NovelToon NovelToon

Bingkai Hati Anna

berjuang

"Akhirnya aku selesai memasak, semoga saja hari ini ada paket ditempat mbak Tiara. Ibu juga sedang di kebun. lebih baik aku segera ketempat mbak Tiara." Anna bermonolog sendiri.

Anna merupakan siswi lulusan SMP 3 yang sedang menanti informasi kelulusan sebagai peserta didik baru di SMA xx di kota.

Perjuangan Anna untuk masuk sekolah itu sangat berat, karena Anna harus mengikuti tes tertulis bersama pendaftar lainnya dengan standar nilai yang telah ditetapkan oleh SMA xx.

Daya tampung sekolah tersebut hanya 80 orang setiap tahunnya, sekolah tersebut merupakan sekolah bergensi karna fasilitas lengkap dan menyediakan Asrama (tempat tinggal) siswi yang berasal dari luar Kota dan siswi yang di asrama juga mendapatkan bimbingan Asrama secara khusus dari yayasan yang bekerjasama dengan SMA xx.

Setelah sampai di tempat Mbak Tiara. benar saja, paket yang diharapkan Anna sudah datang. dengan hati yang berdebar Anna membuka Amplop tersebut.

"Lembar registrasi"

Itulah yang tertulis di lembar kertas pertama yang dilihat Anna. matanya membulat, senyum cantik pun menghiasi wajahnya.

Lembar selanjutnya informasi tentang jadwal kegiatan, rincian biaya, lembar terakhir berupa piagam yang bertuliskan

"Anna Fitri Andini. dinyatakan Lulus"

Air mata Anna berlinang. mengingat bagaimana dia,Paman, Ibu, Kakek dan Nenek yang sibuk mengurus awal pendaftaran Anna hingga membuahkan hasil seperti ini. sungguh sesuatu yang sangat membahagiakan bagi Anna.

Anna bergegas pulang, sambil berlari memegang amplop ditangannya.

Ruko Mbak Tiara berada dipinggir jalan raya.

untuk alamat berupa kiriman paket, warga Desa tersebut menjadikan alamat ruko Mbak Tiara, agar lebih mudah ditemukan oleh agen pengiriman paket.

Rumah Anna berada di jalan Desa sedikit jauh dari jalan raya.

"Buu.. ibu,. alhamdulillah Anna lolos di SMA xx!"

Anna berlari memegang amplop menemui ibunya yang sedang menyemprot rumput liar di kebun sawit milik mereka yang masih berumur 5 tahun. mendengar ucapan Anna Ibu Ira menghentikan pekerjaannya.

"alhamdulillah Nak, akhirnya perjuangan mu membuahkan hasil. ibu bangga pada mu." ucap Ira.

Terlihat sang ibu berlinang air mata, itu merupakan air mata bahagia dan kesedihan.

Keduanya saling berpelukan.

"Ibu jangan nangis, ini perjuangan kita semua dan amanat bapak juga. apalagi Anna di sana tinggalnya di asrama, insyaallah Anna bisa jaga diri." ucap Anna.

"Iya, ibu juga nangisnya karna bahagia Nak."

ucap ibu, sambil melepas pelukan dan menghapus air matanya.

"Bu, ini ada lembar registrasi yang harus segera di isi dan dikirim ke Sekolah SMA xx."

"Baiklah, kita pulang, kapan lembar registrasi nya harus di antar?"

"Masih ada waktu dua hari Bu."

"Apa Anna akan langsung tinggal di Asrama?"

"Tidak, besok hanya mengantar formulir registrasi dan membayar biaya pendidikan."

"Artinya, itu bisa diwakilkan dan Anna tidak harus ikut kan?" ucap Bu Ira.

"Ya Bu, tapi Anna harus sudah di Asrama hari minggu siang, untuk menentukan kamar yang akan Anna tempati. hari senen sudah masuk sekolah Bu." ucap Anna memberikan keterangan.

Sebenarnya Ira sudah menyiapkan hati untuk melepas sang anak jika sekolah di Kota jauh sebelum ujian akhir SMP selesai di ikuti Anna. dia juga mendoakan anaknya agar bisa bersekolah di Kota, dengan harapan anaknya selalu bisa menggali potensi diri yang dia miliki.

Anna merupakan siswi berprestasi dari SD sampai SMP, Anna selalu mendapatkan juara kelas.

Sebagai seorang Ibu pasti akan merasa berat dan sedih jika harus berpisah dari anaknya.

"Ayok Bu kita pulang, Anna sudah masak yang enak untuk Ibu, sini Tengki semprot nya biar Anna yang bawakan."

Begitulah Anna selalu menyenangkan hati Ibunya. Anna seorang gadis cantik yang ramah dan juga mudah bergaul, tidak pernah malu dan malas bekerja menolong Ibu nya.

Keduanya berjalan menuju rumah yang tidak jauh dari kebun tersebut.

Anna berstatus anak yatim saat usianya 14 tahun, tepatnya saat Anna kelas 2 SMP. Anna tinggal bersama ibu nya bernama Ira, disebuah rumah panggung berlantai papan peninggalan ayahnya bernama Purwoto. sebenarnya rumah itu dulunya hanya untuk tempat istirahat jika mereka menjenguk kebun sawit. namun karena Ayah Anna meninggal dan Ibu Anna tidak mau menyusahkan kedua orang tua nya. mereka memutuskan untuk tinggal di rumah tersebut.

**

"Ibu mandi dulu ya, biar Anna siapkan makannya."

"Iya, terimakasih Anna." ucap Ibu

Sambil tersenyum, Ira segera ke kamar mandi.

sebenarnya senyum itu sangat sulit untuk dibuat manis, mengingat Ira akan ditinggalkan anak semata wayang nya. Suami sudah meninggal, sungguh kesedihan yang berat dirasakan Ira.

Ira masih memiliki orang tua yang lengkap. tapi karna Ira menikah dengan Purwoto yang awal pernikahannya ditentang, membuatnya setelah menikah harus ikut suami walaupun tinggal di rumah kontrakan. Purwoto merupakan pria yg bertanggung jawab, rajin dan juga sangat mencintai Ira. karena tidak melihat keburukan dari Purwoto kedua orang tua Ira lambat laun mulai menyukai Purwoto.

