Bab 4 Apakah ini benih cinta?

"Adrian, kenapa kamu tiba-tiba ingin diberi soal?" tanya Sarah.

"Aku sedikit merasa aneh dengan diriku sendiri, pertama-tama aku secara tiba-tiba dapat menjawab pertanyaan mu dengan sangat tepat, yang kedua aku pun dapat membantumu menjawab seluruh tugas kelompok tadi." jawab Adrian.

"Dimana letak ke anehan nya? Adrian, kau tak akan selamanya menjadi bodoh, mungkin saja ini sudah waktunya kamu dapat menghafal ataupun mempelajari sesuatu."

"Mungkin, aku hanya ingin memastikan saja dengan semua soal-soal ini."

"Eumm baiklah, yasudah sekarang antar aku ke bawah."

"Baiklah nyonya Sarah, silahkan." Adrian membukakan pintu untuk Sarah.

"Hahaha... apasi Adrian." Sarah menatap mata Adrian begitu sangat dalam, seperti penuh dengan harapan di dalamnya.

Adrian dan Sarah pun turun ke lantai satu untuk berpamitan.

"Bu... Sarah mau pulang nih, gak akan pamitan?" seru Adrian.

Ibu Adrian dengan tergesa-gesa langsung bergegas menghampiri Adrian. "Ah... Sarah mau pulang? nanti main lagi kesini yah, tante seneng banget kalo ada temen Adrian main ke sini."

"Laksanakan tante, Sarah pasti sering-sering main kesini kok." jawab Sarah dengan memberikan senyuman ramah.

"Manis sekali... kalo begitu hati-hati di jalannya yah." Ibu Adrian mengusap pundak Sarah.

"Kau tenang saja Ibu, aku akan mengantarkannya hingga depan." ujar Adrian.

"Baiklah, jaga baik-baik Sarah yah."

"Heem pasti, yasudah kami berangkat dulu." ujar Adrian.

"Baiklah, berhati-hatilah."

"Sampai jumpa nanti Ibu Adrian." Sarah melambaikan tangannya.

"Astaga! Sarah ini sangat manis sekali..." ujar Ibu Adrian.

Adrian langsung menarik tangan Sarah dan membawanya berlari keluar rumah. "Sudah-sudah, Sarah akan kembali kesini lagi kok, tetapi untuk sekarang dia harus pulang dulu."

"Baiklah, Ibu akan menunggu Sarah kembali!" seru Ibu Adrian.

Ketika mereka berdua berlari menjauh dari rumah Adrian, Sarah tak henti-hentinya untuk tertawa sepanjang jalan.

"Sebenarnya kau ini kenapa?" tanya Adrian.

"Hahaha... aku tidak apa-apa, hanya saja ibumu itu sangat lucu, aku menyukainya." jawab Sarah.

"Emm... maafkan ibuku."

"Kenapa kau malah meminta maaf kepadaku? padahalkan aku sangat menyukai ibumu."

"Karena, ibuku terlalu senang dengan kedatangan mu ke rumah."

"Ayolah Adrian, akupun sangat menyukai ibumu, jadi kau jangan murung seperti itu."

"Iyahh... hanya saja aku malu."

Sarah menggengam tangan Adrian. "Jangan malu terhadapku. Yasudah kalo begitu aku memutuskan untuk pulang sendirian saja, cukup sampai disini."

"Eh... jangan! kenapa kau sangat mendadak, tidak apa-apa biar aku antar."

"Tidak usah, aku ini adalah seorang gadis remaja berusia 17 tahun bukan lagi seorang anak perempuan kecil yang masih berusia 9 tahun."

"Ya aku tau, namun aku harus tetap mengantarmu."

"Sudahlah... cepat pulang dan kerjakan saja soal-soal yang aku buat untukmu." Sarah tetap keras kepala tidak ingin di antar lebih jauh oleh Adrian.

