Berjodoh Sama Mantan

Berjodoh Sama Mantan

1. Berjodoh sama Mantan?!

...Ketika sang mantan datang dan menjadi jodohmu di masa depan, meresahkan bund! ...

...•°•🦋•°•...

Brak!!

SUARA dentuman keras dari pintu kayu yang dibanting kuat oleh Yaya. Yaya berjalan dengan wajah kesal menuju kasurnya dan langsung menjatuhkan dirinya di kasur dengan posisi telentang.

"Kenapa gue jomblo?!" Yaya nampak seperti menggila dengan keadaannya sekarang.

Beberapa hari yang lalu Yaya mendengar pembicaraan kedua orang tuanya bahwa Yaya akan dijodohkan. Dan hari ini keputusannya sudah ditentukan. Yaya akan menikah dalam dua bulan lagi.

"Yaya masih pengen bebas!!" Teriak Yaya dengan lantang agar kekesalan dalam dirinya mereda sedikit.

Perkenalkan dulu. Olivia Audina Rasti, yang lebih akrab disapa Yaya. Wanita berusia 26 tahun, lulusan S1 Sastra, pengangguran, jomblo, dan yang paling penting anak manja.

Walau usianya sudah terbilang dewasa, tapi sikap Yaya malah sebaliknya. Masih seperti gadis SMA yang labil tentang apapun. Dan hari ini adalah hari terburuk karena Yaya telah resmi dijodohkan. Mana belum tahu muka sang jodoh! Gimana kalau modelan bapak-bapak yang perut buncit kepala botak kayak badut. Rasa-rasanya Yaya menyesal belum juga mencari pacar.

"Yaya. Cepat kebawah nak, kita bicarakan lagi masalah tadi," Suara sang ibu yang sedikit terdengar dari lantai bawah membuat Yaya menutupi wajahnya memakai bantal karena frustasi akan perjodohannya.

Lama tak ada respon dari Yaya. Sang ibu yang bernama Audy Clarisa menghampiri sang anak. Perlahan Audy membuka pintu kamar Yaya namun saat membuka sedikit, teriakan kencang membuat ia begitu kaget.

"YAYA ENGGAK MAU KAWIN!!!" teriak frustasi Yaya.

Mengelus dada untuk menetralkan detak jantung. Audy masuk dan menatap Yaya.

"Bukan kawin, Ya. Tapi nikah, beda artian namanya." Beritahu Audy dengan suara halus bernada lembut, ia berjalan menghampiri Yaya dan mendudukkan bokongnya dipinggiran kasur Yaya, di samping Yaya yang juga terduduk.

"Bodo amat. Intinya Yaya gak mau nikah bu! Yaya ini masih terbilang belum matang." Yaya membela dirinya demi tak ingin dijodohkan.

Audy menekuk kedua alisnya, mendengar penuturan sang anak; mengernyit tidak suka.

"Kamu tahu gak? Kamu itu jadi bahan gosip dikampung ini. Usia kamu itu udah termasuk tua lho Ya. Kamu bahkan dikenal dengan sebutan perawan tua dikampung ini. Masih mau ngeles soal umur?"

Yaya mendengus kesal mendengar perkataan ibunya. Ia tak menatap kearah ibunya melainkan kearah jari-jari yang bertautan. Ia menunduk, karena perkataan ibunya memang benar adanya.

"Nurut ya, Yaya. Kamu tahu 'kan apa yang menjadi keputusan orang tua berarti itu yang terbaik, ibu dan ayah menjodohkan kamu karena memang untuk kebaikanmu Ya." jelas Audy berupaya membujuk.

"Tapi... Yaya takut bu, Yaya gak kenal siapa calon suami Yaya. Gimana kalo aki-aki bangkotan?! Yaya ogah!!"

Audy terbahak mendengar penuturan sang anak yang sangat berlebihan itu. "Ya, kamu apaan sih! Suka ngada-ngada gak jelas."

"Bisa aja 'kan bu," Yaya menggantungkan kalimatnya.

"Demi uang." tandasnya.

"Ish, kamu pikir ibu ayahmu miskin? Kalau kamu emang harus ketemu dulu sama caon suamimu bisa malem ini kok!"

Yaya menoleh mendengar hal itu,"bukan aki-aki??"

"Ya, ibu udah gila kali jodohin anak cantik ibu sama aki-aki. Udah kebawah dulu, nanti malam apa kapan kamu mau ketemuannya?" tanya Audy.

Yaya kembali bingung dan dilema. Bukannya tak mau dan ingin membangkang tapi Yaya memang belum siap dari segi manapun tentang nikah.

"Euy, ditanya kok malah diem." teguran halus sang ibu membuat nyawa Yaya yang sempat melayang terkumpul lagi.

"Iya. Nanti malam aja. Tapi kalau Yaya gak suka Yaya gak papakan gak jadi nikah?" tanya Yaya penuh harap.