Walaupun kedua orang tua Ira sudah menyukai Purwoto, tidak membuat Ira dan Purwoto memanfaatkan keadaan tersebut. Mereka tetap pada pendirian awal, tidak ingin merepotkan orang tua Ira. Mereka hidup mandiri, sampai akhirnya Mereka mampu membeli lahan sawit 2 hektar dan setapak tanah untuk perumahan.

tapi sayang rumah mereka belum sempat dibangun. Purwoto dipanggil sang Kuasa.

Sebuah takdir yang harus diterima Ira. merawat anak semata wayangnya dan melanjutkan keinginan suaminya.

Siang ini mereka makan dengan hati yang campur aduk, antara bahagia dan sedih. keduanya makan tanpa bersuara.

Ira menyudahi makannya terlebih dahulu. sementara Anna masih ada sedikit nasi di piring nya untuk segera dihabiskan.

"Anna kapan kita kerumah nenek? ibu mau menyampaikan berita kelulusan mu."

"Setelah makan saja Bu, tapi Anna cuci piring dulu ya!"

Hati Ira kembali terenyuh. ya, bagaimana tidak sedih, semua pekerjaan rumah hampir semuanya dikerjakan Anna tanpa mengeluh. sedangkan Ira dia mengurus kebun dan menjual hasil kebun keliling kampung. pekerjaan itu dilakukan Ira setelah suaminya meninggal.

Ira menerapkan tanaman tumpang sari diantara tanaman sawitnya, seperti Labu, cabe, timun dan terong. jika hasil panen banyak maka Ira akan menjualnya berkeliling ke rumah warga setempat, sedangkan sawitnya masih mendapatkan 700 kg dalam sekali panen.

Sambil menunggu Anna selesai mencuci piring. Ira mengingat bagaimana sang suami selalu menyebut anaknya harus sekolah di kota saat SMA. karna di Desa sekolah SMA belum ada, hanya ada di kecamatan yang harus ditempuh dengan kendaraan selama 30 menit.

Ayah Anna merupakan karyawan PT. Sentosa yang bergerak di bidang peternakan ayam petelur.

Ayah Anna merupakan seorang mekanik bagian listrik, selama bekerja kehidupan Ira sangat dimanja oleh sang suami, karna gaji yang lumayan tinggi apalagi hanya untuk menghidupi mereka bertiga.

namun kebahagian itu tidak berlangsung lama, hanya 13 tahun, Purwoto meninggal dalam kondisi mengerikan. tubuhnya tersengat aliran listrik yang sedang diperbaikinya, yang mengakibatkan hampir seluruh tubuhnya hitam terbakar listrik.

Purwoto merupakan perantau di Desa Ira dan sudah tidak memiliki keluarga. itulah salah satu penyebab orang tua Ira sempat tidak menyukai Purwoto, mereka takut Purwoto berkata tidak jujur dan akan merugikan Ira.

***akhirnya keinginan mu terwujud Mas, Anna berhasil masuk Sekolah di Kota, tapi aku harus merasakan kembali perpisahan dengan orang yang aku cintai.*** ucap Ira dalam hati dengan air mata berlinang.

***

10 menit perjalanan dari rumah Anna ke rumah Nenek menggunakan motor metik milik Ira.

"Assalamualaikum, Buk"

Hening,

Padahal pintu rumah terbuka lebar, sudah jadi kebiasaan nenek kalau pintu akan dibiarkan terbuka lebar menandakan ada orang di rumah.

Rumah nenek lumayan besar, karna kebiasaan penduduk setempat mengadakan acara syukuran dan menjamu tamu di dalam rumah.

Ruang tamu sengaja dibuat persegi panjang agar mampu menampung undangan saat acara di rumah dan kamar tidur berderet kesamping sama besar dengan 3 pintu.

"Anna kita masuk saja, mungkin Nenek ada di dapur." ucap Ira

Keduanya masuk kedalam rumah.

Benar saja ternyata Nenek Anna sedang merebus air minum di dapur, dapur khusus yang terpisah dari ruang depan dan belakang agar asap dapur tidak mengisi ruangan rumah Nenek.

Melihat kedatangan Anna dan Ira Nenek pun menghampirinya, Mereka duduk di kursi panjang yg tersandar di dinding belakang rumah nenek.

"Ada apa Nak?" ucap nenek sambil menatap Ira dan Anna.

"Ira mau menyampaikan kabar, Anna lulus Buk dan Anna akan sekolah di Kota." ucap Ira.

"Alhamdulillah, Cucu nenek hebat, kapan Anna mulai sekolah?"

"Besok pagi Anna dan ibu akan ke sekolah nek untuk menyerahkan formulir registrasi, sekalian pelunasan uang sekolahnya." ucap Anna.

"mm,. berapa uang sekolahnya?" tanya Nenek.

"Untuk biaya awal masuk 6.000.000, kemudian ada uang bulanan asrama perbulannya 1.500.000. kemudian ada uang praktikum sekolah 500.000 perbulan." jawab Anna.

"Berarti bayar 6.000.000 hanya sekali, kemudian bulanan nya 2.000.000." ucap nenek.

"Iya nek," jawab Anna.

"Apa uang sebanyak itu sudah kamu siapkan Ira?" tanya Nenek.

"Sudah Buk, uang dari perusahaan dan asuransi Ayah Anna masih cukup untuk membiayai pendidikan Anna, inshaallah hasil sawit kami juga sudah bisa membantu biaya hidup kami." jawab Ira dengan bijak.

"Syukurlah, tapi walaupun kamu sudah menyiapkan biaya untuk pendidikan Anna, Ibu tidak mungkin lepas tangan, bagaimana kalau untuk biaya bulanan Anna ibu ikut menyumbang 500.000, Bapak mu pasti setuju." ucap Nenek.

