NovelToon NovelToon

Wanita Pengubah Takdir

Bab 1 Adrian

Adrian, ia adalah seorang siswa laki-laki yang terkenal paling bodoh di kelasnya tapi bukan hanya di kelasnya saja, namun ia sudah terkenal di sekolahnya sebagai murid yang paling bodoh, Adrian pun di naikkan kelasnya karena para guru merasa kasihan terhadapnya.

Setiap harinya ia mendapatkan ejekan dari teman-temannya, ia sering kali di sebut sebagai otak koala, karena koala identik dengan binatang terbodoh, walaupun bentuk fisiknya sangat menggemaskan, setiap Adrian datang ke dalam kelas ia pasti di lempari dengan kertas kertas yang sengaja di bentuk bulat.

"Teman-teman! lihatlah si otak koala datang!" teriak salah satu teman laki-lakinya di kelas.

"Ahh... lempari saja dia dengan kertas, kalo bisa sih pake kertas ulangan biar dia bisa ambil dan pelajari tuh di rumahnya, hahaha." seru temannya yang lain.

"Eh... percuma pake kertas ulangan, diakan memang bodoh dari sejak lahir, hahaha...." jawab sala satu teman wanitanya.

Adrian yang muak pun akhirnya dengan sengaja ia menendang meja yang ada di depannya, namun sayangnya ia tidak melihat seseorang yang sedang menduduki bangku itu.

Brakk...

"Kalian semua berisik!" teriak Adrian di kelas.

"Arghh..." suara seseorang yang merintih kesakitan.

Saat Adrian melirik ke arah meja yang ia tendang tadi, ternyata meja itu sedang di duduki oleh seorang wanita yang ia sukai di kelasnya yang bernama Tifani.

"Tifani! maafkan aku." Adrian bergegas membantunya keluar dari bangku.

"Terimakasih, Adrian." ujar Tifani dengan suara yang masih seperti kesakitan.

"Ayo kita ke UKS... !!!" tiba-tiba Salah satu murid laki-laki di kelasnya menyela Adrian berbicara.

"Laki-laki bodoh ini! bukan hanya bodoh dalam hal pelajaran saja, namun ia pun bodoh dalam hal melakukan sesuatu!" Ujar musuh terbesar Adrian yang bernama Gabriel.

"Gabriel! kau jangan menjadi provokasi di saat situasi seperti ini!" seru Adrian dengan nada suara tinggi.

"Aku tidak peduli bodoh! ayo Tifani biar aku yang antar ke UKS, kamu jangan mau di antar oleh laki-laki bodoh ini." Gabriel menarik tangan Tifani untuk menggantikan tangan Adrian yang memapahnya.

Adrian hanya bisa pasrah ketika Gabriel mengatakan semuanya hal itu kepadanya. "Hm... baiklah, maafkan aku karna kebodohan yang aku miliki kau jadi terluka, Tifani."

"Maafkan aku, Adrian." ujar Tifani dengan pandangan yang menunduk.

Adrian yang merasa kecewapun hanya menanggapi Tifani dengan tatapan mata yang penuh dengan kesedihan. Suara-suara ejekan pun kembali terdengar olehnya, karena masalah yang baru saja ia buat tadi.

"Dasar bodoh!" teriak satu kelas padanya.

"Kau seharusnya tidak berprilaku seperti tadi Adrian, pintar-pintarlah dalam hal mengolah emosi!" seru salah satu teman perempuannya di kelas.

"Kelakuannya semakin hari semakin sama seperti hewan, dasar bodoh!" ucap temannya yang lain.

Adrian yang sudah malas untuk mendengar perkataannya pun memutuskan untuk meminta maaf, tujuannya agar mereka puas. "Iyah maafkan aku yang bodoh ini."

"Hahaha... ternyata kau juga sedikit pintar soal mengakui sesuatu." seru teman lelakinya.

Tak lama kemudian sang guru pun datang ke dalam kelasnya, dan mengumumkan bahwa setelah istirahat kelas ini akan kedatangan seorang murid baru perempuan.

