Bingkai Hati Anna
"Akhirnya aku selesai memasak, semoga saja hari ini ada paket ditempat mbak Tiara. Ibu juga sedang di kebun. lebih baik aku segera ketempat mbak Tiara." Anna bermonolog sendiri.
Anna merupakan siswi lulusan SMP 3 yang sedang menanti informasi kelulusan sebagai peserta didik baru di SMA xx di kota.
Perjuangan Anna untuk masuk sekolah itu sangat berat, karena Anna harus mengikuti tes tertulis bersama pendaftar lainnya dengan standar nilai yang telah ditetapkan oleh SMA xx.
Daya tampung sekolah tersebut hanya 80 orang setiap tahunnya, sekolah tersebut merupakan sekolah bergensi karna fasilitas lengkap dan menyediakan Asrama (tempat tinggal) siswi yang berasal dari luar Kota dan siswi yang di asrama juga mendapatkan bimbingan Asrama secara khusus dari yayasan yang bekerjasama dengan SMA xx.
Setelah sampai di tempat Mbak Tiara. benar saja, paket yang diharapkan Anna sudah datang. dengan hati yang berdebar Anna membuka Amplop tersebut.
"Lembar registrasi"
Itulah yang tertulis di lembar kertas pertama yang dilihat Anna. matanya membulat, senyum cantik pun menghiasi wajahnya.
Lembar selanjutnya informasi tentang jadwal kegiatan, rincian biaya, lembar terakhir berupa piagam yang bertuliskan
"Anna Fitri Andini. dinyatakan Lulus"
Air mata Anna berlinang. mengingat bagaimana dia,Paman, Ibu, Kakek dan Nenek yang sibuk mengurus awal pendaftaran Anna hingga membuahkan hasil seperti ini. sungguh sesuatu yang sangat membahagiakan bagi Anna.
Anna bergegas pulang, sambil berlari memegang amplop ditangannya.
Ruko Mbak Tiara berada dipinggir jalan raya.
untuk alamat berupa kiriman paket, warga Desa tersebut menjadikan alamat ruko Mbak Tiara, agar lebih mudah ditemukan oleh agen pengiriman paket.
Rumah Anna berada di jalan Desa sedikit jauh dari jalan raya.
"Buu.. ibu,. alhamdulillah Anna lolos di SMA xx!"
Anna berlari memegang amplop menemui ibunya yang sedang menyemprot rumput liar di kebun sawit milik mereka yang masih berumur 5 tahun. mendengar ucapan Anna Ibu Ira menghentikan pekerjaannya.
"alhamdulillah Nak, akhirnya perjuangan mu membuahkan hasil. ibu bangga pada mu." ucap Ira.
Terlihat sang ibu berlinang air mata, itu merupakan air mata bahagia dan kesedihan.
Keduanya saling berpelukan.
"Ibu jangan nangis, ini perjuangan kita semua dan amanat bapak juga. apalagi Anna di sana tinggalnya di asrama, insyaallah Anna bisa jaga diri." ucap Anna.
"Iya, ibu juga nangisnya karna bahagia Nak."
ucap ibu, sambil melepas pelukan dan menghapus air matanya.
"Bu, ini ada lembar registrasi yang harus segera di isi dan dikirim ke Sekolah SMA xx."
"Baiklah, kita pulang, kapan lembar registrasi nya harus di antar?"
"Masih ada waktu dua hari Bu."
"Apa Anna akan langsung tinggal di Asrama?"
"Tidak, besok hanya mengantar formulir registrasi dan membayar biaya pendidikan."
"Artinya, itu bisa diwakilkan dan Anna tidak harus ikut kan?" ucap Bu Ira.
"Ya Bu, tapi Anna harus sudah di Asrama hari minggu siang, untuk menentukan kamar yang akan Anna tempati. hari senen sudah masuk sekolah Bu." ucap Anna memberikan keterangan.
Sebenarnya Ira sudah menyiapkan hati untuk melepas sang anak jika sekolah di Kota jauh sebelum ujian akhir SMP selesai di ikuti Anna. dia juga mendoakan anaknya agar bisa bersekolah di Kota, dengan harapan anaknya selalu bisa menggali potensi diri yang dia miliki.
Anna merupakan siswi berprestasi dari SD sampai SMP, Anna selalu mendapatkan juara kelas.
Sebagai seorang Ibu pasti akan merasa berat dan sedih jika harus berpisah dari anaknya.
