Pagi-pagi sekali Ponsel Ira sudah berbunyi, ternyata itu telpon dari Ibrahim.
"Assalamualaikum Ibrahim?"
"Waalaikummussalam Kak."
"Ada apa pagi-pagi sekali sudah telpon kakak?"
"Kak ternyata ayah sudah mendapatkan mobil yang akan kita beli, pagi ini Ibrahim kerja dulu, nantik sekitar jam 9 ibrahim izin kerja, kakak siap-siap ya di rumah nantik ibrahim jemput."
"Ooo, syukurlah, iya nantik Kakak siap-siap."
" Oke kak, Ibrahim tutup dulu, assalamualaikum."
"Waalaikummussalam."
Ira tersenyum bahagia, ternyata ayahnya kemaren siang langsung bergerak cepat mencari mobil, apalagi Ibrahim kemaren juga berencana secepatnya membeli mobil agar bisa mengantar Anna pergi sekolah nantik.
Ira bersyukur memiliki keluarga yang kompak saling mendukung, saling membantu dalam suka maupun duka.
"Ibu sedang apa?" suara Anna meleburkan pikiran Ira.
Ira sedang duduk di atas tempat tidurnya, Anna masuk kekamar Ira dan ikut duduk di samping Ira.
"Barusan Pamanmu telpon, Ibu disuruh siap-siap, nantik jam 9 Paman mau ****** Ibu."
"Kemana Bu?"
"Mobil yang akan dibeli paman sudah ada, nantik tinggal pembayaran saja."
"Wah, cepat juga dapat mobilnya ya Bu." ucap Anna sambil menunjukkan gigi putihnya.
"Iya, Pamanmu sudah berencana akan mengantar Anna pergi kesekolah nantik."
Walaupun selama ini Ibrahim tidak memiliki mobil tapi Ibrahim sudah pandai mengemudi mobil, SIM A juga dia sudah punya.
Anna merasa bahagia Artinya saat iya berangkat sekolah nanti seluruh keluarganya bisa ikut mengantar, tidak perlu sewa mobil pak Wawan lagi, Apa lagi Anna saat ini masih mencurigai hubungan Antara pak Wawan dan Lusi tantenya.
**flashback**
Anna mendekati hape Lusi yang terletak di meja.
ternyata hape lusi tidak memakai kode pengaman, cepat-cepat Anna menekan tombol jejak terakhir yang digunakan, WhatsApp, itulah aplikasi yang terakhir digunakan Lusi.
Anna dapat melihat orang yang terakhir kali menghubungi Lusi adalah pak Wawan, karena photo pak wawan dipasang jelas sebagai profilnya.
**pak, bisa ajari Lusi menyetir mobil?"
**Oke sayang, kabari aku, kapanpun kamu mau aku siap jadi gurumu 😘 **
Anna kaget melihat jawaban yang diberikan pak Wawan terhadap permintaan tante Lusi, Anna meletakkan Hape ditempat semula dan berlari keluar rumah, untuk menenangkan pikirannya.
**flashback finishing**
Ada apa diantara tante Lusi dan pak Wawan? kenapa pak Wawan memanggil Tante dengan panggilan sayang? teka teki yang harus dipecahkan oleh Anna sendiri, tapi Anna tidak memiliki waktu banyak untuk mencari jawaban itu, tidak mungkin Anna memberitahukan kecurigaannya pada tante Lusi pada Ibu dan paman Ibrahim.
**Semoga saja pak wawan hanya berniat merayu tante lusi, lagian tante Lusi mana mungkin suka sama pak Wawan, pak wawan sudah tua, sudah punya istri dan anak juga** itulah ucapan batin Anna.
"Anna, kenapa melamun?"
suara Ibu membuyarkan lamunan Anna.
"Anna bahagia bu, akhirnya nantik Anna diantar sekolah oleh semua keluarga." ucapnya girang.
"Iya Anna, kamu harus ingat, jangan pernah kecewakan kami, sekolahlah yang baik, jangan pacaran apalagi sampai kebablasan, itulah yang sangat Ibu khawatirkan."
"Ya bu, inshaallah Anna hanya akan sekolah di kota,. kalau urusan jodoh nantik Anna serahkan sama ibu saja, apapun keputusan ibu Inshaallah Anna siap menerimanya."