Ira dan Anna tentu saja senang mendengar apa yang ditawarkan Nenek, tapi masih ada yang mengganjal di hati Ira, bagaimana pun Anna bukanlah cucu satu- satunya di rumah itu, Adik ira yang bernama Ibrahim sudah menikah dan memiliki seorang anak yang berusia 2 tahun, mereka tinggal di rumah nenek, apalagi Ira tahu perilaku adik iparnya itu suka cemburuan kalau nenek memberikan perhatian lebih pada Anna.

"Tidak usah tiap bulan Buk, kapan ibu ada uang saja, nantik uangnya bisa ibu transfer ke rekening Anna." ucap Ira menegaskan.

"Anna sudah ada rekening?" tanya nenek.

"Belum Buk, tapi Ira berencana untuk membuatkan rekening untuk Anna saat di kota nantik." jawab ibu

"Bagaimana untuk keberangkatan Anna besok pagi, siapa yang pergi?

"Rencananya Ira mau minta tolong Ibrahim untuk menemani Ira besok pagi ke kota buk, apakah Ibrahim di rumah?" tanya Ira.

"Ibrahim baru saja berangkat dengan Lusi kerumah Mertuanya, tadi mereka bilang mau nginap di sana, coba saja kamu telpon, siapa tau dia bisa menemani." ucap nenek.

Ira berfikir sejenak.

"Tidak usah la Buk menelpon Ibrahim, biar Ira dan Anna merental motor pak Wawan saja, untuk berangkat besok pagi." ucap Ira.

"Baiklah," ucap nenek sambil berdiri Meninggalkan ira dan Anna, Masuk kedalam rumah.

Tidak berapa lama, Nenek kembali dan duduk di samping Ira.

"Ini, untuk biaya ke kota besok pagi." ucap Nenek sambil menyerahkan uang lembar merah sebanyak lima lembar dan menyerahkannya ke tangan Ira.

"Anna, kamu sekolah baik-baik ya, harus rajin belajar, jangan pacaran, apalagi uang pendidikan mu tidak sedikit, jangan seperti anak-anak Desa sini, yang hanya bertahan beberapa bulan sekolah di kota, kemudian kembali ke Desa dengan membawa malu keluarga." ucap nenek menasehati Anna.

"Iya Nek, Anna akan fokus belajar." ucap Anna

Sebenarnya Anna sudah tahu dengan hal pacaran ala anak seusia nya, tapi Anna tidak mau ambil pusing dengan hal seperti itu, apalagi di SMP Anna termasuk anak yang cantik dan banyak dikagumi siswa laki-laki.

Anna sengaja bersikap tidak peduli dan hanya mendekatkan diri pada beberapa orang saja, sepulang sekolah Anna tidak akan pergi bermain dengan temannya, Anna lebih memilih menolong ibu dan tidak keluar rumah.

"Baiklah Buk, kami harus pulang, kami juga harus bertemu pak Wawan agar dia bisa mengantar kami ke kota besok pagi dan terimakasih banyak Bu atas apa yang ibu berikan, tolong sampaikan juga pada ayah tentang kelulusan Anna." ucap Ira syahdu.

"Baiklah Nak, hati-hati dijalan." ucap nenek.

Anna dan Ira menyalami Nenek dan berpelukan

***

Saat ini Ira dan Anna sudah berada di rumah pak Wawan, pak Wawan bekerja sebagai jasa sewa angkutan miliknya, mobil Avanza itulah mobil yang dimiliki pak Wawan, pak Wawan sudah menggeluti profesi ini selama 2 tahun, jadi pak Wawan sudah hapal seluk beluk ibu kota.

pak Wawan Sedang mencuci mobilnya, melihat Ira dan Anna yang turun dari motor metik didepan nya membuat pak wawan menghentikan pekerjaannya.

"Ada apa Ira?" sapa pak wawan dengan lembut.

"Ini pak, saya mau minta tolong sama Bapak untuk mengantarkan kami besok pagi ke kota, karena Anna harus menyerahkan lembar registrasi kesekolahnya, jadi kami bermaksud menyewa mobil pak Wawan." ucap Ira.

"Ooo,. bisa. oke, besok pagi saya tunggu di ruko Tiara ya, Ira dan Anna tunggu disitu saja, maklum jalan kerumah Kalian kan kecil." ucap pak Wawan sambil tersenyum.

"Iya pak, tidak masalah, besok kita brangkat nya jam 6 ya,. saya takut urusan sekolah hanya bukak sampai tengah hari." ucap Ira

"Ooo iya, tidak masalah." ucap pak wawan.

"Berapa ongkosnya pak? kapan dibayar?" ucap Ira.

"Kalau sewa satu harinya 500.000, itu sudah bersih, Ira tidak perlu mikir biaya minyak, makan Saya, pokoknya Ira tinggal duduk nyaman dan perintahkan Saya mau kemana, dan bayarnya terserah Ira saja, tapi tetap harus hari itu." ucap pak Wawan menjelaskan.

Sebenarnya Ira merasa keberatan dengan biaya sewa yang dianggap mahal, tapi bagaiman lagi, ini demi kelancaran urusan pendidikan anaknya.

"Baiklah Pak." jawab Ira

"Kalau begitu kami pulang dulu, ingat besok pagi ya." kembali Ira mengingatkan.

"Ya, beres" ucap pak Wawan.

...----------------...

ke kota

Malam hari udara terasa dingin, dua orang di rumah panggung itu sibuk mempersiapkan keperluan besok pagi, mereka akan melakukan perjalanan selama 3 jam untuk sampai dipinggir kota, perjalanan yang cukup jauh dan belum pernah mereka lakukan berdua.

"Bu, ternyata biaya sewa mobil pak Wawan mahal juga ya." ucap Anna.

"Iya, tapi mau bagaimana lagi, Kita tidak punya kendaraan sendiri dan Kita juga tidak bisa membawa motor metik ini ke kota." ucap Ira.

"Kenapa tidak menelpon Paman saja tadi bu?"

"pamanmu sedang di Desa Tante mu, lagian tidak mungkin dalam satu bulan ini Paman mu harus bolak balik ke kota, kasian, pasti dia capek." ucap Ira.

