? dan sebenarnya apa yang ia tiupkan ke wajah Adrian?
Bersambung...............
Lanjutkan ke bab 3. Jangan lupa like, favorit & vote.
づ ̄ ³ ̄)づ
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments