Pagi yang cerah, setelah menyelesaikan pekerjaan rumah Anna dan ibunya bersiap untuk kerumah Nenek. mereka mambawa oleh-oleh yang sudah di beli kemaren.
" undaaa, undaaaa"
Terdengar tangis Arkan anak laki-laki berusia 2 tahun yang sedang menangis histeris diruang tamu Nenek, Ibrahim dan Nenek sedang berusaha menenangkan Arkan.
Ira dan Anna yang sudah berada didepan rumah nenek, segera turun dari motor metiknya dan masuk kedalam rumah.
"Arkan kenapa menangis?" ucap Ira sambil mengendong anak adiknya itu.
Wajah Ibrahim dan Nenek tampak sendu, entah apa yang mereka sembunyikan.
Anna yang memegang oleh-oleh untuk neneknya meletakkan bungkusan itu di atas meja.
sementara Arkan yang masih dalam gendongan Ira, tangisnya mulai mereda.
Anna memberikan bungkusan jajan yang khusus ia beli untuk Arkan kemaren, melihat jajan yang banyak Arkan minta diturunkan dari gendongan Ira.
"Wah ternyata Arkan mau jajan." ucap Anna girang.
"Sini biar kakak bukak kan." ucap Anna sambil meraih jajan yang sudah dipilih Arkan.
"Dimana Lusi Buk?" tanya Ira.
Ibrahim dan Nenek saling menatap.
"Duduklah dulu Ira, ayok Ibrahim kamu juga duduk." ucap nenek.
Anna duduk dilantai tidak jauh dari kursi tamu menemani Arkan menghabiskan jajanannya.
"Ira, tadi malam Lusi pergi dari rumah." ucap nenek dengan menghembus nafas kecewa.
"Apa yang terjadi?" ucap Ira kaget. karena selama ini Ira menilai rumah tangga Adiknya terlihat harmonis.
"Lusi ingin Ibrahim membelikannya mobil kak." ucap Ibrahim.
"Mobil?" ucap Ira kaget mendengar akar permasalahan Adik dan istrinya itu.
"Sebenarnya sudah setahun yang lalu Lusi ingin membeli mobil. keinginannya masih bisa Ibrahim tahan dengan memberikannya pengertian. kemaren sewaktu di rumah orang tuanya, Lusi mengungkitnya lagi. kami sempat beradu mulut di sana. tadi malam tanpa sepengetahuan Ku Lusi meninggalkan rumah. Arkan setiap bangun selalu mencari Bundanya karena itulah Arkan menangis." ucap Ibrahim menjelaskan.
"Apa Lusi minta mobil baru?" tanya Ira.
"Tidak." jawab Ibrahim.
"Berapa simpanan yang kalian miliki?" tanya Ira.
"Kami baru memiliki simpanan 20.000.000 kak."
Ira berfikir sejenak.
"Apa ayah tau masalah ini?" tanya Ira.
"Ayah mu belum tahu, semalam ayah jaga malam, sekarang ayahmu tidur di kamar." jawab Nenek.
Kakek Anna merupakan seorang Satpam di PT. Palm Lestari sebuah perkebunan sawit terbesar di desa mereka. kakek Anna sudah bekerja di PT.Palm Lestari semenjak usianya 35 tahun. sekarang tenaga kakek masih di gunakan perusahaan tersebut karena kakek termasuk pekerja yang tekun dan dapat dipercaya.
"Bagaimana menurutmu agar permasalah ini selesai ibrahim? apakah memenuhi Keinginan Lusi atau mengabaikannya?" tanya Ira.
"Mm Ibrahim bingung kak, tidak mungkin rasanya Ibrahim membeli mobil. Ibrahim belum memiliki kebun untuk menambah penghasilan. sementara gaji ibrahim saat ini perbulannya 4.700.000 itu sudah masuk uang lembur."
"Apa itu penghasilan normal yang kamu terima setiap bulannya?" tanya Ira.
"Iya, itu penghasilan minimal kadang bisa lebih tinggi dari itu." jawab Ibrahim.
"Anna?" ucap Kakek dengan suara bangun tidurnya sambil tersenyum dan berjalan ke ruang belakang untuk mencuci muka.
"Anna tolong ambilkan tempat untuk buah ini." ucap Ira.
Anna segera ke dapur mencari piring makan untuk tempat buah yang mereka bawa tadi dan menyusun buah- buah itu di piring. Anna kembali duduk di samping Arkan.
Setelah mencuci muka, Kakek duduk di kursi tamu berkumpul dengan yang lain. sekarang ke empatnya sudah duduk membentuk persegi.
"Dimana Lusi?" tanya Kakek.
"Lusi pergi dari rumah Yah." jawab Ibrahim dengan wajah tertunduk.
kakek mengerutkan keningnya, seolah ingin mendengar keterangan lebih jelas.
"Lusi, masih kukuh pada keinginannya membeli mobil." ucap Nenek.