Ibrahim sangat menyayangi Anna, dia tidak akan menolak memberikan bantuan pada Anna dan kakaknya, sewaktu Anna mendaftar dan mengikuti ujian seleksi Ibrahim lah yang mengurus dan mengantar Anna. karna ibrahim mengurus Anna dia harus izin kerja dan itu membuat istrinya marah.

yah, waktu itu Ira tanpa sengaja mendengar Ibrahim dan Lusi beradu mulut di kamar.

"Mas, sadar gak. gaji cuma sedikit pakai acara pengajuan izin kerja segala. seharusnya mbak Ira tu yang ngurus Anna, bukan Mas. lagian kenapa juga dia mau berlama-lama jadi janda. apa dia tidak malu selalu digosipkan warga Desa ini!" begitulah ucapan Lusi yang didengar Ira.

Mengingat kata-kata lusi membuat hati Ira sakit. air matanya pun berlinang, Anna yang melihat perubahan wajah ibu nya langsung memeluk Ibunya.

"Bu, jangan nangis lagi. Anna ikut sedih Bu." ucapnya lirih.

"Air mata tidak dapat ditahan Anna, jika hati mu sedih maka menangis lah." ucap Ibu.

Keduanya pun terisak dalam tangisan yang pilu.

Begitulah penderitaan Ira, semenjak ditinggal suaminya. Ira harus menebalkan telinganya dari berita miring entah siapa yang membuat cerita - cerita palsu itu. padahal Ira sudah sangat menjaga dirinya dan Anaknya.

"Bu, besok Anna akan tinggal di asrama dan tidak mungkin pulang setiap minggu. pasti Ibu kesepian. bagaimana kalau ibu tinggal di rumah Nenek saja?"

"Tidak mungkin Ibu tinggal di rumah nenek Anna. nanti siapa yang akan merawat rumah ini? Lagian kamu kan tahu bagai mana tante Lusi, Ibu tidak akan betah di sana. lebih baik Ibu di rumah ini. hati ibu juga merasa nyaman disini." ucap Ira.

"Tapi bagaimana kalau ibu sakit? tetangga kita juga jauh. bagaimana kalau ibu menikah lagi?"

Mendengar kata menikah membuat Ira terperanjat dan melepaskan pelukannya.

"Anna, bagaimana kamu bisa menyuruh ibu menikah. apa kamu tidak malu punya ayah tiri?"

"Teman Anna banyak yang punya Ayah tiri. kenapa harus malu, Anna hanya ingin ibu bahagia dan ada yang menemani Ibu." ucap Anna lirih.

"Tapi mencari pasangan hidup itu tidak mudah Anna. kamu tahu kan banyak berita di TV yang tidak baik tentang Ayah tiri. Ibu takut kalau Ibu salah pilih, apalagi kamu sedang sekolah dan butuh biaya banyak."

Anna terdiam sesaat, seolah paham dengan apa yang disampaikan ibunya.

"mm Bu, Anna tidak punya Hp. apakah Ibu bisa membelikan Anna Hp?" ucap Anna manja sambil menatap mata ibunya.

Ibu terdiam sesaat sambil menatap anaknya.

"Apa Anna tau berapa harga HP nya?"

"Kata teman Anna ada yang harga dua juta, Bu"

"m, baiklah kalau harga segitu ibu sanggup membelikannya. besok kita beli ya." ucap Ira menyemangati anaknya.

Selama ini Anna hanya sekedar melihat Hp temannya. tidak pernah terfikir olehnya untuk memiliki benda itu. karna Anna pikir itu hanya merugikan, harus beli pulsa setiap minggu. perubahan perilaku yang hanya sibuk dengan Hp. bahkan teman-teman Anna juga pacaran karna Hp. tapi walaupun tidak memiliki Hp Anna sudah tau cara menggunakan Aplikasi yang tersedia di Hp milik Teman-Temannya itu. hanya dengan melihat Temannya menggunakan Hp Anna sudah paham kegunaan dan cara menggunakannya.

"Bu, apa betul kalau uang dari Ayah masih cukup untuk membiayai sekolah Anna?"

"Uang asuransi dan uang pemberian dari PT tempat Ayah bekerja dulu tidak pernah Ibu gunakan, uang itu Ibu simpan di Bank." ucap Ibu menjelaskan.

"Apa Ibu merindukan Ayah?" tanya Anna

"Tentu saja Anna, Ayahmu laki-laki yang sangat baik." jawab Ira.

"Apakah ayah dan ibu dulu sempat pacaran?"

"Kenapa Anna bertanya seperti itu, apa Anna sedang menyembunyikan sesuatu?" selidik Ibu.

"Tidak Bu, Anna sudah berjanji pada diri sendiri tidak akan pacaran selama masa sekolah."

"Anna yakin bisa bertahan dengan janji itu?"

"Tentu saja Bu, sebenarnya semenjak kelas 1 SMP sudah ada yang menyatakan cinta sama Anna. tapi Anna tolak, Anna jawab. "Anna hanya ingin fokus belajar dan Anna hanya cinta Ayah."

Mendengar penjelasan Anna, Ira tertawa lepas.

"Boleh Ibu tau siapa orangnya?" tanya Ira.

"Itu masa lalu Ibu, sebenarnya Anna sudah pernah cerita sama Ayah. itu jadi rahasia Kami." ucap Anna sambil tersenyum dan menyandarkan kepalanya ke bahu Ira.

Anna sangat dekat dengan Ayahnya. pergi sekolah diantar Ayah. pulang sekolah dijemput Ayah. Anna juga sering mendapat rangkulan dari Ayah. mungkin hubungan yang dekat itulah yang membuat Anna merasa tidak memerlukan perhatian dari lawan jenisnya.

"Sudah jam 22.00, sebaiknya kita tidur Anna." ucap Ira.

"Ya Bu, ayok kita gosok gigi dulu." ajak Anna.

"Apa formulir registrasi nya sudah selesai Anna isi?"

"Sudah Bu." ucap Anna sambil melangkah menuju kamar mandi.

Walaupun rumah Anna rumah panggung, rumah itu sudah dilengkapi dengan kamar mandi. bahkan kamar mandi dan dapur Anna sudah terbuat dari dinding bata yang sudah di plester bagian dalam. jika akan ke dapur perlu melangkah turun satu langkah karna antar lantai rumah panggung dan dapur tidak sama datar.

