...Luka lama terbuka kembali karena Sang mantan :') ...
...•°•🦋•°•...
YAYA menatap jendela Kafetaria yang ia kunjungi hari ini. Tatapannya kosong, seolah tengah menerawang jauh.
"Yaya, sorry banget kita telat." suara cempreng ala Tata membuyarkan lamunan Yaya.
"Napa muka lo, Ya?" tanya Arsen, dan mendudukkan diri di kursi yang berhadapan langsung dengan Yaya.
"Gue pernah cerita gak kalau gue bakal dinikahin?" tanya Yaya, sesekali ia mengaduk jus mangga yang di pesannya tadi.
Tata yang baru saja selesai memesan minuman menggeleng bersama Arsen, pertanda Yaya belum pernah memberi tahukan hal itu.
Yaya menghelas nafas dalam. Menyadari masalah Yaya, Tata menepuk pundak Yaya untuk sekedar memberi semangat.
"Lagian Ya, lo udah saatnya nikah. Usia lo udah terbilang tua lho," ujar Tata, tangannya mengambil alih pesanan yang baru saja diberikan padanya.
"Emang cowoknya om-om pedo, Ya?" tanya Arsen, bermaksud mencairkan suasana.
"Lebih dari itu! Gue juga kesel. Kenapa takdir seakan mempermainkan gue sih?!" seru Yaya berapi-api.
"Seburuk itu calon suami lo? Udah pernah ketemu?" tanya Tata sedikit tak percaya. Masa sih? Tante Audy tega nikahin anak imutnya sama om-om pedo? Oh gak mungkin! Pasti Yaya hanya berlebihan, pikir Tata.
"Udah. Dan calon suami gue itu cowok terbangsat yang pernah gue kenal!" jelas Yaya berapi-api. Seakan dirinya benar-benar tersulut emosi jika membahas calon suaminya.
"Kok gitu, Ya? Emang lo udah pernah di apa-apain sama dia?" tanya Arsen bingung.
"Udah pernah dibuat patah hati sampe mau mampus rasanya!" jawab Yaya penuh kekesalan.
"Patah hati?" tanya Tata bingung.
"Calon suami gue itu mantan gue! Gue kesel banget, sekarang gue harus gimana?" tanya Yaya frustasi.
"Tunggu-tunggu, mantan lo?" tanya Tata tak percaya.
"Mantan yang mana nih, Ya? Secara lo 'kan banyak mantannya." ujar Arsen.
"Mantan jaman kuliah." jawab Yaya malas.
"Alvin? Beneran Alvin Si kanebo kering?? Hah?" tanya Tata heboh.
"Iya Alvin." jawab Yaya.
"Asli pengen ngakak sebetulnya. Tapi ketawain orang yang lagi kena musibah dosa hehe."ujar Arsen sembil terkekeh.
"Kok musibah sih, Ar?" tanya Tata heran.
"Iyalah musibah buat si Yaya. Secara, dia pasti benci banget sama Alvin. Iyakan, Ya?" tanya Arsen.
"Ketauan banget yah, gue benci Alvin?" tanya Yaya.
"Keliatan sih. Tadi aja lo berapi-api banget seakan lo gak terima sama takdir." sahut Tata.
Yaya lagi-lagi menghela nafas dalam, mulai menyeruput jus mangga miliknya sampai tandas. Ia kesal jika sudah menyangkut soal Alvin.
Bagaimana Yaya tidak benci dengan Alvin. Kalau Alvin sendiri dimasa lalu memang sangat brengsek. Alvin itu terkenal karena sikap dinginnya dan kegantengannya sudah gitu orang kaya pula. Banyak gadis yang rela antre atau bahkan menjatuhkan harga diri demi dilirik Alvin.
Yaya memang wanita beruntung karena dicintai Alvin. Tapi tidak dengan keluarga Alvin, keluarga Alvin sangat membenci Yaya karena alasan Yaya bukan cewek baik-baik. Tapi Yaya masih bisa bersabar akan sikap orang tua Alvin kepadanya termasuk sikap adiknya Alvin yang kelewat laknat.
Kala itu, Alvin berjanji akan menikahi Yaya setelah lulus kuliah. Namun harus tandas karena kejadian dimana Alvin ternyata telah lama bertunangan. Memang gila! Alvin tidak mengatakan apapun tentang ia dijodohkan bahkan telah bertunangan dengan orang lain. Itu tandanya Alvin berkhianat bukan?
Alvin berusaha memberi penjelasan kepada Yaya saat kepergok jalan dengan tunangannya. Alvin bersikeras bahwa ia tak bersalah dan tak merasa berkhianat. Alasannya karena memang Alvin telah bertunangan sebelum berpacaran dengan Yaya. Gila bukan? Ya. Alvin memang laki-laki brengsek dengan caranya. Bukan bermain wanita ataupun poyah-poyah. Tapi menyakiti satu wanita sampai ia merasa puas.