Suara-suara wanita menggosip pun langsung terdengar setelah pak guru selesai berbicara dan pergi dari kelas.

"Katanya murid baru itu cewe, bener gak sih?" tanya salah satu Siswi kepada murid yang lain.

"Jangan sampai dia lebih cantik dari pada diriku!" ujar murid tercantik di kelas itu, ia bernama Angel.

"Lagian mau secantik apapun murid baru itu kita akan tetap bersama mu, Angel." saut salah satu teman dekat Angel.

Angel memeluk teman-temannya. "Ah... terimakasih, kalian semua memanglah teman-teman terbaik ku."

Tak lama dari itu Gabriel datang kembali ke dalam kelas dengan raut wajah penuh dengan amarah kepada Adrian.

"Adrian!" seru Gabriel.

Adrian melirik ke arah Gabriel. "Apa?"

Gabriel berjalan menuju bangku tempat duduk Adrian, setelah itu ia langsung menarik kerah baju Adrian ke atas. "Adrian!semua ini gara-gara kamu! gara-gara sikap cerobohmu itu yang menyebabkan Tifani menjadi terluka!"

Dengan santainya Adrian mengatakan. "Jika, kamu ingin memukuli ku lagi silahkan saja. Aku tau dengan kesalahan ku tadi, lalu apa yang kau ingin lakukan? aku berniat mengantarnya ke UKS akan tetapi kau sendiri yang menghadang ku, padahal itu adalah salah satu bentuk permintaan maaf ku terhadap Tifani."

Brak...

Gabriel mendorong badan Adrian hingga terjatuh ke belakang. "Kau! sudah salah tetap aja ngelunjak, memang benar yah orang bodoh itu tidak dapat mendengar sebuah nasihat."

"Jika kau ingin memukuliku, pukuli saja!" Adrian membentak Gabriel dengan nada tinggi.

Ketika Gabriel hendak memukul Adrian tiba-tiba pak guru datang kembali ke dalam kelas.

"Kau!" seru Gabriel dengan kepalan tangan yang sudah ia siapkan untuk memukul Adrian.

Pak guru pun masuk ke dalam kelas, dan langsung menyeru Gabriel. "Gabriel! kamu sedang apa di belakang sana!"

"Mampus! pak guru pake acara masuk ke kelas lagi." ujarnya dalam hati.

"Pak, tolong saya karena Gabriel hendak memukuli saya." teriak Adrian dengan raut wajah santai.

"Astaga! kalian ini memalukan sekali, cepat berdiri!"

Mereka berdua pun beranjak dari lantai. "Baik pak."

"Bapak ke sini mau mengumumkan kembali tentang kedatangan murid baru yang akan di tempatkan di kelas ini, ternyata ia sudah sampai ke sekolah lebih awal, jadi bapak mau memperkenalkan nya sekarang."

"Hah! lalu~lalu dimana murid barunya pak?" seru Angel.

Pak guru melirik ke arah pintu. "Nak, sekarang kau boleh masuk, maaf tentang tragedi yang baru saja terjadi."

Murid baru tersebut pun masuk ke dalam kelas dengan penuh pesona, parasnya begitu sangat cantik, ia memiliki rambut panjang nan hitam, dan seluruh tatapan mata langsung tertuju padanya, namun aura yang terpancar darinya itu adalah sebuah kemisteriusan, ia bernama Sarah.

"Nah, ini dia murid barunya, silahkan untuk memperkenalkan diri."

Gadis misterius itupun dengan berlahan mulai berbicara. "Halo semuanya, perkenalkan namaku Sarah Dhiva panggil saja dengan nama panggilan Sarah. Sebelumnya aku belum pernah pergi ke sekolah, aku belajar privat di rumah atau bisa di sebut dengan home schooling. Sekian dan terimakasih."

"Wah... kamu sangat cantik Sarah! salam kenal." ujar salah satu murid di kelas.

"Terimakasih, salam kenal juga." jawab Sarah.