"Kenapa kau keras kepala sekali!? aku hanya menghawatirkan mu, Sarah!" seru Adrian.

Seketika wajah Sarah berubah menjadi merah karna tersipu malu dengan kata-kata yang di ucapkan oleh Adrian. Ia pun segera berbalik badan dan berlari menjauh dari Adrian karna malu. "Ah... !!! Adrian, jangan hawatirkan aku, kau pulang saja! jika tidak aku akan marah padamu! jangan mengikutiku!"

Adrian menepuk jidatnya dan tersenyum tipis ke arah Sarah. "Haduh... Sarah, kau ini merepotkan."

Sesampainya Adrian di rumah, ia pun langsung bergegas mengerjakan seluruh soal-soal yang di berikan oleh Sarah tadi.

"Aku masih tidak mengerti, kenapa aku bisa menjawab pertanyaan Sarah dengan benar, dan kenapa aku harus meminta Sarah membuatkan soal-soal ini? apakah aku tiba-tiba menjadi seseorang yang genius!? ah... tidak mungkin." Gumam Adrian.

.

.

.

Adrian begitu sangat fokus mengerjakan seluruh soal yang di berikan oleh Sarah. Sebenarnya Adrian pun masih tidak mempercayai bahwasanya ia tiba-tiba tau segalanya.

"Astaga! kenapa aku bisa mengerjakan ini semua? sebenarnya ada apa dengan ku?" tanya Adrian di dalam hatinya.

.

.

.

"Apakah Sarah cocok menjadi guru les ku? emm... sebaiknya mulai besok aku harus bersikap baik padanya." ujar Adrian yang kembali bergumam.

Keesokan harinya.

Adrian, masuk ke dalam kelas dengan penuh percaya diri, setelah Adrian masuk ke dalam kelas ia pun langsung memberikan selembar kertas soal tersebut kepada Sarah.

Adrian masuk ke dalam kelas dan langsung memanggil nama Sarah. "Sarah..."

Seluruh murid di kelas auto melihat ke arah Adrian. "Dih apaan sih si Adrian, so kenal banget sama si Sarah."

"Hmm... si bodoh itu hanya beruntung dapat satu kelompok dengan Sarah." saut murid yang lainnya.

"Apakah kau sudah benar-benar mengerjakannya?" tanya Sarah.

"Sudah... bisa kau cek sendiri." Adrian memberikan kertas soal tersebut kepada Sarah.

"Okey... biar aku cek dulu."

"Idih... si bodoh itu bisa mengerjalan soal-soal darimu?" ujar Gabriel yang kelihatannya sangat tidak menyukai Adrian yang semakin dekat dengan Sarah.

"Gabriel, bersikaplah sopan kepada Adrian!" seru Sarah.

Gabriel tidak dapat berbicara banyak lagi ketika Sarah telah menegurnya. "Ba~baik Sarah."

"Pergilah dari sini, jangan ganggu aku yang sedang bersama Adrian."

"Iyah Sarah." Gabriel pun hanya dapat pergi dan menuruti kata-kata Sarah.

"Sarah, kau memang benar-benar bermuka dua." ujar Adrian sambil membayangkan perbandingan Sarah di rumahnya dan Sarah di sekolah.

Sarah tersenyum dan mengatakan. "Aku bukan bermuka dua, namun aku hanya ingin fokus kepada satu orang."

"Maksudmu?" tanya Adrian yang kebingungan.

"Waw! Adrian, semua jawaban mu benar." teriak Sarah hingga seluruh teman di kelas mendengarnya.

"Stt... sudah diam, jangan seheboh itu, kau seharusnya menjawab pertanyaan ku bukannya malah terkejut seperti itu." bisik Adrian.

"Namun, memang kenyataannya kau memang mengerjakan seluruh soal ini dengan sangat benar, tanpa ada salah satupun." jawab Sarah.

Gabriel kembali ke hadapan Sarah. "Boleh aku lihat?"