"Yaya. Ngelamun mulu, ngeri gue liatnya." ucap Tata, menyadarkan Yaya akan pikiran masa lalunya.
"Gak usah dipikirin, Ya. Jalani aja dulu." ucap Arsen tanpa dosa.
"Enak lo ngomong, Ar. Coba lo diposisi gue! Lebih baik gue nikah sama monyet dibanding nikah ma dia." sahut Yaya menggebu-gebu. Dadanya naik turun karena emosi ngebeludak.
"Iya bener banget, Ya! Lo lebih cocok sama monyet, goblok banget kalau ngomong. Omongan itu doa loh!" Arsen terbahak mendengar penuturan Yaya. Kesal sih boleh, tapi menikah dengan monyet terdengar bodoh sekali.
Tata ikut tertawa. Ada-ada saja perkataan Yaya. "Kalau ngomong suka salah deh. Kalau menurut gue, bener kata Arsen. Jalani aja dulu, Ya. Lagi pula kalau udah takdir gak bakal bisa diubah." Opini Tata, sambil memakan kentang goreng yang tadi dipesannya.
"Siapa tahu bisa?. Siapa tahu aja takdir yang bisa diubah!" Ujar Yaya asal.
"Lulus Sd gak sih lu, Ya?!. Dimana-mana jodoh itu takdir yang gak bisa diubah!" sembur Arsen tak santai.
"B aja dong, muncrat tahu gak lo!" sahut Tata kesal, mengusap kasar wajahnya yang terkena hujan badai dari mulut Arsen.
"Tahu ah. Makin badmood gue."
Arsen melirik Tata yang juga menatap Arsen. Mereka seperti orang yang berbicara dari tatapan.
"Shopping yok! Arsen yang traktir katanya." Arsen mendelik kesal saat mulut tak bermoral Tata membawa-bawa namanya.
"Ayok! Gue langsung seneng nih." sahut Yaya semangat.
"Giliran nyusahin orang lu seneng! Yaudah lah ayok. Gue juga mau cuci mata, di mall banyak cewek bening." Arsen langsung beranjak dari duduk dan langsung keluar kafetaria itu.
"Punya temen anak konglomerat kenapa gak digunain? Haha" Tata dan Yaya ketawa jahat bersama. Lalu menyusul kepergian Arsen.
Perkenalkan dulu. Arsen Abimanyu, ganteng kebarat-baratan gitu mukanya. Umur 26 tahun. Anaknya loyal plus humoris. Temen Sd Yaya ampe sekarang. Jomblo seribu mantan. Kuliah S2 jurusan tekniksi. Anak tunggal dan pewaris dari pengusaha terkenal. Masa depannya cerah udah kayak lampu neon.
Kalau Thalia Queensha lebih akrab di sapa Tata. Anaknya cantik, sedikit pecicilan dan kang gosip. Wanita karir, status bini orang. Iya, Tata ini udah berumah tangga, tapi belum dikaruniai anak karena emang baru aja nikah 1 tahun lalu. Temen dari SMP Yaya.
Okey selesai. Yaya dengan Tata mengunjungi toko baju yang bagus-bagus banget bikin jiwa wanita Yaya muncul seketika. Sedangkan Arsen menunggu di Kafe kecil di dalam Mal. Malas sekali mengikuti perempuan yang lagi shopping, pikirnya.
"Yaya, yang ini cocok gak sama gue?" tanya Tata, dengan baju kaos yang sedang tren di sosial media bermerek gucci. Ia memposisikan baju itu didepan badannya.
Yaya meneliti dengan sangat serius. "Kayaknya kegedean, Ta."
Tata menekuk alisnya, "bagus dong, Ya. Nanti 'kan style korea gitu."
Yaya menggeleng pelan, dan mengambil baju yang sama namun ukuran tidak terlalu besar.
"Yang ini lebih cocok. Lo gak keliatan krempeng banget," ujar Yaya dengan entengnya.
"Enak aja! Badan gue ideal gini," sahut Tata sewot.
"Bukan ideal itu mah! Ideal itu kayak gue, gak terlalu cungkring gak terlalu gemuk." balas Yaya bernada sombong.
Malas berdebat, Tata memilih mendelik kesal saja dan mencari lagi baju yang cocok untuknya.
"Yaya, Tata!" panggil Arsen.
Yaya dan Tata menoleh kesumber suara, melihat Arsen yang sepertinya berlari kearahnya.
"Kenapa dah si Arsen?" tanya Tata bingung, Yaya hanya mengangkat bahu acuh.
"Yaya, pulang!" titah Arsen cepat.
Yaya menatap tanya Arsen begitupun Tata.