Sarah dengan secara tiba-tiba menjadi pusat perhatian di dalam kelas, ketika yang lainnya terkagum-kagum kepada Sarah berbeda dengan Adrian yang menilainya biasa saja, sama sekali tidak terlihat olehnya bahwa Sarah itu memiliki kelebihan, di matanya Sarah sama saja seperti murid-murid yang lain, yang ujung-ujungnya ia pun akan ikut mengejeknya seperti murid yang lain.

Bersambung..............

Jangan lupa like, favorit, dan votenya ♡(∩o∩)♡

Bab 2 Awal mula dari cerita

Singkatnya 3 bulan kemudian setelah kedatangan Sarah ke sekolah. Di hari kedua Sarah sekolah di SMA Sakura secara tiba-tiba ia menjadi bunga sekolah penyebabnya adalah pertama karena kecantikannya dan yang kedua karena kepintarannya.

Setelah kedatangan Sarah semuanya seketika menjadi berubah, teman-teman sekelasnya berhenti untuk mengejek Adrian, karena mereka sibuk untuk mendekati Sarah, namun sayangnya belum ada satu orangpun yang dapat mengambil hati Sarah untuk berteman, Sarah selalu berjalan sendirian akan tetapi di belakangnya begitu banyak orang yang mengikutinya.

Di saat murid lainnya tertarik kepada Sarah, hanya ada satu orang yang sama sekali tidak memiliki ketertarikan kepadanya yaitu, Adrian.

Suatu hari mereka sedang belajar di dalam kelas, dan sang Gurupun memberikan sebuah tugas kelompok yang berisikan dua orang perkelompoknya. Satu kelas pun menjadi gencar karena mereka berebut ingin satu kelompok dengan Sarah, namun Sarah menghiraukan mereka semua dan ia malah memilih Adrian untuk menjadi teman sekelompoknya.

Adrian langsung di tatapi oleh teman-teman satu kelasnya, karena mereka semua menganggapnya sebagai sampah di kelas, akan tetapi kenapa dia harus di pilih oleh Sarah?

"Tapi~ Sarah kenapa kau malah memilih, Adrian?" tanya Gabriel.

"Karena keinginan ku sendiri, kenapa? memangnya ada masalah?" tanya Sarah dengan tatapan dingin.

Gabriel tidak dapat menjawabnya lagi. "Emm... baiklah. Angel ayo kita satu kelompok."

"Kalian tentukan sendiri kelompoknya, sekarang waktu belajar sudah habis silahkan bersiap-siap untuk pulang, bapak tunggu penyelesaian tugasnya sampai lusa."

Para murid menjawab secara serentak. "Baik, pak!"

Waktu pulang sekolah pun datang, Sarah dengan cerianya ia langsung bergegas menarik tangan Adrian untuk segera pulang.

"Lepaskan tangan ku!" seru Adrian.

"Ayolah Adrian, kita akan mengerjakan tugas bersama, mari kita pulang ke rumahmu." ujar Sarah.

Adrian melepaskan tangannya dari genggaman tangan Sarah. "Aku bisa sendiri!"

"Baiklah-baiklah" jawab Sarah.

Satu kelas langsung berbisik membicarakan ketidak sopanan Adrian kepada Sarah. "Ih kok si Adrian berani-beraninya bersikap seperti itu kepada, Sarah."

"Entahlah, akupun merasa aneh dengan sikapnya, dasar cowo bodoh tidak bisa membedakan antara orang yang spesial dan juga orang yang biasa saja." saut temannya yang lain.

"Wanita yang di sukainya kan hanya Tifani." seru temannya lagi.

"Hahaha..."

Beralih kembali kepada Adrian dan Sarah yang sedang berjalan bersama menuju ke rumah Adrian.

"Sarah, apa boleh aku bertanya sesuatu?" tanya Adrian.

"Tanyakanlah, aku pasti akan menjawabnya." ujar Sarah.

"Kenapa kau malah memilih ku untuk menjadi anggota kelompok mu? kamu tau sendirikan bahwa ada orang yang lebih pintar dari pada diriku."