"Kamu yakin mau dijodohkan?"
"Yakin, karena pilihan Ibu tidak akan salah, seperti Ibu memilih Ayah, Kakek saja tidak bisa menilai Ayah seperti Ibu." ucap Anna.
Anna mengetahui bagaimana awal hubungan Ibu dan Ayahnya yang mendapat penolakan dari Kakek.
"Baiklah, tapi Ibu tidak akan menjodohkan mu, kecuali jika saatnya sudah tiba kamu masih belum juga memperkenalkannya pada Ibu, maka Ibu akan mencarikan mu jodoh." ucap Ira.
Keduanya tertawa, seolah menyepakati perjanjian yang mereka buat.
"Ayok kita masak, ini sudah mau jam 7." ucap Ira sambil mengandeng Anna menuju dapur.
Hari ini hari Jum'at, artinya tinggal satu hari lagi Anna menghabiskan waktunya di rumah.
"Bu, Anna lupa membeli peralatan sekolah" ucap Anna sambil membersihkan udang yang akan dimasak.
"Oh iya, kamu belum membeli buku tuliskan?" ucap Ira yang masih tetap menggiling bumbu untuk gulai udangnya.
"Iya bu,"
"Baiklah, nantik kita pakai motor saja, kita ikut Paman dulu setelah selesai urusan Paman, baru kita belanja keperluan sekolah mu, apa Anna mau tas sekolah baru?"
"Apa ibu masih ada uang?
"Masih, uang kita yang dipinjam paman hanya 50.000.000, kita masih ada uang 10.000.000 lagi di rekening, tenang saja Anna, itu semua sudah ibu niatkan untuk keperluan sekolah mu.
"Baiklah Bu, tapi Ibu pakai saja uang itu jika memerlukannya."
"Apa Anna tidak berkeinginan untuk kuliah?"
"Anna tidak mau melihat ibu kesusahan mencarikan uang untuk biaya pendidikan Anna."
"Tapi ibu ingin sekali Anna bisa kuliah, kamu lihat kan Paman mu bisa bekerja sekarang dengan posisi bagus itu karena Paman lulusan Sarjana, apa Anna tidak berniat bekerja di perusahaan? apa lagi di desa kita banyak PT."
"Anna mau kuliah bu, tapi Ibu jangan terlalu memaksakan keadaan ya, Ibu coba saja menabung berapa bisa, jangan sampai Ibu tidak makan enak karena mengumpulkan uang untuk biaya kuliah Anna, jika setelah lulus SMA kita belum punya cukup uang Anna mau kok menganggur dulu, kita bisa mengumpulkan uang bersama." ucap Anna sambil tersenyum lebar.
mendengar Anna berkata begitu air mata Ira berlinang, ternyata Anna juga memikirkan kebahagiannya, sungguh Ira sangat terharu, banyak anak seusia Anna yang lebih mementingkan kebahagian nya sendiri, bahkan mereka tidak mempedulikan bagaimana orang tuanya sulit mendapatkan uang, yang mereka tahu apa yang mereka butuhkan harus ada dan harus dipenuhi.
"Ibu nangis?"
"Tidak, ini kerena lagi menggiling bawang mata Ibu jadi perih" ucap Ira berbohong, sambil menyeka genangan air matanya yang siap untuk jatuh.
...**ya Allah selamatkan lah Anna dalam menempuh pendidikan di kota, jauhkan dia dari perbuatan dan niat jahat orang -orang yang ingin mencelakainya dan berilah Anna jodoh yang baik***...
Itulah doa Ira saat ini, yang selalu mendoakan kebaikan untuk anaknya tanpa mengenal waktu.
Mereka sudah menyelesaikan urusan dapur, saatnya mereka bersiap -siap karena sudah ada janji dengan Ibrahim pagi ini.
*****
*tut . tut*
"Iya kak, ada apa?" tanya Ibrahim.
"Dik, kakak boncengan dengan Anna, kakak tunggu di rumah Ibu saja ya, kamu tidak usah jemput kakak kerumah."
"Ya kak, ini sebentar lagi Ibrahim juga akan pulang."
