Rencana Lusi

Anna masih setia menemani Arkan bermain. walaupun Arkan sudah tampak mengantuk. tidak berapa lama akhirnya Arkan tertidur di tempat nya bermain dan masih dikelilingi oleh mainan. saat Anna akan memindahkan Arkan ke kamar Paman dan Tantenya datang. Ibrahim terlihat bahagia melihat anaknya sedang tidur bukan menangis seperti yang menghantui pikirannya selama diperjalanan pulang. Paman tersenyum melihat Anna sambil berjalan kearahnya.

"Sejak kapan Arkan tidur?" tanya paman.

"Baru saja paman, rencananya Anna mau memindahkannya ke kamar." jawab Anna.

"Biar paman saja yang mengantarnya kekamar." Jawab Ibrahim sambil mengangkat tubuh anaknya.

Sementara Lusi duduk di kursi tamu dan memakan buah- buahan yang tersedia di atas meja. Ira yang melihat tingkah Lusi merasa geram. tapi Ira tidak mau ribut apalagi Lusi baru saja dibujuk untuk kembali kerumah itu.

Ibrahim keluar dari kamar berjalan ke arah ruang makan tanpa mempedulikan Lusi yang masih duduk di kursi tamu. Ira mengikuti adiknya itu.

"kamu belum makan? tanya Nenek pada Ibrahim.

"Belum Bu, tadi tidak selera makan. Ibrahim juga kepikiran Arkan, takut dia nangis. ucapnya pada Nenek.

"Makanlah." ucap Nenek sambil duduk di kursi sebelah kiri Ibrahim.

Ira juga duduk di kursi sebelah kanan Ibrahim. kini Ibrahim makan ditemani wanita -wanita hebat yang selalu menyayangi nya.

sebenarnya Ibrahim masih kecewa pada Lusi. Ibrahim merasa istrinya seperti kacang lupa pada kulitnya. sebelum menikah dengan Ibrahim Lusi harus membantu Keluarganya berjualan hasil kebun yang ditanam dengan menumpang di lahan warga yang tidak diolah. bahkan mereka juga mengumpulkan barang - barang plastik untuk mencukupi biaya hidup.

Lusi merupakan anak sulung dari 3 bersaudara. Lusi hanya sekolah sampai tingkat SMP. sedangkan kedua adiknya saat ini masih berstatus pelajar di kelas 3 SMP dan kelas 4 SD.

semenjak menikah dengan Ibrahim Lusi tidak lagi melakukan pekerjaan itu. uang gaji Ibrahim juga sepenuhnya dipegang Lusi.

"Dimana ayah bu?" tanya Ibrahim.

"Tadi setelah makan siang ayahmu pergi keluar. Ibu tidak tau kemana." jawab Nenek.

"Tentang uang itu, jika kamu perlu jangan segan untuk menelpon. ini nomor Kakak. kemaren Kakak dan Anna ke kota untuk mengantar bahan registrasi sekolah Anna. Anna juga sudah kakak belikan Hp. silahkan kamu simpan nomor kami." ucap Ira.

Ibrahim segera menyimpan nomor hape kedua orang yang disayanginya itu.

"Terimakasih Kak, doakan semoga Ibrahim lancar dalam membayar bulanan nya. kenapa tidak menyuruh Ibrahim yang ngantar Anna kemaren kak?" tanya Ibrahim.

"Kemaren kamu tidak di rumah. kebetulan kakak dan Anna juga sudah lama tidak jalan- jalan ke kota. jdi kami menyewa mobil pak Wawan, alhamdulillah semua urusan lancar." ucap Ira menjelaskan

" Syukurlah, kapan Anna masuk sekolah kak?" tanya Ibrahim.

"Hari minggu ini Anna harus kita Antar ke asrama. hari senin nya Anna sudah kesekolah." ucap Ira menjelaskan.

"Ibrahim akan segera mencari mobilnya. supaya kita semua bisa mengantar Anna sekolah." ucap Ibrahim bersemangat.

"Terserah kamu saja." ucap Ira pada adiknya sambil tersenyum.

karena sudah lama di rumah Nenek, Ira pamit untuk pulang pada Adik dan Ibunya.

***

sementara Lusi yang masih betah duduk di kursi tamu tampak sedang asik dengan hape nya sesekali dia tersenyum melihat benda pipih itu.