"Ayok Bu kita pulang, Anna sudah masak yang enak untuk Ibu, sini Tengki semprot nya biar Anna yang bawakan."
Begitulah Anna selalu menyenangkan hati Ibunya. Anna seorang gadis cantik yang ramah dan juga mudah bergaul, tidak pernah malu dan malas bekerja menolong Ibu nya.
Keduanya berjalan menuju rumah yang tidak jauh dari kebun tersebut.
Anna berstatus anak yatim saat usianya 14 tahun, tepatnya saat Anna kelas 2 SMP. Anna tinggal bersama ibu nya bernama Ira, disebuah rumah panggung berlantai papan peninggalan ayahnya bernama Purwoto. sebenarnya rumah itu dulunya hanya untuk tempat istirahat jika mereka menjenguk kebun sawit. namun karena Ayah Anna meninggal dan Ibu Anna tidak mau menyusahkan kedua orang tua nya. mereka memutuskan untuk tinggal di rumah tersebut.
**
"Ibu mandi dulu ya, biar Anna siapkan makannya."
"Iya, terimakasih Anna." ucap Ibu
Sambil tersenyum, Ira segera ke kamar mandi.
sebenarnya senyum itu sangat sulit untuk dibuat manis, mengingat Ira akan ditinggalkan anak semata wayang nya. Suami sudah meninggal, sungguh kesedihan yang berat dirasakan Ira.
Ira masih memiliki orang tua yang lengkap. tapi karna Ira menikah dengan Purwoto yang awal pernikahannya ditentang, membuatnya setelah menikah harus ikut suami walaupun tinggal di rumah kontrakan. Purwoto merupakan pria yg bertanggung jawab, rajin dan juga sangat mencintai Ira. karena tidak melihat keburukan dari Purwoto kedua orang tua Ira lambat laun mulai menyukai Purwoto.
Walaupun kedua orang tua Ira sudah menyukai Purwoto, tidak membuat Ira dan Purwoto memanfaatkan keadaan tersebut. Mereka tetap pada pendirian awal, tidak ingin merepotkan orang tua Ira. Mereka hidup mandiri, sampai akhirnya Mereka mampu membeli lahan sawit 2 hektar dan setapak tanah untuk perumahan.
tapi sayang rumah mereka belum sempat dibangun. Purwoto dipanggil sang Kuasa.
Sebuah takdir yang harus diterima Ira. merawat anak semata wayangnya dan melanjutkan keinginan suaminya.
Siang ini mereka makan dengan hati yang campur aduk, antara bahagia dan sedih. keduanya makan tanpa bersuara.
Ira menyudahi makannya terlebih dahulu. sementara Anna masih ada sedikit nasi di piring nya untuk segera dihabiskan.
"Anna kapan kita kerumah nenek? ibu mau menyampaikan berita kelulusan mu."
"Setelah makan saja Bu, tapi Anna cuci piring dulu ya!"
Hati Ira kembali terenyuh. ya, bagaimana tidak sedih, semua pekerjaan rumah hampir semuanya dikerjakan Anna tanpa mengeluh. sedangkan Ira dia mengurus kebun dan menjual hasil kebun keliling kampung. pekerjaan itu dilakukan Ira setelah suaminya meninggal.
Ira menerapkan tanaman tumpang sari diantara tanaman sawitnya, seperti Labu, cabe, timun dan terong. jika hasil panen banyak maka Ira akan menjualnya berkeliling ke rumah warga setempat, sedangkan sawitnya masih mendapatkan 700 kg dalam sekali panen.
Sambil menunggu Anna selesai mencuci piring. Ira mengingat bagaimana sang suami selalu menyebut anaknya harus sekolah di kota saat SMA. karna di Desa sekolah SMA belum ada, hanya ada di kecamatan yang harus ditempuh dengan kendaraan selama 30 menit.
Ayah Anna merupakan karyawan PT. Sentosa yang bergerak di bidang peternakan ayam petelur.
Ayah Anna merupakan seorang mekanik bagian listrik, selama bekerja kehidupan Ira sangat dimanja oleh sang suami, karna gaji yang lumayan tinggi apalagi hanya untuk menghidupi mereka bertiga.
namun kebahagian itu tidak berlangsung lama, hanya 13 tahun, Purwoto meninggal dalam kondisi mengerikan. tubuhnya tersengat aliran listrik yang sedang diperbaikinya, yang mengakibatkan hampir seluruh tubuhnya hitam terbakar listrik.