"Aku hanya ingin menuruti apa kehendak ku, lebih tepatnya menuruti keinginan ku."

Adrian melirik ke arah Sarah dengan wajah yang memerah, karena tersipu malu dengan ucapan Sarah. "Apa!? kamu memiliki keinginan untuk berkelompok dengan ku?"

"Iyah memangnya kenapa?" tanya Sarah.

"Ti... tidak, namun rasanya aneh saja, karena selama ini belum ada seorang pun yang mau berkelompok dengan ku."

"Jika, kau mau aku bisa menemanimu."

"Jangan!" teriak Adrian karena terkejut.

"Etto... tapi kenapa?" Sarah bertanya kembali.

"Karna, aku akan semakin di musuhi oleh teman-teman nantinya." jawab Adrian dengan nada suara yang merenung.

Sarah memeluk Adrian dari samping. "Jangan takut! aku ada disini."

Wajah Adrian berubah menjadi semakin memerah, dan langsung bergegas melepaskan pelukan Sarah. "Apaan si kamu!? jangan peluk-peluk gitu, ini di jalan loh!"

"Berarti kalo di rumah kamu boleh?" tanya Sarah dengan wajah polosnya.

"Kau wanita macam apasi? di sekolah so misterius banget tapi ternyata sikapnya seperti ini. Di sekolah sikapmu sangat dingin akan tetapi berbeda jika di luar sekolah, udah gitu kenapa gak lanjutin aja tuh sekalian home schooling nya!" seru Adrian.

"Emm... rahasia, apakah rumah mu masih jauh?" Sarah mengalihkan pembicaraan.

"Di depan sana, sebentar lagi kita akan sampai." jawab Adrian yang sebenarnya sedikit jengkel dengan sikapnya.

"Emm... baiklah." sikap yang di tunjukan oleh Sarah kepada Adrian sangatlah manis akan tetapi berbeda jika ia menunjukan dirinya kepada teman satu kelasnya yang lain.

Tak lama kemudian mereka pun sampai di rumah Adrian. Ternyata Adrian memiliki latar belakang keluarga yang kaya, Ayahnya adalah orang terkaya di daerah rumahnya, namun ada apa dengan Adrian yang susah dalam hal belajar, sangat berbanding berbeda dengan keadaan ekonominya.

"Waw... rumahmu sangat besar Adrian! tapi... kenapa kamu susah belajar? kan bisa coba les." ujar Sarah.

"Apaan si cewe aneh! kau saja yang tidak tau, aku sudah hampir lima ratus kali les dengan guru les yang berbeda beda, namun hasilnya tetap sama saja." jawab Adrian.

"Hahaha... baiklah."

"Ibu, aku pulang." Adrian mulai memasuki rumahnya.

Betapa terkejutnya Ibu Adrian saat melihat Adrian membawa seorang temannya ke rumah, apalagi ini adalah yang pertama kalinya lagi setelah sekian lama, dan yang paling membuatnya terkejut teman yang ia bawa adalah seorang wanita.

"Selamat datang... ADRIAN! ahh~ lihatlah siapa yang kau bawa ke rumah ini?" Ibu Adrian begitu berantusias.

"Halo tante, aku Sarah kita mau ngerjain tugas kelompok bareng." Sarah langsung menyapa Ibunya Adrian dengan senyuman manis.

"Manis sekali!" mata Ibu Adrian berbinar-binar saat melihat Sarah.

Adrian langsung menarik tangan Sarah menuju ke kamarnya di lantai dua. "Ibu sudahlah jangan membuatku malu! aku pergi dulu ke kamar untuk segera membereskan tugas ini."

"Adrian! jangan terlalu terburu-buru sepeti itu." seru Ibunya Adrian dari lantai satu.

"Ibumu sangat lucu yah, hahaha." Sarah tertawa kecil.

"Ini kamarku, masuklah." Adrian menunjukan kamarnya.

"Waw... besar sekali, ayo kita langsung mengerjakan tugasnya!" seru Sarah.