"Ooo, ya sudah kakak tutup telponnya." ucap Ira meng akhiri panggilan telponnya.
Saat ini Ira dan Anna sudah berada di atas motor metiknya, sebelum berangkat Ira sengaja menelpon Ibrahim supaya Ibrahim tidak terlanjur menjemputnya kerumah, apalagi untuk menuju kecamatan mereka juga harus melewati rumah Nenek.
Setelah mengabari Ibrahim Ira segera berangkat menuju rumah nenek, diperjalanan Anna melihat Kakek sedang bicara dengan pak Wawan, Anna terus melihat sampai pandangannya menjauh dari lokasi rumah pak Wawan.
**Ada perlu apa kakek kerumah pak Wawan?**
begitulah batin Anna bertanya pada dirinya sendiri.
Motor metik yang dikendarai Ira telah sampai di rumah Nenek, Nenek yang melihat mereka datang, segera menyambut didepan pintu.
"Mau kemana sudah cantik begini?" tanya Nenek saat melihat anak dan cucunya sudah mendekat kearahnya.
"Kata Ibrahim hari ini mau transaksi mobilnya Buk, kebetulan Anna juga perlu belanja buku tulis, tas dan sepatu, makanya Anna juga ikut." ucap Ira menjelaskan.
"Tante sama Arkan dimana Nek?" tanya Anna.
"Mungkin sedang memandikan Arkan," jawab Nenek.
"Apa Arkan dan tante Ikut juga Bu?" tanya Anna pada ibunya.
"Mungkin saja." jawab Ira singkat.
**tit tit**
Sebuah mobil avanza berhenti didepan rumah nenek, terlihat Kakek dan pak Wawan turun dari mobil itu, belum jauh langkah Kakek meninggalkan mobil, Paman pun datang.
"Wah, ternyata sudah kumpul semua, ayok kita segera berangkat, biar urusannya selesai sebelum sholat Jum'at." ucap Kakek menegaskan.
"Ayok." ucap semua nya serentak.
Ira dan Anna segera naik ke motor metik nya.
"Eh, kenapa pakai motor, Bapak sudah sewa mobil Wawan, cepat naik ke mobil, tinggalkan saja motornya disitu." ucap kakek sambil menarik tangan Anna yang masih duduk di motor dengan Ibunya.
Ira dan Anna saling menatap.
"Udah, jangan banyak mikir, nantik setelah mobilnya dibayar kita akan pulang dengan mobil itu, Wawan pulang sendiri." kembali Kakek menegaskan.
Setelah mendapat penjelasan Kakek, Ira dan Anna segera turun dari motor dan masuk ke mobil pak Wawan.
"Nek, Anna dan ibu pergi dulu ya." ucap Anna sambil melambaikan tangan kepada Nenek.
"Iya, hati-hati dijalan." ucap Nenek.
Ibrahim sudah lebih dulu masuk ke mobil karena sebelum izin kerja tadi Ibrahim sudah ditelpon kakek untuk keberangkatan mereka menggunakan mobil Pak Wawan.
Nenek segera masuk kerumah.
"Buk, kok aku ditinggal?" ucap Lusi ketus kepada Nenek.
"Lah, Ibu kan juga ditinggal." jawab Nenek.
"Kenapa mbak Ira dan Anna bisa ikut!" protes Lusi.
"Ira itu mau ngambil uang di bank, Anna mau belanja keperluan sekolahnya, kalau kamu ikut siapa yang jaga Arkan?" jawab Nenek mulai jengkel.
Merasa tidak mendapat pembelaan Lusi segera meninggalkan Nenek yang masih berdiri menatapnya.
***dasar menentu tak tau di untung, masih mending Ira mau memberikan pinjaman, kalau anakku tau sifat malas mu mungkin dia tidak akan mau mengabulkan permintaan mu ini*** batin Nenek karena emosi melihat perangai menantunya.
Selama ini Nenek tidak pernah menceritakan kepada Ibrahim tentang kelakuan istrinya yang hanya sesekali menolongnya ke dapur, padahal nenek sudah berusia 50 tahun.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Martini Ayat
Lusi meresahkn
2022-10-26
0
Ratna Yulita
makasih 😊
2022-04-02
1