Purwoto merupakan perantau di Desa Ira dan sudah tidak memiliki keluarga. itulah salah satu penyebab orang tua Ira sempat tidak menyukai Purwoto, mereka takut Purwoto berkata tidak jujur dan akan merugikan Ira.
***akhirnya keinginan mu terwujud Mas, Anna berhasil masuk Sekolah di Kota, tapi aku harus merasakan kembali perpisahan dengan orang yang aku cintai.*** ucap Ira dalam hati dengan air mata berlinang.
***
10 menit perjalanan dari rumah Anna ke rumah Nenek menggunakan motor metik milik Ira.
"Assalamualaikum, Buk"
Hening,
Padahal pintu rumah terbuka lebar, sudah jadi kebiasaan nenek kalau pintu akan dibiarkan terbuka lebar menandakan ada orang di rumah.
Rumah nenek lumayan besar, karna kebiasaan penduduk setempat mengadakan acara syukuran dan menjamu tamu di dalam rumah.
Ruang tamu sengaja dibuat persegi panjang agar mampu menampung undangan saat acara di rumah dan kamar tidur berderet kesamping sama besar dengan 3 pintu.
"Anna kita masuk saja, mungkin Nenek ada di dapur." ucap Ira
Keduanya masuk kedalam rumah.
Benar saja ternyata Nenek Anna sedang merebus air minum di dapur, dapur khusus yang terpisah dari ruang depan dan belakang agar asap dapur tidak mengisi ruangan rumah Nenek.
Melihat kedatangan Anna dan Ira Nenek pun menghampirinya, Mereka duduk di kursi panjang yg tersandar di dinding belakang rumah nenek.
"Ada apa Nak?" ucap nenek sambil menatap Ira dan Anna.
"Ira mau menyampaikan kabar, Anna lulus Buk dan Anna akan sekolah di Kota." ucap Ira.
"Alhamdulillah, Cucu nenek hebat, kapan Anna mulai sekolah?"
"Besok pagi Anna dan ibu akan ke sekolah nek untuk menyerahkan formulir registrasi, sekalian pelunasan uang sekolahnya." ucap Anna.
"mm,. berapa uang sekolahnya?" tanya Nenek.
"Untuk biaya awal masuk 6.000.000, kemudian ada uang bulanan asrama perbulannya 1.500.000. kemudian ada uang praktikum sekolah 500.000 perbulan." jawab Anna.
"Berarti bayar 6.000.000 hanya sekali, kemudian bulanan nya 2.000.000." ucap nenek.
"Iya nek," jawab Anna.
"Apa uang sebanyak itu sudah kamu siapkan Ira?" tanya Nenek.
"Sudah Buk, uang dari perusahaan dan asuransi Ayah Anna masih cukup untuk membiayai pendidikan Anna, inshaallah hasil sawit kami juga sudah bisa membantu biaya hidup kami." jawab Ira dengan bijak.
"Syukurlah, tapi walaupun kamu sudah menyiapkan biaya untuk pendidikan Anna, Ibu tidak mungkin lepas tangan, bagaimana kalau untuk biaya bulanan Anna ibu ikut menyumbang 500.000, Bapak mu pasti setuju." ucap Nenek.
Ira dan Anna tentu saja senang mendengar apa yang ditawarkan Nenek, tapi masih ada yang mengganjal di hati Ira, bagaimana pun Anna bukanlah cucu satu- satunya di rumah itu, Adik ira yang bernama Ibrahim sudah menikah dan memiliki seorang anak yang berusia 2 tahun, mereka tinggal di rumah nenek, apalagi Ira tahu perilaku adik iparnya itu suka cemburuan kalau nenek memberikan perhatian lebih pada Anna.
"Tidak usah tiap bulan Buk, kapan ibu ada uang saja, nantik uangnya bisa ibu transfer ke rekening Anna." ucap Ira menegaskan.
"Anna sudah ada rekening?" tanya nenek.
"Belum Buk, tapi Ira berencana untuk membuatkan rekening untuk Anna saat di kota nantik." jawab ibu
"Bagaimana untuk keberangkatan Anna besok pagi, siapa yang pergi?
"Rencananya Ira mau minta tolong Ibrahim untuk menemani Ira besok pagi ke kota buk, apakah Ibrahim di rumah?" tanya Ira.