"Iya gak bisa gitulah, Ya. Kamu liat aja dulu, terus saling mengenal selama dua bulan, baru deh nikah." jelas Audy secara perlahan berharap Yaya mengerti.

"Kalau gak cocok?" tanya Yaya ragu.

Menghela nafas dalam, Audy tersenyum pada Yaya yang nampak khawatir. Ia mengambil tangan Yaya lalu ditaruh di pahanya, mengelus punggung tangan Yaya.

"Coba dulu, kamu pasti suka. Tahu gak, Ya? Calon kamu tuh gak kalah ganteng sama siapa Jahe?"

Yaya terkekeh mendengarkan ibunya."Jaehyun bu."

"Pokoknya ganteng banget. Kriteria kamu. Ganteng, mukanya asia kebarat-baratan gitu, maunya kamu 'kan?" pancing Audy berharap Yaya penasaran akan sosok calon suaminya.

"Awas ya kalau ibu bohongin aku!" Audy tersenyum mendengar ancaman anaknya. Itu tandanya Yaya penasaran dengan calon suaminya. Tak sia-sia melebihkan kegantengannya walau memang sudah terlampau ganteng.

_oOo_

Malam ini, malam yang cukup menegangkan untuk Yaya. Wanita itu sedang bercermin melihat penampilannya. Memoles bibir sedikit dengan lipstik lalu mengecap-ngecapkan bibir agar rata.

Terdiam melihat wajahnya sendiri. Yaya membuat wajah bingung. Buat apa gue dandan cantik? Gue gak berharap calon gue ini suka sama gue dihari pertama ketemu 'kan? Ada apa ama gue njir?!

Yaya menggeleng kepala secara refleks karena pikiran anehnya. Ia kembali menghapus lipstik yang menurutnya terlalu tebal dan mencolok.

"Yaya udah belum? Calon mu udah dari tadi lho nungguin. Gak usah cantik-cantik, Ya. Anak ibu 'kan udah cantik dari lahir."

Suara ibunya yang seperti menggoda dirinya membuat Yaya merasa sedikit tidak Pede memakai polesan make up tipis.

"Gue berlebihan gak sih?" gumam Yaya pelan.

Ceklek

Yaya menoleh ke arah pintu kamarnya. Terlihat ibunya tengah tersenyum menatap Yaya.

"Ayok, Ya. Ditunggu sama calon suami." seru Audy dengan senyum yang selalu mengembang. Yaya menjadi gugup luar biasa karena pernyataan ibunya.

"Bu, kok jantung Yaya berdetak cepet yah? Kayaknya Yaya jantungan deh. Ketemuannya nan-"

"Ssssttt alasan gak masuk akal. Udah cepetan!" sela Audy cepat.

Yaya mendengus karena sang ibu memotong pembicaraannya. Ia berjalan mengikuti ibunya dari belakang.

Yaya masih mode menunduk, jujur dirinya sangat gugup seperti ingin bertemu presiden negara. Ia menggigit pipi dalamnya gugup, mendongkak sedikit untuk menatap pria berpakaian kasual itu.

Jdarrr!

Sebuah petir menggelegar dalam jantung Yaya. Sepertinya jantungnya tidak berfungsi lagi untuk kali ini. Pria yang ada di hapadapannya adalah Sang mantan terindah. Garis bawahi Mantan terindah, ralat mantan terbangsat!. Mimpi apa dirinya semalam? Yaya harap ini hanya mimpi, ia menutup matanya.

Puk.

Suara tepukan pelan dipundaknya ulah sang ibu. Membuat Yaya membuka kelopak matanya dan manik mata mantan pacarnya itu menatap Yaya dengan tajam. Risih sebetulnya. Ingin rasanya Yaya melotot kayak suzana ke arah mantannya itu.

"Ya, gimana ganteng 'kan?" bisik sang ibu.

Yaya menoleh pada ibunya. Dirinya menampilkan raut tak suka dengan kepala yang menggeleng pelan. Pertanda dirinya menolak perjodohan itu, tapi sang ibu malah tak memperdulikannya.

"Eh, iya. Nak Alvin mau duduk ngobrol dulu apa langsung ngajak jalan Yaya? Maksud ibu Rizkya." Suara lembut Audy terdengar dengan bibir terangkat; tersenyum penuh.

"Mau langsung aja, nih bu. Gak papa 'kan? Soalnya takut kemalaman." sahut Alvin bernada sopan.

"Takut kemalaman apa takut waktu sama calon istri sedikit?" goda ayah Yaya pada menantunya.

"Om Farhan, tahu aja." ujarnya dengan nada bercanda.

Oh god! Sejak kapan sang mantan bisa bercanda seperti itu? Waktu semasa pacaran dengan Yaya, Alvin itu seperti kanebo kering, sangat kaku sekali. Apalagi wajahnya yang tanpa ekspresi. Tapi entah kenapa Yaya nyaman dan sulit sekali melupakan Alvin, bahkan sekarang pun hatinya masih merasakan hal aneh.