Suasana mulai sepi dua orang yang berada di rumah panggung itu sudah berada dikamar masin-masing. rumah sederhana hanya ada dua kamar tidur dan ruang tamu yang di jadikan ruang multi fungsi. tempat menjamu tamu, tempat makan dan tempat menonton tayangan TV.

***

Setelah melaksanakan sholat subuh, Anna dan Ibunya bersiap- siap untuk keberangkatan pagi ini. mereka mandi secara bergantian. sambil menunggu Anna selesai mandi Ibu menyiapkan bekal minum dan rantang nasi sebagai bekal jika lapar saat diperjalanan nanti. hari ini selain mengurus registrasi dan biaya pendidikan Anna ira juga berniat membawa Anna ke pusat perbelanjaan. Karena semenjak Purwoto meninggal Anna dan Ira sudah tidak pernah lagi merasakan belanja di Kota. dulu sewaktu Purwoto masih hidup setiap kali gajian dia akan memboyong keluarganya ke kota untuk sekedar jalan-jalan, makan dan berbelanja.

Saat ini sudah jam 6.00 Anna dan Ira keluar dari rumah menuju Ruko Tiara karna pak Wawan menunggu di sana. rumah warga yang mereka lewati tampak masih sepi, belum ada pintu rumah yang terbuka. sampai di Ruko Tiara ternyata pak Wawan sudah menunggu. tampak beberapa warga Desa yang sudah berlalu lalang dijalan raya untuk melakukan aktifitas. tentu saja mereka melihat Ira, Anna masuk kedalam mobil pak Wawan.

"Loh, kenapa tidak ada yang mengisi kursi depan?" tanya pak Wawan.

"Biar kami dibelakang saja pak, lebih mudah untuk ngobrol." jawab Ira.

"Baiklah, biasanya penyewa paling suka duduk di depan." kembali pak Wawan menjelaskan sambil tersenyum kecil.

"Kemana tujuan kita?" ucap pak wawan sambil menjalankan mobilnya.

"Nantik singgah di Bank dulu ya Pak, saya mau ngambil uang untuk biaya sekolah Anna." ucap Ira.

"Oke," ucap pak Wawan sambil mengangguk.

Selama perjalanan pak Wawan selalu mengajak mereka bicara. maklum walaupun tinggal di Desa yang sama, mereka tidak pernah bicara banyak hal. karna Ira selalu menjaga diri agar tidak ada gunjingan dari warga Desa. tentu saja momen ini dijadikan pak wawan untuk mendekatkan diri dan mencari informasi tentang mereka berdua.

"Itu bank nya pak!" ucap Ira.

Setelah memarkirkan mobilnya, Ira dan Anna keluar dari mobil dan masuk ke bank. pak Wawan menunggu di mobil.

Pak Wawan sudah memiliki istri dan dua orang Anak. sebenarnya pak Wawan juga sering mendapat gunjingan dari warga, karena profesinya sebagai Supir carteran. tapi itu tidak menyurutkan ke inginkan pak Wawan untuk beralih profesi. Dia merasa nyaman dengan yang dijalaninya. walaupun kadang Dia dan Istrinya harus bertengkar karna gosip yang hanya diketahui pak Wawan kebenarannya.

Hanya perlu 15 menit, Ira dan Anna sudah kembali ke parkiran tempat pak Wawan berada. Bank yang mereka tuju berada di pusat kecamatan.

Saat ini sudah jam 09.20 mobil yang mengantar mereka tiba didepan pagar bangunan SMA xx. Ira yang baru pertama kali melihat sekolah itu merasa kagum. tak pernah terfikir olehnya Anak sematawayangnya akan sekolah ditempat seperti ini. maklum karena yang mengurus pendaftaran Anna adalah Ibrahim adiknya.

Anna yang sudah pernah mengikuti tes di Sekolah tersebut terlihat lebih antusias untuk segera masuk kedalam bangunan itu. fasilitas kelas yang pernah dimasuki Anna sangat jauh berbeda dari sekolahnya di Desa.

Pak Wawan dengan setia menunggu mereka di mobil.

Panitia sudah duduk berjejer dimeja mereka masing-masing. meja pertama mempertanyakan piagam tanda kelulusan. setelah menunjukkan bukti kelulusan baru dilanjutkan dengan meja kedua, disini tempat penyerahan formulir registrasi. selanjutnya mereka di arahkan untuk menuju meja ketiga disini Ira harus menyerahkan uang awal masuk sebesar 6.000.000, selanjutnya mereka diarahkan untuk menuju meja keempat disini Ira menyerahkan uang bulanan asrama sebesar 1.500.000, meja kelima Ira menyerahkan uang praktikum bulanan 500.000 dan sampailah mereka dimeja terakhir berupa meja pusat informasi disini Ira harus menandatangani surat pernyataan bahwa tidak menuntut uang kembali jika Anna tidak betah sekolah atau Anna dikeluarkan dari sekolah karna alasan yang jelas dan memiliki bukti pendukung.

Ada rasa khawatir di hati Ira saat menandatangani pernyataan bermaterai tersebut. melihat keraguan Ibunya Anna mengusap punggung Ibunya dan memberikan kode anggukan kepala bahwa Anna telah siap untuk menuntut ilmu disekolah itu. Ira yang melihat kode dari Anna menjadi lebih tenang dan akhirnya menandatangani surat pernyataan itu.

Dimeja informasi panitia juga menyampaikan bahwa untuk kelancaran keuangan bulanan siswa diharuskan membuka rekening dimana uang yang ada di rekening tersebut akan dipotong secara otomatis setiap bulannya. karena Anna belum memiliki tabungan atas nama sendiri panitia mengarahkan Anna dan Ibunya untuk menuju ruangan dipojok kiri bangunan tersebut.

Di sana sudah ada petugas Bank yang bekerja sama dengan sekolah SMA xx yang siap melayani siswa baru untuk membuat buku tabungan.