***Oke sayang, kabari aku, kapanpun kamu mau aku siap jadi gurumu 😘 **

Itulah pesan terakhir yang membuat Lusi senyum-senyum sendiri.

setelah membaca pesan dan merasa puas makan buah-buahan Lusi mencari keberadaan suaminya. Lusi meninggalkan hape dimeja. Lusi berjalan melewati Anna yang sejak tadi memperhatikannya. Anna duduk dilantai tidak jauh dari kursi tamu, tentu saja segala tingkah laku Lusi terlihat oleh Anna. melihat Tante nya pergi dan meninggalkan hape begitu saja membuat Anna nekat mendekati benda itu.

"Astaghfirullah," ucap Anna sambil meletakkan hape itu ditempat semula dan berlari keluar rumah.

Anna beberapa kali mengambil napas panjang dan menghembusnya berlahan.

Ira yang sudah pamit untuk pulang melihat Anna berdiri tidak jauh dari motor metik miliknya.

Ira tersenyum karena Ira pikir Anna sudah bersiap untuk pulang.

"Anna, kamu sudah lama diluar?" tanya Ira.

"Belum Bu, ucap Anna sedikit kaget, karena tidak mengetahui kedatangan Ibunya.

"Ayo kita pulang." ucap Ira.

Anna mengangguk dan segera naik ke motor yang dibonceng ibunya.

*****

Malam ini terasa panjang untuk dilalui oleh Lusi. Lusi penasaran kapan ia akan diajak suaminya untuk membeli mobil. Lusi membayangkan datang ke showroom melihat banyak nya mobil dan dia memilih sesuai keinginannya.

Khayalan Lusi terganggu, karena suara rengek Arkan. Ibrahim mencoba menidurkan Arkan. sambil mengusap punggung Arkan. Ibrahim membaringkan tubuhnya di tempat tidur. tidak ingin larut dalam khayalan nya sendiri dan Arkan juga sudah terlelap. akhirnya Lusi memberanikan diri bertanya pada suaminya.

"Mas, mobil merek apa yang akan kita beli?" tanya Lusi sambil merapatkan tubuhnya pada Ibrahim. Ibrahim berbaring menghadap Arkan dan memunggungi Lusi.

Tempat tidur sengaja dibuat merapat kedinding dan Arkan ditidurkan bersebelahan dengan dinding, Ibrahim ditengah dan Lusi dipinggir.

"Mas harap kamu bisa menerima apa yang Mas beli nanti, kita jadikan pijakan dulu, jika hutang kita sudah lunas dan kita ada uang lebih Mas akan beli mobil yang baru."

Lusi merasa terjebak, dia menyesal kenapa saat minta mobil dirinya tidak menyebutkan mobil baru dengan mereknya sekalian. dari penuturan Ibrahim Lusi dapat menebak kalau mobil yang di beli Ibrahim pasti hanya sebuah mobil bekas.

**dari pada tidak jadi beli mobil, mobil bekas juga gak apa -apalah, toh cuma sebentar** begitulah batin Lusi berucap.

"Ya Mas Lusi akan terima apapun yang Mas berikan." ucapnya memendam rasa kecewanya.

Ibrahim memutar posisi tidurnya menghadap Lusi.

"Mas berharap sebelum hutang kita lunas, kamu bisa mengontrol diri. karena penghasilan bulanan Mas setengahnya akan dijadikan pembayar hutang. tadi kamu janji akan membantu Mas untuk melunasi hutang. Mas gak nuntut kamu untuk kerja, cukup kamu bersyukur dengan yang kita miliki dan mengontrol diri dari nafsu dunia. Mas anggap itulah caramu menepati janji yang kamu ucapkan tadi." ucap Ibrahim menjelaskan dengan nada santun agar mudah dipahami istrinya.

bagai dua kali masuk jurang yang dalam.

Itulah yang dirasakan Lusi.

**mobil yang dibeli mobil bekas, ditambah harus nahan selera selama hutang belum lunas. ya ampun, kenapa harus begini sih** ucap Lusi dihatinya. menyesali kebodohannya sendiri.

"Ya Mas." ucap lusi singkat segera menggeser tubuhnya menjauh dari Ibrahim, meraih selimut dan memejamkan matanya.

seolah-olah dirinya sudah sangat mengantuk dan siap untuk tidur.

Hati Ibrahim tersentuh mendengar jawaban Lusi, dalam pikiran Ibrahim berkata, "ternyata permintaan istri ku hanya sebatas memiliki mobil, bahkan Lusi dengan lapang dada menerima pemberian dan menyetujui persyaratan yang ia buat.