"Wah... apakah benar si bodoh itu mengerjakan seluruh soal yang di berikan oleh Sarah?" satu kelas pun menjadi gencar karna berita Adrian.

"Hmm... si otak koala itu? mungkin Sarah tidak mau menyakiti hatinya, oleh sebab itu besar kemungkinan Sarah berbohong." bisik salah satu murid di dalam kelas tersebut.

"Kau benar, Sarah kan orangnya baik hati, ia pasti tidak tega untuk menyakiti hati Adrian." saut murid lainnya.

Sarah melirik ke arah Gabriel. "Tentu saja boleh, selagi kamu tidak membully nya."

"Iyah aku tidak akan membully Adrian." jawab Gabriel.

Ketika Gabriel melihat seluruh pertanyaan yang di jawab oleh Adrian seluruhnya benar ia benar-benar terkejut.

"Apa! Adrian, apakah ini benar-benar kau yang mengerjakan?" tanya Gabriel.

"Gabriel! apakah jawabannya benar semua? sesuai apa yang di katakan oleh Sarah?" Angel bertanya kepada Gabriel.

"Iyah... jawaban Adrian benar semua." jawab Gabriel.

Seketika tidak ada angin, tidak ada hujan seluruh teman yang ada di kelas secara tiba-tiba menjadi terkagum-kagum kepada Adrian, namun Gabriel tidak percaya begitu saja.

"Bagaimana jika kita ke ruang guru?" Gabriel bermaksud untuk menantang Adrian.

"Apakah kau tidak percaya?" tanya Sarah.

"Iyah, aku tidak mempercayainya sebelum aku sendiri yang membuktikan." jawab Gabriel.

Sarah tersenyum licik. "Adrian, tunjukanlah padanya bahwa itu benar-benar kau."

"Sa--Sarah, kenapa kau malah menyetujuinya?" bisik Adrian.

"Ayo cepat pergi ke ruang guru, nanti aku menyusul." Sarah sedikit mendorong Adrian untuk cepat buktikan di ruang guru.

"Emm baiklah." Adrian pun menyetujuinya.

"Kalo begitu, ayo kita ke ruang guru dan kau harus mengerjakan seluruh pertanyaan yang guru-guru berikan padamu." ujar Gabriel.

"Pftt... aku tidak takut."

Sesampainya mereka di ruang guru, Gabriel pun bergegas meminta salah satu guru untuk memberikan ulangan mendadak untuk mereka hari ini akan tetapi Adrian wajib mengisinya duluan di ruang guru.

Para guru pun tidak dapat menolak permintaan Gabriel, sebab ia adalah anak dari pemilik sekolah ini.

"Aku mohon bapak buatkan ulangan mendadak untuk kelas kita sekarang juga, dan ulangan pertama berikan kepada Adrian, ia akan menjadi orang pertama yang mengerjakannya. Sekarang juga!" ujar Gabriel.

"Ba~baik Gabriel, mohon tunggu sebentar bapak pun sebenarnya sudah membuatkan ulangan untuk kalian, namun awalnya itu untuk besok akan tetapi karna Gabriel yang memintanya sekarang jadi bapak akan memberikannya juga sekarang."

"Oh bagus sekali pak."

Tak lama kemudian sang pak Guru pun memberikan kertas ulangan untuk Adrian, dan dengan penuh percaya diri Adrian pun langsung mengerjakan seluruh soal dengan sangat mudah dan cepat, ia hanya butuh waktu 10 menit untuk mengerjakan 30 soal.

"Ini soalnya, silahkan Adrian waktunya 30 menit." ujar sang Guru.

"Adrian, kau tidak dapat membodohiku!" ujar Gabriel di dalam hatinya.

10 menit kemudian.

"Selesai!" seru Adrian.

"A... APA!" ujar para guru yang di buat terkejut oleh Adrian.

Bersambung.............

Jangan lupa lanjut ke bab selanjutnya!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!