Kekaguman Ira semakin bertambah terhadap sekolah SMA xx. bangunan yang megah, pelayanan yang baik, lingkungan yang bersih dan asri, dalam hati Ira berdoa Semoga anaknya betah dan mampu menyelesaikan sekolahnya dengan kelulusan.

Urusan sekolah Anna sudah selesai, sekarang saatnya mereka untuk makan siang.

"Selanjutnya kemana?" tanya pak wawan sambil menyetir mobilnya.

"kita makan siang dulu Pak. terserah Pak Wawan mau dimana." ucap Ira.

Pak Wawan membalas dengan anggukan. akhirnya mereka sampai di sebuah rumah makan, yang tergolong mewah. sebelum turun Ira memberikan uang sewa mobil yang disepakati kemaren.

"Ini pak, dan setelah makan nantik kami mau belanja Hp." ucap bu Ira.

" Ooo, iya, nantik Saya antar. kebetulan saya tau tempat belanja HP yang banyak pilihannya." ucap pak Wawan bersemangat sambil menerima uang yang diberikan Ira.

Mereka masuk kerumah makan. Anna dan Ibunya tidak satu meja dengan Pak Wawan. begitulah cara Ira menjaga dirinya dan Anna. mereka makan dengan cara dihidangkan yang membuat meja mereka penuh dengan berbagai menu hidangan yang tersedia di rumah makan tersebut. keduanya tampak bahagia karena bisa melepaskan selera yang selama ini tidak tersalurkan.

Setelah makan dan istirahat sebentar saatnya mereka menuju toko HP.

Setibanya di toko tersebut Anna dan Ira diberikan katalog yang menyajikan gambar, harga dan infomasi keunggulan Hp yang akan mereka pilih. Anna dan Ira sempat melongo melihat harga Hp yang mencapai Puluhan juta. lama mereka memandangi katalog tersebut akhirnya Anna memantapkan pilihannya pada Hp dengan harga 2.700.000.

"Bu. Hp ibu kan sudah rusak, bagaimana kalau Ibu beli juga?" tawar Anna.

Ira tampak berfikir.

"Ayolah Bu, kalau Ibu ada masalah. Ibu bisa telpon Anna, kita bisa saling memberi kabar." ucap Anna merayu Ibunya.

"Baiklah, tapi Ibu beli yang biasa saja ya." ucap Ira.

Akhirnya mereka membeli 2 Hp dan setelah Hp itu diaktifkan oleh petugas konter, Anna langsung mencoba kameranya.

cekret

Anna berhasil mengambil gambarnya dengan sang ibu menggunakan kamera depan dengan berbagai gaya. melihat tingkah Anna membuat pelayan toko tertawa. Ira yang merasa diperhatikan merasa risih dan menyuruh Anna menghentikan Aksinya.

Setelah semua urusan selesai dilalui mereka melanjutkan perjalanan untuk pulang. mereka singgah sebentar di supermarket membeli berbagai macam cemilan dan buah-buahan.

Saat azan isya dikumandangkan barulah Anna dan Ibunya sampai di Desa mereka. sampai di rumah keduanya segera membersihkan diri dan bersiap untuk sholat isya.

"Bu, besok pagi kita kerumah nenek ya." ucap Anna sambil melipat mukenah nya.

"Baiklah, Ibu tidur duluan ya. rasanya badan ibu pegal semua. Anna juga segera tidur ya." ucap Ira

"Apa Ibu mau Anna pijit?" tanya Anna.

"Tidak usah, ayok segera tidur." jawab Ira.

...----------------...

Tidak bisa menolak

Pagi yang cerah, setelah menyelesaikan pekerjaan rumah Anna dan ibunya bersiap untuk kerumah Nenek. mereka mambawa oleh-oleh yang sudah di beli kemaren.

" undaaa, undaaaa"

Terdengar tangis Arkan anak laki-laki berusia 2 tahun yang sedang menangis histeris diruang tamu Nenek, Ibrahim dan Nenek sedang berusaha menenangkan Arkan.

Ira dan Anna yang sudah berada didepan rumah nenek, segera turun dari motor metiknya dan masuk kedalam rumah.

"Arkan kenapa menangis?" ucap Ira sambil mengendong anak adiknya itu.

Wajah Ibrahim dan Nenek tampak sendu, entah apa yang mereka sembunyikan.

Anna yang memegang oleh-oleh untuk neneknya meletakkan bungkusan itu di atas meja.

sementara Arkan yang masih dalam gendongan Ira, tangisnya mulai mereda.

Anna memberikan bungkusan jajan yang khusus ia beli untuk Arkan kemaren, melihat jajan yang banyak Arkan minta diturunkan dari gendongan Ira.

"Wah ternyata Arkan mau jajan." ucap Anna girang.

"Sini biar kakak bukak kan." ucap Anna sambil meraih jajan yang sudah dipilih Arkan.

"Dimana Lusi Buk?" tanya Ira.

Ibrahim dan Nenek saling menatap.

"Duduklah dulu Ira, ayok Ibrahim kamu juga duduk." ucap nenek.

Anna duduk dilantai tidak jauh dari kursi tamu menemani Arkan menghabiskan jajanannya.

"Ira, tadi malam Lusi pergi dari rumah." ucap nenek dengan menghembus nafas kecewa.

"Apa yang terjadi?" ucap Ira kaget. karena selama ini Ira menilai rumah tangga Adiknya terlihat harmonis.

"Lusi ingin Ibrahim membelikannya mobil kak." ucap Ibrahim.

"Mobil?" ucap Ira kaget mendengar akar permasalahan Adik dan istrinya itu.

"Sebenarnya sudah setahun yang lalu Lusi ingin membeli mobil. keinginannya masih bisa Ibrahim tahan dengan memberikannya pengertian. kemaren sewaktu di rumah orang tuanya, Lusi mengungkitnya lagi. kami sempat beradu mulut di sana. tadi malam tanpa sepengetahuan Ku Lusi meninggalkan rumah. Arkan setiap bangun selalu mencari Bundanya karena itulah Arkan menangis." ucap Ibrahim menjelaskan.

"Apa Lusi minta mobil baru?" tanya Ira.