"Ibrahim baru saja berangkat dengan Lusi kerumah Mertuanya, tadi mereka bilang mau nginap di sana, coba saja kamu telpon, siapa tau dia bisa menemani." ucap nenek.
Ira berfikir sejenak.
"Tidak usah la Buk menelpon Ibrahim, biar Ira dan Anna merental motor pak Wawan saja, untuk berangkat besok pagi." ucap Ira.
"Baiklah," ucap nenek sambil berdiri Meninggalkan ira dan Anna, Masuk kedalam rumah.
Tidak berapa lama, Nenek kembali dan duduk di samping Ira.
"Ini, untuk biaya ke kota besok pagi." ucap Nenek sambil menyerahkan uang lembar merah sebanyak lima lembar dan menyerahkannya ke tangan Ira.
"Anna, kamu sekolah baik-baik ya, harus rajin belajar, jangan pacaran, apalagi uang pendidikan mu tidak sedikit, jangan seperti anak-anak Desa sini, yang hanya bertahan beberapa bulan sekolah di kota, kemudian kembali ke Desa dengan membawa malu keluarga." ucap nenek menasehati Anna.
"Iya Nek, Anna akan fokus belajar." ucap Anna
Sebenarnya Anna sudah tahu dengan hal pacaran ala anak seusia nya, tapi Anna tidak mau ambil pusing dengan hal seperti itu, apalagi di SMP Anna termasuk anak yang cantik dan banyak dikagumi siswa laki-laki.
Anna sengaja bersikap tidak peduli dan hanya mendekatkan diri pada beberapa orang saja, sepulang sekolah Anna tidak akan pergi bermain dengan temannya, Anna lebih memilih menolong ibu dan tidak keluar rumah.
"Baiklah Buk, kami harus pulang, kami juga harus bertemu pak Wawan agar dia bisa mengantar kami ke kota besok pagi dan terimakasih banyak Bu atas apa yang ibu berikan, tolong sampaikan juga pada ayah tentang kelulusan Anna." ucap Ira syahdu.
"Baiklah Nak, hati-hati dijalan." ucap nenek.
Anna dan Ira menyalami Nenek dan berpelukan
***
Saat ini Ira dan Anna sudah berada di rumah pak Wawan, pak Wawan bekerja sebagai jasa sewa angkutan miliknya, mobil Avanza itulah mobil yang dimiliki pak Wawan, pak Wawan sudah menggeluti profesi ini selama 2 tahun, jadi pak Wawan sudah hapal seluk beluk ibu kota.
pak Wawan Sedang mencuci mobilnya, melihat Ira dan Anna yang turun dari motor metik didepan nya membuat pak wawan menghentikan pekerjaannya.
"Ada apa Ira?" sapa pak wawan dengan lembut.
"Ini pak, saya mau minta tolong sama Bapak untuk mengantarkan kami besok pagi ke kota, karena Anna harus menyerahkan lembar registrasi kesekolahnya, jadi kami bermaksud menyewa mobil pak Wawan." ucap Ira.
"Ooo,. bisa. oke, besok pagi saya tunggu di ruko Tiara ya, Ira dan Anna tunggu disitu saja, maklum jalan kerumah Kalian kan kecil." ucap pak Wawan sambil tersenyum.
"Iya pak, tidak masalah, besok kita brangkat nya jam 6 ya,. saya takut urusan sekolah hanya bukak sampai tengah hari." ucap Ira
"Ooo iya, tidak masalah." ucap pak wawan.
"Berapa ongkosnya pak? kapan dibayar?" ucap Ira.
"Kalau sewa satu harinya 500.000, itu sudah bersih, Ira tidak perlu mikir biaya minyak, makan Saya, pokoknya Ira tinggal duduk nyaman dan perintahkan Saya mau kemana, dan bayarnya terserah Ira saja, tapi tetap harus hari itu." ucap pak Wawan menjelaskan.
Sebenarnya Ira merasa keberatan dengan biaya sewa yang dianggap mahal, tapi bagaiman lagi, ini demi kelancaran urusan pendidikan anaknya.
"Baiklah Pak." jawab Ira
"Kalau begitu kami pulang dulu, ingat besok pagi ya." kembali Ira mengingatkan.
"Ya, beres" ucap pak Wawan.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Ririn Rohman N
Waaah kakak sekarang nulis??semangat kak lanjutt.
2022-04-03
2