Sebenarnya Adrian cukup aneh dengan kedatangan Sarah ke sekolah, karena ia datang ketika sekolah akan segera selesai, yaps betul sekali Sarah masuk ke sekolah ketika dirinya sudah menginjak kelas tiga.

"Nah, aku sudah membawa semua buku-buku yang kau harus baca terlebih dahulu." ujar Sarah.

"Percuma aku membaca semua buku itu Sarah, aku tidak sepintar dirimu."

"Hanya baca buku saja, please." Sarah menunjukan wajah memelasnya.

"Singkirkan wajah itu dari pandangan ku! baiklah aku akan membacanya." ucap Adrian dengan tegas.

"Hehehe... baiklah, terimakasih." ujar Sarah dengan senang hati.

"Iyah sudah, sama-sama." jawab Adrian dengan raut wajah yang jengkel.

Ketika Adiran sedang membaca buku yang di berikan oleh Sarah, baru saja ia menyelesaikan 2 halaman, Sarah sudah mengganggunya dengan cara mengajak Adrian untuk berbincang sebentar.

"Adrian, apakah kamu ingin menjadi pintar sepertiku?" tanya Sarah dengan raut wajah serius.

"Ya mau lah! siapa juga yang mau terus-terusan bodoh seperti ini." jawab Adrian.

Sarah tersenyum saat mendengar jawaban Adrian, ia langsung mengambil sesuatu di dalam tasnya seperti pasir akan tetapi berwana ungu, setelah itu ia meniupkan pasir itu ke wajah Adrian.

Fuh...

"Selesai!"

"Sarah! apa yang kau lakukan?" ujar Adrian.

"Hahaha... tidak apa-apa, lanjutkan saja baca bukunya."

"Jika kamu ingin tugasnya cepat selesai sebaiknya kamu diam!"

"Iyah-iyah, jangan marah-marah gitu dong."

Sebenarnya Sarah itu siapa? kenapa ia penuh dengan ke misteriusan? dan sebenarnya apa yang ia tiupkan ke wajah Adrian?

Bersambung...............

Lanjutkan ke bab 3. Jangan lupa like, favorit & vote.

づ ̄ ³ ̄)づ

Bab 3 Pengubah takdir

Bab 3

Ketika Adrian sedang berusaha untuk membaca dengan cepat seluruh buku yang Sarah perintahkan untuk ia baca, tiba-tiba Sarah menanyakan suatu hal yang berhubungan dengan materi yang sedang Adrian baca.

"Adrian, coba jelaskan padaku jika bumi berporos mengelilingi matahari maka bulan berporos mengelilingi?"

"Ah kau ini mengganggu ku saja, bumi memiliki satelit yang di sebut dengan bulan, maka jika kamu bertanya bulan berporos mengelilingi apa ya tentu saja bulan." Adrian sama sekali tidak menyadari bahwa ia telah menjawab pertanyaan Sarah dengan cepat, dan tepat.

"Eumm... terimakasih, aku jadi mengerti."

Namun tak lama kemudian Adrian menyadari bahwasanya tadi ia menjawab pertanyaan Sarah dengan benar. "Sarah! apakah tadi aku menjawab pertanyaan mu dengan benar?"

Saram hanya tersenyum dan mengatakan. "Eum... iyah, memangnya kenapa? kau memang bodoh tapi bukan berarti kau tidak bisa menjawab pertanyaan ku kan?"

"Tidak... tidak... itu mustahil! di kertas ujian esai pun aku belum pernah menjawab pertanyaan dengan benar, ataupun ketika guru bertanya kepadaku untuk menjawab soal di papan tulis aku sama sekali belum pernah dapat menjawabnya."

"Mungkin buku yang aku punya ampuh untuk membuatmu pintar, hahaha..." Sarah tertawa dengan sangat senang.

Adrian yang melihat Sarah tertawa karenanya seketika hatinya berdetak lebih kencang dari biasanya. Sepertinya Adrian mulai tertarik kepada Sarah. "Ah... kau ini, kenapa bisa-bisanya tertawa ketika aku sedang berbicara serius padamu."