"Tidak." jawab Ibrahim.

"Berapa simpanan yang kalian miliki?" tanya Ira.

"Kami baru memiliki simpanan 20.000.000 kak."

Ira berfikir sejenak.

"Apa ayah tau masalah ini?" tanya Ira.

"Ayah mu belum tahu, semalam ayah jaga malam, sekarang ayahmu tidur di kamar." jawab Nenek.

Kakek Anna merupakan seorang Satpam di PT. Palm Lestari sebuah perkebunan sawit terbesar di desa mereka. kakek Anna sudah bekerja di PT.Palm Lestari semenjak usianya 35 tahun. sekarang tenaga kakek masih di gunakan perusahaan tersebut karena kakek termasuk pekerja yang tekun dan dapat dipercaya.

"Bagaimana menurutmu agar permasalah ini selesai ibrahim? apakah memenuhi Keinginan Lusi atau mengabaikannya?" tanya Ira.

"Mm Ibrahim bingung kak, tidak mungkin rasanya Ibrahim membeli mobil. Ibrahim belum memiliki kebun untuk menambah penghasilan. sementara gaji ibrahim saat ini perbulannya 4.700.000 itu sudah masuk uang lembur."

"Apa itu penghasilan normal yang kamu terima setiap bulannya?" tanya Ira.

"Iya, itu penghasilan minimal kadang bisa lebih tinggi dari itu." jawab Ibrahim.

"Anna?" ucap Kakek dengan suara bangun tidurnya sambil tersenyum dan berjalan ke ruang belakang untuk mencuci muka.

"Anna tolong ambilkan tempat untuk buah ini." ucap Ira.

Anna segera ke dapur mencari piring makan untuk tempat buah yang mereka bawa tadi dan menyusun buah- buah itu di piring. Anna kembali duduk di samping Arkan.

Setelah mencuci muka, Kakek duduk di kursi tamu berkumpul dengan yang lain. sekarang ke empatnya sudah duduk membentuk persegi.

"Dimana Lusi?" tanya Kakek.

"Lusi pergi dari rumah Yah." jawab Ibrahim dengan wajah tertunduk.

kakek mengerutkan keningnya, seolah ingin mendengar keterangan lebih jelas.

"Lusi, masih kukuh pada keinginannya membeli mobil." ucap Nenek.

Tidak nampak perubahan di wajah kakek, tapi batinnya berkata. "dulu Purwoto menantu yang sempat Ku tolak ternyata seorang laki-laki baik yang mampu membahagiakan Ira. bahkan meninggalkan harta yang cukup untuk anak dan cucu Ku. sedangkan Lusi menantu yang Aku pilih kan untuk Ibrahim ternyata perbuatannya sangat mengecewakan." batin kakek.

Selama menjadi menantu di rumah Kakek Lusi tidak pernah mau merebus air minum dengan alasan dapat merusak wajahnya jika terkena panas api dan asap dapur. memasak untuk makan suaminya pun tidak dihiraukan Lusi. dia hanya sibuk dengan Hp, berkumpul dengan tetangga dan berdiam diri di kamar.

Sewaktu gadis Lusi rajin bekerja, bahkan dia tidak malu berjualan keliling kampung.

Tidak Ingin masalah Ibrahim berlarut panjang, akhirnya kakek bersuara.

"Bagaimana keputusan mu Ibrahim?" tanya Kakek.

"Ibrahim sedang berusaha mewujudkan keinginan Lusi Ayah. tapi Ibrahim masih butuh waktu karna simpanan Ibrahim belum cukup."

"Baiklah, coba kamu telpon Lusi, cari dia, bicara dengannya baik-baik. kasian Arkan dia masih memerlukan Lusi." ucap Kakek.

"Tapi, bagaimana kalau Lusi tetap pada pendiriannya Ayah?" tanya Ibrahim.

Kakek melihat kearah Ira dan Nenek.

" Ira, apa kamu bisa memberikan pinjaman kepada Adikmu?" tanya Kakek.

Ira tampak berfikir.

"Jangan Ira, ingat Anna sangat membutuhkan uang itu." ucap Nenek.

Nenek seolah paham dengan jawaban yang akan diberikan Ira.

"Uang peninggalan Mas Purwoto masih ada 60.000.000 lagi Yah. tapi tidak mungkin dipinjamkan semuanya, karna sekolah Anna memerlukan biaya bulanan. kalau pun dipinjamkan Ira maunya uang itu dicicil setiap bulan." ucap Ira.

"Bagaimana Ibrahim, berapa kamu sanggup membayar bulanannya?" tanya Kakek.

Ibrahim diam sambil berfikir.

"Kalau kak Ira bersedia meminjamkan 50.000.000, Ibrahim akan membayar perbulannya 1.500.000 sampai hutang itu lunas. apa kak Ira bersedia menolong?" tanya Ibrahim.

Ira berfikir sejenak.

"Baiklah, Kakak bersedia meminjamkan mu." jawab Ira tanpa berfikir panjang.

"Tapi kamu harus ingat Ibrahim. itu uang anak yatim, uang keponakan mu. jangan sekali-kali kamu curang!" ucap Nenek menegaskan.

"Insyaallah, Ibrahim akan bersifat amanah dalam melunasi hutang itu." jawab Ibrahim tegas.

"Sekarang jalan keluar dari masalah mu sudah kita temukan. carilah informasi mobil yang akan kamu beli. tapi kamu harus pastikan Lusi pulang dulu kerumah ini." ucap Kakek.

"Ya, Ayah." jawab Ibrahim sambil berdiri dari duduknya dan siap untuk melangkah pergi.

"Kemana kamu akan mencari Lusi?" tanya kakek.

"Ibrahim mau kerumah orang tuanya, karena dari semalam HP lusi tidak aktif. semoga saja dia pergi kerumah orang tuanya." jawab Ibrahim.

"Baiklah pergilah. tapi ingat, sebelum hutang mobil mu lunas jangan penuhi keinginan Lusi jika dia masih meminta yang tidak wajar. kali ini biarlah kita mengalah." ucap Kakek tegas sambil menatap Ibrahim.