"Kita pulang, kalau gak pindah Mal aja." Arsen menarik Yaya untuk pergi begitupun Tata yang mengikuti Arsen.
"Apaan sih Ar?!" berontak Yaya.
"Tahu, Ar. Gak jelas banget." timpal Tata yang langsung diberi tatapan tajam Arsen. Tata mah bodo amatan aja, emang dia belum ngerti dengan situasinya kok.
"Ah, Anjing. Kita ke sono aja!" Arsen langsung memutar balik badannya dan Yaya pun mau tak mau yah harus mau, karena tubuhnya juga sedang ditarik Arsen.
"Yaya," Suara low bass khas Alvin terdengar begitu saja oleh indra pendengar Yaya begitupun kedua temannya.
Arsen terpaksa menoleh begitupun Yaya. Yaya terdiam saat Alvin terlihat dengan seorang wanita berpakaian kantoran.
"Kamu itu calon istri aku, gak baik jalan sama cowok lain Olivia!"
Arsen menggenggam erat pegangan tangannya pada Yaya. Ia hanya berusaha menguatkan, karena takut Yaya akan mengingat masa lalu yang menyedihkan sekaligus menyakitinya.
Flashback on.
*Arsen, Tata dan Yaya berencana pergi ke mall untuk merayakan hari jadian Tata dengan pacarnya.
Saat Yaya memilih baju yang cocok untuknya, Yaya menangkap sosok Alvin; pacarnya, sedang melihat-lihat baju dengan seorang wanita.
Mereka tampak serasi, dan itu membuat Yaya penasaran. Yaya menghampiri Alvin.
"Avin," panggilnya.
Alvin menoleh begitupun wanita yang bersamanya itu.
"Yaya, sama siapa kesini?" tanya Alvin berbasa-basi.
"Itu gak penting! Dia siapa?" tanya Yaya marah.
"Dia..."
"Hai, kamu temen kuliahnya Alvin yah? Kenalin aku tunangannya Alvin." Suara lembut menyapa indra pendengarannya namun juga merusak hatinya.
Yaya benar-benar hancur saat ini. Pria yang diidamkannya mempunyai tunangan tanpa diketahui olehnya.
"Yaya aku bisa jelasin!" ucap Alvin cepat.
"Gak perlu, semuanya udah jelas Vin. Thanks buat semuanya." Yaya berbalik namun menabrak seseorang.
"Lo kenapa, Ya?" tanya Arsen khawatir. Yaya langsung berhamburan memeluk Arsen.
"Kamu sendiri jalan sama cowok, Ya." ujar Alvin sinis.
Yaya melepas pelukannya, menatap nyalang Alvin.
"Arsen temen aku! Kamu juga kenal dia, Vin. Jangan belagak jadi korban, Vin. Menjijikan tahu gak!" ucap Yaya sinis.
"Ini sebenernya ada apa sih?" tanya wanita yang bersama Alvin.
"Tanya aja sama tunangan lo!" Sarkas Yaya, ia hendak pergi saja perasaannya terlalu hancur. Namun cekalan tangan Alvin membuatnya menoleh lagi.
"Aku bisa jelasin. Ikut aku!" Alvin menarik paksa tangan Yaya, Arsen geram melihatnya. Ingin menonjok tapi diberhentikan oleh Tata, yang menyuruh untuk diam dan jangan memperkeruh keadaan karena mereka sedang ada ditempat umum.
"Lepas! Gak ada yang perlu dijelasin, Vin. Semuanya udah jelas, jelas banget malah." Kalimat akhir Yaya terdengar pelan, ia seolah merasa miris karena selama ini dikhianati oleh orang yang amat ia cintai.
"Kamu salah paham." Hanya kata itu yang keluar dari Alvin dengan sikap tenangnya.
"Salah paham gimana? Jelas dia tunangan kamu kok. Kamu berkhianat Vin." Kalimat Yaya melirih saat detik-detik terakhir. Dirinya menahan diri untuk tak menangis namun tidak bisa. Rasanya sakitnya terlalu sakit.
"Aku gak berkhianat."
Yaya tak habis pikir dengan perkataan Alvin. Sudah gitu bawaannya tenang selalu, seakan tak perduli bahwa hubungannya akan kandas, apa Alvin memang tak pernah cinta padanya? Pikir Yaya.
"Maksud lo? Gue yang berkhianat? Gak masuk akal tahu gak! Jelas-jelas lo yang berkhianat masih aja ngeles kayak bajay." Yaya mendelik kesal.
"Aku sama Intan emang udah tunangan dari lama sebelum kita pacaran." ujar Alvin. Wajahnya tetap tenang dan tanpa ekspresi.