"Karna kau itu lucu, hahaha..."

Raut wajah Adrian seketika berubah menjadi sedikit memerah. "Kau ini selalu berbicara omong kosong kepadaku, Sarah!"

Sarah mendekat kehadapan Adrian. "Aku tidak pernah berbicara omong kosong padamu."

"Menjauhlah sedikit dariku! jangan seperti ini, karena ibuku bisa masuk kapan saja."

Sarah meletakan jari telunjuknya ke atas bibir Adrian. "Sttt... Adrian, sebenarnya..."

"Astaga! apakah Sarah akan mengatakan bahwa dia menyukaiku? kenapa dia aneh seperti ini sih!?" ujar Adrian di dalam hatinya.

"Sebenarnya kau itu sangat lucu ketika saat membaca buku... hahaha..." ternyata Sarah hanya mempermainkan Adrian.

"Sebenarnya kau ini mau apa sih!" seru Adrian.

"Apakah kamu membayangkan bahwa aku akan mengatakan perasaan ku kepadamu?" tanya Sarah.

Dengan wajah kakunya Adrian menjawab. "Ti~tidak, menjaulah dariku! masih ada banyak buku yang harus aku baca, kau juga tau itukan?"

Sarah kembali duduk ke tempatnya semula. "Emm... baiklah, yasudah cepat baca lagi."

"Yasudah, aku kan sudah bilang jika kamu ingin aku cepat menyelesaikan ini semua sebaiknya kau diam."

"Iyah-iyah, aku diam... tapi aku mau makan kue aja deh... ada gak?" tanya Sarah.

"Ya ampun, kau ini sangat merepotkan aku, tunggu sebentar disini."

"Terimakasih, Adrian."

"Hmm..." Adrian keluar dari kamarnya untuk turun ke lantai bawah yang tujuannya adalah membawakan Sarah kue.

"Adrian itu ternyata sangat baik." gumam Sarah.

5 menit kemudian.

"Sarah, aku bawakan kamu bermacam rasa kue, karena aku tidak tau kau suka kue apa." ujar Adrian di belakang pintu.

"Hmm... ya tidak apa-apa." jawab Sarah di dalam kamar Adrian.

"Sarah, tolong bukakan pintu untuk ku."

"Baiklah." Sarah pun membukakan pintu untuk Adrian.

Betapa terkejutnya Sarah ketika melihat Adrian yang membawa begitu banyak kue untuknya, yang rupanya Sarah sangatlah menyukai kue, apalagi kalau kue itu di tambah dengan selai coklat dan blueberry, sedikit aneh tetapi Sarah sangat menyukainya.

"Adrian! terimakasih... ayo cepat turunkan semua kue itu..." seru Sarah.

"Etto... kau ini kenapa?" tanya Adrian yang kebingungan.

"Aku sangat menyukai kue... aku sangka kau hanya akan membawakan 2 rasa yang berbeda, namun lihatlah disini ada 10 rasa yang berbeda, dan yang paling mengejutkan adalah kue kue ini belum di potong! masih bulat sempurna, kau membawanya dengan beja antar dan tadi di tangan mu kau juga membawa 1 kue... ahh kau hebat sekali Adrian!" Sarah memeluk Adrian dengan cukup erat.

"Hahaha... kalau begitu kau juga boleh membawanya ke rumah." jawab Adrian dengan senang hati.

"Kau tidak sedang membohongiku kan?" tanya Sarah.

Adrian menggelengkan kepalanya. "Sama sekali tidak."

Sarah kembali memeluk Adrian dengan sangat erat. "Terimakasih... terimakasih, aku menyukaimu Adrian!"

Sarah langsung membuka kotak kue tanpa merasa bersalah karena ia sudah membuat Adrian seketika terdiam dan membeku ketika ia mengatakan bahwa dirinya menyukai Adrian.

"Menyukaiku?" gumam Adrian.