Melihat Lusi sudah memejamkan matanya Ibrahim pun menyusulnya ke dunia mimpi, karena hari ini juga hari yang melelahkan untuknya.

******

sementara dikamar Nenek, pasangan tua suami istri ini masih bercengkrama.

"Pak, tadi kemana? perginya juga lama,". tanya Nenek.

"Tadi pergi dengan Wawan, cari mobil yang sesuai dengan keuangan Ibrahim, tapi setelah menemukan mobil itu ternyata uang yang dimiliki Ibrahim masih kurang, apa kita bisa memberikan Ibrahim bantuan?' tanya kakek.

Selama ini kakek mempercayakan keuangan sepenuhnya pada Nenek, jadi wajar kakek tidak tahu tentang simpanan ada atau tidaknya.

"Memangnya harga mobil itu berapa pak?"

"Harganya 85.000.000, merek Daihatsu xenia keluaran tahun 2010, tadi Bapak dan Wawan juga sudah cek keadaan mobil itu, mesinnya masih bagus, bodynya juga mulus, rasanya tidak mengecewakan dengan harga segitu." jelas Kakek.

Nenek tampak berfikir, jika uang ibrahim dan Ira digabung masih kurang 15.000.000, simpanan mereka saat ini hanya 20.000.000, sementara kakek juga tidak lama lagi akan pensiun, Mereka tidak memiliki kebun sawit yang bisa menopang masa tua nantik seperti Ira.

"Bagaimana untuk masa tua kita nantik?

simpanan kita hanya 20.000.000,. apalagi bapak sebentar lagi pensiun, ibu terserah bapak saja," ucap Nenek.

Mm kakek tampak berfikir.

"Tapi bagaimana pun kebahagian anak-anak adalah kebahagian kita juga, toh simpanan kita masih bersisa, insyallah selama Bapak sehat dan masih bekerja kita masih bisa menyimpan, bagaimana? apa kamu bersedia?" tanya kakek.

"Baiklah, kapan mobilnya akan kita Lunasi?"

"Besok pagi Buk, kebetulan tadi bapak minta tangguh waktu sampai besok sama yang punya mobil."

"Dimana alamat pemilik mobil itu pak?"

"Namanya pak Zamzami dia tinggal di Kecamatan, tadi Bapak dan Wawan sudah bertemu di rumah nya, besok kita ke sana sekalian dengan Ibrahim," ucap Kakek

"Surat-suratnya sudah Bapak periksa?"

"Sudah, itu mobi pribadinya pak Zamzami, jadi kamu tidak usah berpikiran buruk."

"Hanya mengingatkan pak, jangan sampai kita kecolongan membeli barang yang tidak jelas asal usulnya,"

"Iya buk, makanya tadi bapak ajak Wawan karena dia kan lebih berpengalaman dalam urusan jual beli dan lebih paham tentang mobil."

Nenek terlihat tenang, setelah mendapatkan penjelasan dari Kakek.

Saat ini kakek sudah berusia 52 tahun, masa kontrak kerja di PT tempat kakek bekerja hanya sampai usia 55 tahun, mereka tidak memiliki kebun yang dapat memberikan penghasilan saat kakek pensiun nanti itulah yang membuat Nenek khawatir dengan hari tua mereka, dalam hati Nenek berdoa semoga dia dan suaminya tidak di sia-siakan oleh anak mereka saat mereka sudah tidak produktif lagi.

...----------------...

Terpopuler

Comments

Martini Ayat

Martini Ayat

Misteri...