Tidak nampak perubahan di wajah kakek, tapi batinnya berkata. "dulu Purwoto menantu yang sempat Ku tolak ternyata seorang laki-laki baik yang mampu membahagiakan Ira. bahkan meninggalkan harta yang cukup untuk anak dan cucu Ku. sedangkan Lusi menantu yang Aku pilih kan untuk Ibrahim ternyata perbuatannya sangat mengecewakan." batin kakek.
Selama menjadi menantu di rumah Kakek Lusi tidak pernah mau merebus air minum dengan alasan dapat merusak wajahnya jika terkena panas api dan asap dapur. memasak untuk makan suaminya pun tidak dihiraukan Lusi. dia hanya sibuk dengan Hp, berkumpul dengan tetangga dan berdiam diri di kamar.
Sewaktu gadis Lusi rajin bekerja, bahkan dia tidak malu berjualan keliling kampung.
Tidak Ingin masalah Ibrahim berlarut panjang, akhirnya kakek bersuara.
"Bagaimana keputusan mu Ibrahim?" tanya Kakek.
"Ibrahim sedang berusaha mewujudkan keinginan Lusi Ayah. tapi Ibrahim masih butuh waktu karna simpanan Ibrahim belum cukup."
"Baiklah, coba kamu telpon Lusi, cari dia, bicara dengannya baik-baik. kasian Arkan dia masih memerlukan Lusi." ucap Kakek.
"Tapi, bagaimana kalau Lusi tetap pada pendiriannya Ayah?" tanya Ibrahim.
Kakek melihat kearah Ira dan Nenek.
" Ira, apa kamu bisa memberikan pinjaman kepada Adikmu?" tanya Kakek.
Ira tampak berfikir.
"Jangan Ira, ingat Anna sangat membutuhkan uang itu." ucap Nenek.
Nenek seolah paham dengan jawaban yang akan diberikan Ira.
"Uang peninggalan Mas Purwoto masih ada 60.000.000 lagi Yah. tapi tidak mungkin dipinjamkan semuanya, karna sekolah Anna memerlukan biaya bulanan. kalau pun dipinjamkan Ira maunya uang itu dicicil setiap bulan." ucap Ira.
"Bagaimana Ibrahim, berapa kamu sanggup membayar bulanannya?" tanya Kakek.
Ibrahim diam sambil berfikir.
"Kalau kak Ira bersedia meminjamkan 50.000.000, Ibrahim akan membayar perbulannya 1.500.000 sampai hutang itu lunas. apa kak Ira bersedia menolong?" tanya Ibrahim.
Ira berfikir sejenak.
"Baiklah, Kakak bersedia meminjamkan mu." jawab Ira tanpa berfikir panjang.
"Tapi kamu harus ingat Ibrahim. itu uang anak yatim, uang keponakan mu. jangan sekali-kali kamu curang!" ucap Nenek menegaskan.
"Insyaallah, Ibrahim akan bersifat amanah dalam melunasi hutang itu." jawab Ibrahim tegas.
"Sekarang jalan keluar dari masalah mu sudah kita temukan. carilah informasi mobil yang akan kamu beli. tapi kamu harus pastikan Lusi pulang dulu kerumah ini." ucap Kakek.
"Ya, Ayah." jawab Ibrahim sambil berdiri dari duduknya dan siap untuk melangkah pergi.
"Kemana kamu akan mencari Lusi?" tanya kakek.
"Ibrahim mau kerumah orang tuanya, karena dari semalam HP lusi tidak aktif. semoga saja dia pergi kerumah orang tuanya." jawab Ibrahim.
"Baiklah pergilah. tapi ingat, sebelum hutang mobil mu lunas jangan penuhi keinginan Lusi jika dia masih meminta yang tidak wajar. kali ini biarlah kita mengalah." ucap Kakek tegas sambil menatap Ibrahim.
Ibrahim menganggukkan kepalanya. tanda setuju dengan yang di ucapkan Ayahnya.
Sekarang di ruangan itu tinggal mereka berlima. sambil makan buah-buahan yang terhidang mereka melanjutkan obrolannya.
"Bagaimana urusan registrasi sekolah Anna, apa sudah selesai?" tanya Kakek.
"Sudah Yah, alhamdulillah lancar. pembayarannya juga sudah selesai dilakukan." ucap Ira menjelaskan.
"Kek, Anna dan ibu sudah beli Hp kemaren. mana HP kakek? biar Anna bisa simpan kan nomor Anna dan Ibu di Hp Kakek." ucap Anna.
"Itu HP kakek di rak TV." ucap kakek sambil menunjuk Tv.
Anna mengambil HP Kakek dan menyimpan nomornya serta nomor Ibu di HP kakek.
"Mana HP Anna, Nenek mau lihat." ucap Nenek.
Anna berjalan ke kursi nenek sambil menggendong Arkan.
"Arkan sama Ibu saja, biar ibu gendong." ucap Ira.