"Terus maksud lo gue plakor antara lo sama si Intan gitu? Lo emang brengsek yah, Vin. Nyesel gue pernah muja lo, bucin lo, yang nyatanya lebih brengsek dari pada cowok yang mainnya sama ******!" Murka Yaya. Ia benar-benar benci dan sakit hati dan faktornya hanya satu karena Alvin, Si pria terbangsat sedunia untuk Yaya.
"Bukan gitu juga. Aku bisa jelasin tapi gak disini. Kamu gak malu? Kita sedang jadi sorotan orang," ucap Alvin menenangkan.
Plak!
Tamparan keras berhasil mendarat di pipi tirus Alvin. Ulah siapa lagi kalau bukan, Yaya.
"Gue gak perduli! Gue mau kita udahan, kita akhiri hubungan menyesatkan itu. Gue mau kita putus! Hari ini, detik ini, gue ngelepas lo. Alvino Abraham." ucap Yaya penuh penekanan disetiap katanya.
"Aku udah janji bakal nikahin kamu, Ya. Gak boleh ada kata putus diantara kita!" Alvin egois! Ya memang, begitulah Alvin. Pengajaran besar bertemu seorang Alvin bagi Yaya.
"Lo egois!!"
"Iya, jika memang harus begitu. Aku gak akan ngelepas kamu dengan sia-sia, Ya. Aku cinta sama kamu." ucap Alvin tulus.
"Gue benci lo! Pokoknya kita putus!" Yaya marah! Ingin rasanya iya mencabik-cabik wajah Sang mantan. Iya. Alvin sudah menjadi mantannya mulai detik ini.
"Gak. Gak boleh ada kata putus diantara kita." ucap Alvin bernada dingin.
Yaya nenatap tak percaya Alvin, yang sifatnya kelewat egois.
"Terserah, lo bakal masuk daftar mantan terbangsat dibuku mantan gue!" ucap Yaya remeh.
"Olivia!" sentak Alvin kesal.
"Byee mantan." Yaya tak perduli Alvin, ia berlari pergi dari kerumunan. Dalam dirinya ia menahan malu, kesal, sakit, semua bercampur aduk layaknya es campur dan Yaya akan membeli itu untuk mengutarakan unek-uneknya.
Arsen dan Tata langsung mengejar Yaya.
"Apa yang udah aku janjiin gak akan pernah aku ingkar, Ya. Aku akan nikahi kamu suatu hari nanti, dan kamu akan merasakan betapa besar rasa cinta aku." Alvin hanya menatap diam Yaya yang sudah tak terlihat lagi karena ditelan kerumunan.
"Ceweknya gak tahu malu banget."
"Plakor mainnya sok jadi korban yah, kasian tunangannya."
"Plakor udah beda lagi cara mainnya, harus hati-hati."
"Udah ketauan jadi plakor masih aja belagak jadi korban"
"Kasian cowok tadi, pernah ketemu cewek gak tahu diri kayak orang tadi."
Begitulah kira-kira perkataan dari mulut ke mulut orang-orang yang tak mengerti keadaan.
"Urus hidup kalian sendiri!!" bentak Arsen.
"Bisanya nyirnyir doang, gak tahu seluk beluknya juga!" kesal Tata.
Semua yang membicarakan Yaya menjadi hening dan menatap sinis Tata juga Arsen*.
Flashback off.
"Pulang!" perintah Alvin dengan tegas. Wajahnya tanpa ekspresi, namun tak mengurangi ketampanan yang dimilikinya.
"Lo siapa?" tanya Arsen sinis.
"Calon suami Olivia Audina Rasti, bisa tolong lepaskan tangan calon istri saya?" tanya Alvin sarkas.
"Baru calon aja lo belagunya gak ke tulung!" cibir Arsen.
Alvin tak memperdulikan cibiran Arsen, ia menarik tangan Yaya agar mendekat ke arahnya.
"Lo apaan-apaan sih, Anjing?!" kesal Arsen. Ia tak suka Yaya di perlakukan kasar oleh Alvin. Tarikan Alvin tidak main-main, sampai-sampai Yaya terhuyung dan menabrak dada bidang Alvin.
Tata kembali menenangkan Arsen yang siap menjotos habis wajah tampan Alvin.
"Kita pergi!" Putus Alvin dan langsung berbalik pergi, sambil terus mencekal tangan Yaya. Dan mau tak mau Yaya harus melangkah mengikuti.
"Arsen, kita cuman temen. Inget, Ar. Gue yakin Yaya bakal baik-baik aja. Alvin gak mungkin setega itu." ucap Tata seakan tahu apa yang tengah dipikirkan Arsen.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Nurjanah
Nyimak
2022-10-27
0
Pinaru ayu
Serius bngt ihhh
2022-05-12
0
Pinaru ayu
Seruuuuuuuuu
2022-05-12
0