"Adrian, jangan berdiri saja... kemarilah dan lihatlah betapa cantik kue-kue ini." Sarah menarik tangan Adrian.

Genggaman tangan yang di buat oleh Sarah kepada Adrian membuat hatinya semakin berdetak dengan sangat kencang. "Astaga Sarah, sudah berapa kali harus aku mengatakan ini padamu, jangan pegang tangan ku... lepaskan."

"Emm... iyah deh maaf-maaf, yasudah sini lihat."

"Ya aku tau, karena semua kue itu aku yang memesannya."

"Kamu suka kue?" tanya Sarah.

"Yaiyalah..."

Dengan secara tiba-tiba lagi Sarah memeluk Adrian. "Ah... kita samaan dong, aku juga suka banget sama kue."

"Astaga Sarah! harus berapa kali aku mengatakannya padamu!" seru Adrian sekali lagi.

"Maafkan sikap ku yang seperti ini, semua ini terjadi karna aku baru merasakan kembali bagaimana rasanya bahagia setelah sekian lama." Sarah menundukan kepalanya.

Adrian merasa bersalah karna telah menghancurkan kebahagiaan nya. "Maaf, aku benar-benar tidak tau bahwa sebenarnya kau tidak pernah merasakan banyak kebahagiaan di dalam hidupmu sebelumnya."

"Tidak apa-apa, Adrian." Sarah tersenyum pasrah mendengar kata maaf dari Adrian.

Karena Adrian tidak mau melihat Sarah menjadi sedih karnanya, ia pun memutuskan untuk membalas pelukan Sarah tadi, tujuannya agar Sarah lebih merasa tenang. "Tenanglah... aku di sini, aku berjanji akan selalu membuatmu bahagia."

Sarah menoleh kearah Adrian. "Berjanji? apakah kamu benar-benar mau membuatku bahagia?"

"Iyah aku akan selalu membuatmu bahagia, aku berjanji." Adrian menjulurkan tangannya dan menunjukan jari kelingkingnya kepada Sarah.

"Terimakasih!" Sarah memeluk balik Adrian dengan air mata yang mulai terjatuh di atas pundak Adrian.

"Cup... cup... sudah jangan nangis, kalo kamu nangis keliatannya jelek tau." Adrian mengusap kepala Sarah.

"Hua~ Adrian, kau sangat baik padaku, terimakasih."

"Sudah... sekarang waktunya kita menyelesaikan tugas, okey?"

"Heem, baiklah ayo kita kerjakan bersama."

Mereka berdua pun langsung mengerjakan tugas kelompok yang di berikan oleh pak guru, tidak hanya mengerjakan tugas kelompok bersama akan tetapi mereka pun makan kue bersama, tersenyum dan tertawa bersama. Sarah mulai tersenyum kembali karna Adrian, dan mereka pun sepertinya mulai memahami satu sama lain.

Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk Adrian dan Sarah menyelesaikan tugas-tugas mereka, dalam jangka waktu hanya 15 menit mereka berhasil mengerjakan seluruhnya.

"Akhirnya beres juga." ujar Sarah.

"Apakah ini tidak salah Sarah? kita hanya butuh waktu 15 menit saja untuk mengerjakannya?" tanya Adrian yang kebingungan.

"Iyah, yasudah aku izin pulang dulu yah bai-bai." Sarah mulai beranjak dari tempat duduknya.

"Sarah! tunggu." tiba-tiba Adrian menghentikan Sarah untuk pergi.

"Kenapa?" tanya Sarah.

"Apakah aku boleh memintamu membuatkan soal untuk aku kerjakan?"

"Ah... boleh banget." Sarah kembali berbalik kesofa untuk menulis limapuluh soal untuk Adrian kerjakan.

8 menit kemudian

"Selesai!, besok aku periksa yah." ujar Sarah.

"Baiklah... laksanakan!"

Bersambung..............

Jangan lupa Like, Favorit, and Vote

Lanjutkan ke bab 4 ya! ♡(∩o∩)♡

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!