"Yaudah berangkat gih. Biar bisa berduaan. Tapi jangan kelewat batas yah Vin. Belum sah, nanti aja udah sah yah, mau baku hantam seharian pun gak masalah." ucap ayah Yaya dengan terkekeh geli.

Sedangkan Yaya, mendengus kesal dengan candaan ayahnya. Tanpa ia sadar dirinya menatap tak suka Alvin; mantan terindahnya. Oke! Hilangkan mantan terindahnya itu. Ganti menjadi mantan terbangsat, karena sudah mengkhianati Yaya. Juga membuat Yaya sulit move on. Bukan kah bangsat laki-laki seperti itu? Itulah Alvin, mantan terbangsat Yaya.

"Ayok, Ya. Perlu aku gandeng?" tanya Alvin dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Entah itu tatapan suka ataupun tidak suka, karena terlihat lempeng-lempeng saja.

"Gak usah!" jawab Yaya ketus.

"Sshh," ringisan kecil Yaya keluar karena pinggangnya dicubit oleh ibunya sendiri.

"Ibu, apaan sih!" bisik Yaya kesal.

"Yang baik kalau sama calon suami itu!" beritahu ibunya pelan.

Lagi-lagi Yaya mendengus kesal tingkah ibunya. Ia menatap sekilas Alvin, tapi tunggu! Alvin tersenyum? Tapi mengapa hanya sudut bibirnya saja yang terangkat? Atau ia menyeringai, atau tersenyum meledek? Oh god! Alvin memang sesuatu!! Semoga Yaya bisa menghadapinya malam ini.

Yaya berjalan keluar rumah memasuki mobil mewah berwarna merah milik Alvin.

"Kapan kita jalan?" tanya Yaya bingung. Karena sudah beberapa menit menunggu Alvin tak kunjung menyalakan mobil.

Alvin menoleh menatap dalam Yaya yang mulai salah tingkah ditatap seintens itu oleh Alvin.

"Kamu tetap sama yah." Suara low bass khas seorang Alvin membuyarkan pikiran aneh Yaya.

"Maksudnya?" tanya Yaya bingung.

Lagi-lagi senyum itu terpatri indah bibirnya. Senyum yang merupakan seringai penuh arti, membuat Yaya gugup setengah mampus.

"Ma-mau apa lo?!" tanya Yaya cepat. Ia bahkan menatap was-was Alvin yang mulai mendekat.

"Jangan macem-macem yah Vin?!" ancam Yaya tak main-main namun dibuat main-main oleh Alvin.

"Gak macem-macem kok, cuman satu macem." ucapnya dalam. Sorot matanya tersirat sesuatu yang sulit diartikan yang mungkin hanya dia seorang yang tahu.

"Alvin!!" panggil Yaya kesal. Pasalnya Alvin terus mendekatkan wajahnya pada Yaya, ia bahkan mencondongkan tubuhnya dari duduknya.

Clik.

Suara seat belt yang terpasang itu terdengar tanpa dosa. Wajah Yaya memerah layaknya bunglon berganti warna merah.

"Kamu mikir apa?" tanya Alvin lebih tepatnya menggoda Yaya, dan posisinya telah kembali pada semula.

Yaya memalingkan wajah, enggan melihatkan semburan merah diwajahnya.

"Dari dulu gak pernah berubah." ucap Alvin pelan, lalu melajukan mobilnya.

Yaya menatap marah Alvin.

"Kenapa?" tanya Alvin, menyadari tatapan marah Yaya.

"Gak usah bawa-bawa dulu! Lo sama gue gak pernah kenal!" ucap Yaya penuh penekanan, dan kembali memalingkan wajahnya.

"Iya. Dulu sama sekarang beda, dulu aku mantan kamu sekarang aku calon suami kamu. Bukan begitu, Ya?"

Yaya lagi-lagi tersulut emosi. Ia menatap nyalang Alvin yang tanpa dosanya tersenyum. Dan ia benar-benar tersenyum, bukan seringai lagi.

"Lo nyebelin, Avin!!!" sentak Yaya kesal ia menutup wajahnya dengan tas gandeng yang dipakainya.

"Avin? Ternyata lo masih ingin panggilan sayang kita yah."gumam Alvin dengan senyum yang mengembang lebar. Suasana hatinya membaik hanya karena Yaya. Yaya memang sesuatu. Hanya dia yang bisa mengembalikan senyum tampan Alvin.

Terpopuler

Comments

lovely

lovely

sudah dewasa tapi bahasanya ky anak remaja Lo gue kurang suka

2023-06-07

0

Pinaru ayu

Pinaru ayu

Seru bangat ceritanya, pdhl baru chapter satu! Penulisannya bagus, aku suka banget sama ceritanya. Thank author, udh buat cerita sebagus iniii

2022-05-12

2

¡🐰<«Yury_An »>🐰¡

¡🐰<«Yury_An »>🐰¡

menarik

2022-01-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!