Ibrahim menganggukkan kepalanya. tanda setuju dengan yang di ucapkan Ayahnya.

Sekarang di ruangan itu tinggal mereka berlima. sambil makan buah-buahan yang terhidang mereka melanjutkan obrolannya.

"Bagaimana urusan registrasi sekolah Anna, apa sudah selesai?" tanya Kakek.

"Sudah Yah, alhamdulillah lancar. pembayarannya juga sudah selesai dilakukan." ucap Ira menjelaskan.

"Kek, Anna dan ibu sudah beli Hp kemaren. mana HP kakek? biar Anna bisa simpan kan nomor Anna dan Ibu di Hp Kakek." ucap Anna.

"Itu HP kakek di rak TV." ucap kakek sambil menunjuk Tv.

Anna mengambil HP Kakek dan menyimpan nomornya serta nomor Ibu di HP kakek.

"Mana HP Anna, Nenek mau lihat." ucap Nenek.

Anna berjalan ke kursi nenek sambil menggendong Arkan.

"Arkan sama Ibu saja, biar ibu gendong." ucap Ira.

Anna memberikan Arkan pada ibunya. kemudian Anna duduk disebelah Nenek, Anna memperlihatkan Hp barunya pada nenek. sekali lagi sifat narsis Anna muncul. Anna mengarahkan kamera depannya untuk mengambil foto nya dengan Nenek dan Kakek. tak lupa Anna juga mengambil foto ibunya yang sedang mengendong Arkan. Mereka tertawa melihat aksi Anna yang terlihat pamer itu.

"Anna jangan sampai karena memiliki HP mempengaruhi cara belajar mu. apalagi tersesat dalam dunia maya." ucap Kakek memperingatkan.

"Anna juga harus ingat sering-sering telpon kami di sini. ada atau tidak masalah di sana Anna harus tetap menelpon kami." ucap Nenek menambahkan.

"Iya Kek, Nek. Anna akan sering memberi kabar. doakan Anna selalu Istiqomah dalam kebaikan." ucap Anna sambil memeluk Neneknya.

"Ira, apa kamu akan tetap di rumah itu? sebenarnya Kami selalu menghawatirkan kalian. apa lagi nantik kamu hanya tinggal sendiri. apa tidak sebaiknya kamu tinggal di rumah ini?" ucap Kakek lembut.

Ira tersenyum kecil.

"Entah la Yah, aku juga tidak tahu akankah aku bisa tinggal di sana sendirian." jawab Ira.

"Bagaimana kalau kamu menginap saja disini, siangnya kamu boleh di rumah mu." usul Nenek.

"Baiklah Buk, akan Ira coba." jawab Ira.

"Ternyata sudah waktunya makan siang, pantas saja perut Ku lapar." ucap Kakek.

" Ayo kita semua makan siang. Nenek sudah masak yang banyak tadi." ucap Nenek semangat.

Mereka makan siang dengan lahap. Arkan juga makan disuapi Ira. semenjak Anna dan Ira datang Arkan sudah tidak menangis lagi. apalagi jajan yang dibawa Anna masih banyak.

***

Ibrahim duduk di kursi teras rumah mertuanya bersama Lusi. kursi mereka berhadapan. Lusi duduk menyamping, tidak mau melihat wajah suaminya. sedangkan Ibrahim dengan setia duduk lurus menghadap sang Istri.

"Ternyata kamu masih peduli sama Aku, harus tunggu Aku pergi dari rumah dulu baru kamu mengabulkan keinginan ku. tega kamu Mas, kamu memperlakukan aku seolah-olah aku ini wanita matre. kamu tahu sendiri kan, Tetangga kita sudah banyak yang punya mobil. mereka juga bekerja di PT yang sama dengan mu. kamu tu sok alim, pakai acara gak mau kredit mobil segala." ucap Lusi dengan nada marah.

"Kamu kan tahu sumber keuangan kita hanya bergantung pada gaji Mas di PT. itu. bagaimana kalau mas dipecat? pasti mobil yang kita kredit tidak akan terlunasi." ucap Ibrahim lembut kepada istrinya mencoba memberi pemahaman.

"Trus kenapa tadi Mas bilang Mas mau beli mobil? dapat duit dari mana kalau gak ngutang?" tanya Lusi.

"Kak Ira bersedia memberikan kita pinjaman. tapi kita harus mencicilnya setiap bulan. karena Anna juga memerlukan uang itu. apalagi Anna sekolah di kota." jawab Ibrahim menjelaskan.

"Kakak mu hanya sok baik mas. padahal uangnya sudah lama iya simpan." ucap Lusi dengan memalingkan matanya.

"Astaghfirullah, apa kamu selama ini mengincar uang almarhum Ayah Anna? kamu tahukan bagaimana mereka mendapatkan uang itu. apa kamu bersedia menukar kebahagian mu dengan uang yang tidak seberapa?" ucap Ibrahim dengan nada kesal. mengetahui isi hati istrinya yang selama ini ternyata mengincar uang peninggalan ayah Anna.

Merasa terjebak dengan ucapannya sendiri akhirnya Lusi memilih bersikap lembut.

"Maafkan Aku Mas, aku tidak bermaksud begitu. aku tulus menyayangi Anna, kamu tahukan selama ini Anna juga sering membantuku mengasuh Arkan. maaf " ucapnya sambil bersujud dihadapan suaminya yang tengah duduk.

"Mas, aku janji akan membantu mu melunasi hutang pinjaman kita sama kak Ira. supaya hutang itu cepat lunas dan kak Ira bisa menggunakan uang itu untuk biaya pendidikan Anna. Aku juga gak mau dicap sebagai tante yang menelantarkan keponakan sendiri." ucap lusi sambil menggenggam jari tangan suaminya berharap suaminya tidak marah lagi.

"Baiklah, Aku pegang janjimu. sekarang ayok kita pulang kasian Arkan, tadi pagi dia menangis." ucap ibrahim sambil berdiri siap untuk pergi dari duduknya.

Lusi tampak tersenyum puas, karena mobil yang selama ini iya dambakan akan segera ia miliki.

...----------------...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!