Anna memberikan Arkan pada ibunya. kemudian Anna duduk disebelah Nenek, Anna memperlihatkan Hp barunya pada nenek. sekali lagi sifat narsis Anna muncul. Anna mengarahkan kamera depannya untuk mengambil foto nya dengan Nenek dan Kakek. tak lupa Anna juga mengambil foto ibunya yang sedang mengendong Arkan. Mereka tertawa melihat aksi Anna yang terlihat pamer itu.
"Anna jangan sampai karena memiliki HP mempengaruhi cara belajar mu. apalagi tersesat dalam dunia maya." ucap Kakek memperingatkan.
"Anna juga harus ingat sering-sering telpon kami di sini. ada atau tidak masalah di sana Anna harus tetap menelpon kami." ucap Nenek menambahkan.
"Iya Kek, Nek. Anna akan sering memberi kabar. doakan Anna selalu Istiqomah dalam kebaikan." ucap Anna sambil memeluk Neneknya.
"Ira, apa kamu akan tetap di rumah itu? sebenarnya Kami selalu menghawatirkan kalian. apa lagi nantik kamu hanya tinggal sendiri. apa tidak sebaiknya kamu tinggal di rumah ini?" ucap Kakek lembut.
Ira tersenyum kecil.
"Entah la Yah, aku juga tidak tahu akankah aku bisa tinggal di sana sendirian." jawab Ira.
"Bagaimana kalau kamu menginap saja disini, siangnya kamu boleh di rumah mu." usul Nenek.
"Baiklah Buk, akan Ira coba." jawab Ira.
"Ternyata sudah waktunya makan siang, pantas saja perut Ku lapar." ucap Kakek.
" Ayo kita semua makan siang. Nenek sudah masak yang banyak tadi." ucap Nenek semangat.
Mereka makan siang dengan lahap. Arkan juga makan disuapi Ira. semenjak Anna dan Ira datang Arkan sudah tidak menangis lagi. apalagi jajan yang dibawa Anna masih banyak.
***
Ibrahim duduk di kursi teras rumah mertuanya bersama Lusi. kursi mereka berhadapan. Lusi duduk menyamping, tidak mau melihat wajah suaminya. sedangkan Ibrahim dengan setia duduk lurus menghadap sang Istri.
"Ternyata kamu masih peduli sama Aku, harus tunggu Aku pergi dari rumah dulu baru kamu mengabulkan keinginan ku. tega kamu Mas, kamu memperlakukan aku seolah-olah aku ini wanita matre. kamu tahu sendiri kan, Tetangga kita sudah banyak yang punya mobil. mereka juga bekerja di PT yang sama dengan mu. kamu tu sok alim, pakai acara gak mau kredit mobil segala." ucap Lusi dengan nada marah.
"Kamu kan tahu sumber keuangan kita hanya bergantung pada gaji Mas di PT. itu. bagaimana kalau mas dipecat? pasti mobil yang kita kredit tidak akan terlunasi." ucap Ibrahim lembut kepada istrinya mencoba memberi pemahaman.
"Trus kenapa tadi Mas bilang Mas mau beli mobil? dapat duit dari mana kalau gak ngutang?" tanya Lusi.
"Kak Ira bersedia memberikan kita pinjaman. tapi kita harus mencicilnya setiap bulan. karena Anna juga memerlukan uang itu. apalagi Anna sekolah di kota." jawab Ibrahim menjelaskan.
"Kakak mu hanya sok baik mas. padahal uangnya sudah lama iya simpan." ucap Lusi dengan memalingkan matanya.
"Astaghfirullah, apa kamu selama ini mengincar uang almarhum Ayah Anna? kamu tahukan bagaimana mereka mendapatkan uang itu. apa kamu bersedia menukar kebahagian mu dengan uang yang tidak seberapa?" ucap Ibrahim dengan nada kesal. mengetahui isi hati istrinya yang selama ini ternyata mengincar uang peninggalan ayah Anna.
Merasa terjebak dengan ucapannya sendiri akhirnya Lusi memilih bersikap lembut.
"Maafkan Aku Mas, aku tidak bermaksud begitu. aku tulus menyayangi Anna, kamu tahukan selama ini Anna juga sering membantuku mengasuh Arkan. maaf " ucapnya sambil bersujud dihadapan suaminya yang tengah duduk.
"Mas, aku janji akan membantu mu melunasi hutang pinjaman kita sama kak Ira. supaya hutang itu cepat lunas dan kak Ira bisa menggunakan uang itu untuk biaya pendidikan Anna. Aku juga gak mau dicap sebagai tante yang menelantarkan keponakan sendiri." ucap lusi sambil menggenggam jari tangan suaminya berharap suaminya tidak marah lagi.
"Baiklah, Aku pegang janjimu. sekarang ayok kita pulang kasian Arkan, tadi pagi dia menangis." ucap ibrahim sambil berdiri siap untuk pergi dari duduknya.
Lusi tampak tersenyum puas, karena mobil yang selama ini iya dambakan akan segera ia miliki.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Yulay Yuli
bikin perjanjian hitam diatas putih donk, nanti lusi melenceng.
2024-09-20
0