2022-10-26

0

Nana Shin

Nana Shin

semangat

2022-04-10

1

lihat semua
Episodes
1 berjuang
2 ke kota
3 Tidak bisa menolak
4 Rencana Lusi
5 Persiapan sekolah
6 Saling memafkan
7 Malam perpisahan
8 Hari pertama
9 Nona cantik
10 Gerah
11 rencana Adnan
12 Jadi kakak adik
13 Malunya Anna
14 Tunangan
15 Rencana kunjungan Ummi Salma
16 Jadi sopir
17 Belanja di mall
18 Malam yang bertabur bintang
19 Adnan izin pulang sekolah
20 Adnan pergi tanpa kabar
21 Tidak memberi kabar
22 Anto beraksi
23 Keinginan Mutia tewujud
24 jangan biarkan Anna tahu
25 Abi ingin anak perempuan
26 Kejutan untuk Anna
27 Niat terselubung Anto
28 Ketakutan Anna
29 Abi Zakaria marah
30 Hukuman untuk Adnan
31 Lembaran baru Adnan
32 Kunjungan pak Zamzami
33 Tawaran untuk Jeni
34 Tawaran untuk Jeni
35 Anna sakit
36 Ungkapan cinta Anna
37 Imam sholat
38 Hukuman untuk Adnan 2
39 Pulang Kampung
40 Abi membalas perbuatan Adnan.
41 Pengalaman pertama Ummi menangkap ikan
42 Kekayaan Abi
43 Kejahilan Melinda
44 Mendengar cerita Anna
45 Jangan terlalu mempercayai teman
46 Melindungi Anna
47 Berikan waktu untuk Abi dan Ummi
48 Penyesalan Adnan
49 Janjian bertemu Ummi Salma
50 Perjanjian Anna.
51 Ikhlas dengan keputusan Anna
52 Cemilan untuk yang ditinggalkan
53 Memberi maaf untuk Lasmi
54 Mengantar Anna
55 Bertemu pemilik pesantren
56 Menangis ditinggal Ummi dan Abi
57 Keputusan Adnan
58 Hilang semangat
59 Ke kampung Anna
60 Bebas hukuman
61 Kagum melihat Adnan
62 Pembicaraan rahasia
63 Giat belajar
64 Siapa dia?
65 Rindu Ibu
66 Kado untuk Adnan
67 Sah pindah
68 Ulang tahun Anna
69 Mencari kejelasan
70 Ujian Sekolah
71 Libur sekolah
72 Mobil pengintai
73 Calon pewaris tunggal
74 Pernikahan buk Endang
75 Tinggal bersama Ummi
76 Lamaran
77 Anna bingung
78 Sah
79 Tahan diri
80 Resepsi
81 Pulang kampung
82 Tidur di rumah Ibu
83 Niat Anna
84 Papa Mama muda
85 Promosi
Episodes

Updated 85 Episodes

1
berjuang
2
ke kota
3
Tidak bisa menolak
4
Rencana Lusi
5
Persiapan sekolah
6
Saling memafkan
7
Malam perpisahan
8
Hari pertama
9
Nona cantik
10
Gerah
11
rencana Adnan
12
Jadi kakak adik
13
Malunya Anna
14
Tunangan
15
Rencana kunjungan Ummi Salma
16
Jadi sopir
17
Belanja di mall
18
Malam yang bertabur bintang
19
Adnan izin pulang sekolah
20
Adnan pergi tanpa kabar
21
Tidak memberi kabar
22
Anto beraksi
23
Keinginan Mutia tewujud
24
jangan biarkan Anna tahu
25
Abi ingin anak perempuan
26
Kejutan untuk Anna
27
Niat terselubung Anto
28
Ketakutan Anna
29
Abi Zakaria marah
30
Hukuman untuk Adnan
31
Lembaran baru Adnan
32
Kunjungan pak Zamzami
33
Tawaran untuk Jeni
34
Tawaran untuk Jeni
35
Anna sakit
36
Ungkapan cinta Anna
37
Imam sholat
38
Hukuman untuk Adnan 2
39
Pulang Kampung
40
Abi membalas perbuatan Adnan.
41
Pengalaman pertama Ummi menangkap ikan
42
Kekayaan Abi
43
Kejahilan Melinda
44
Mendengar cerita Anna
45
Jangan terlalu mempercayai teman
46
Melindungi Anna
47
Berikan waktu untuk Abi dan Ummi
48
Penyesalan Adnan
49
Janjian bertemu Ummi Salma
50
Perjanjian Anna.
51
Ikhlas dengan keputusan Anna
52
Cemilan untuk yang ditinggalkan
53
Memberi maaf untuk Lasmi
54
Mengantar Anna
55
Bertemu pemilik pesantren
56
Menangis ditinggal Ummi dan Abi
57
Keputusan Adnan
58
Hilang semangat
59
Ke kampung Anna
60
Bebas hukuman
61
Kagum melihat Adnan
62
Pembicaraan rahasia
63
Giat belajar
64
Siapa dia?
65
Rindu Ibu
66
Kado untuk Adnan
67
Sah pindah
68
Ulang tahun Anna
69
Mencari kejelasan
70
Ujian Sekolah
71
Libur sekolah
72
Mobil pengintai
73
Calon pewaris tunggal
74
Pernikahan buk Endang
75
Tinggal bersama Ummi
76
Lamaran
77
Anna bingung
78
Sah
79
Tahan diri
80
Resepsi
81
Pulang kampung
82
Tidur di rumah Ibu
83
Niat Anna
84
Papa Mama muda
85
Promosi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!