5. Berjodoh sama Mantan?!

...Ketika para mantan bermunculan dikehidupan sekarang lo, damagenya bukan main cuy! Meresahkan!...

...•°•🦋🦋🦋•°•...

YAYA dan Alvin masuk ke sebuah restaurant mewah, disalah satu meja makan sudah terlihat keluarga kecil Alvin dan Yaya.

"Alvin, Yaya sini duduk." Suara lembut menyuruh mereka duduk.

"Udah lama, gak ketemu Yaya. Kamu masih aja imut, Ya." Mama Alvin berucap dan bermaksud memuji.

"Anak kita mah emang awet muda kayak ibunya." sahut Ibu Yaya dengan tertawa kecil. Dan dibalas dengan kekehan geli oleh kedua orang tua Alvin.

Mereka sibuk dengan makanannya masing-masing selama beberapa menit.

"Yaya masih single 'kan?" tanya Mama Alvin.

Alvin mendelik kesal menatap sang Mama.

"Kalau Yaya punya pacar gak mungkin menyetujui perjodohan." seru Ibu Yaya dengan senyuman asimatrinya. Mungkin memang sedikit tersinggung.

"Takutnya, Yaya terpaksa. Kalau perjodohan terpaksa itu 'kan tidak baik." Lagi-lagi Mama Alvin berujar tidak jelas. Membuat Yaya kesal saja. Sepertinya memang Mama Alvin belum menyutujui perjodohan, tapi mengapa Alvin seperti menginginkan perjodohan, apa dia masih menyukai Yaya?

"Iya betul gak baik. Jadi Yaya bi-"

Alvin menjilat bibir Yaya yang terdapat saus kecil, membuat pasang mata berpura-pura tidak melihat, adik Alvin hanya mendengus kesal. Yaya terpaksa memberhentikan omongannya karena kelakuan Alvin yang terbilang mendadak.

Tapi tunggu! Alvin menciumnya atau? Hell ini gila!! Lidah Alvin yang hangat dan lembab itu masih terasa bergerak di permukaan bibir Yaya, walaupun sudah tidak lagi. Arrgh! Jika begini Yaya bisa gila karena Alvin!!

"Ada saus." ucap Alvin datar.

Yaya menatap tak percaya Alvin, yang berucap datar tanpa rasa malu. Dan kali ini Yaya hanya bisa terdiam karena tak mungkin Yaya mengamuk didepan camer (calon mertua), gila aja jika Yaya sampai kelepasan bisa malu ampe ubun-ubun Yaya.

"Ekhem, jadi pernikahannya mau dipercepat bulan ini atau bulan depan aja?" tanya Papa Alvin.

"Bulan ini"

"Bulan depan"

Alvin dan Yaya saling tatap saat mereka berucap bersama namun beda pilihan.

"Serasi banget sih. Jadi inget kita dulu yah, Mas." seru Ibu Yaya bernada senang.

"Tapi mereka beda pilihan," sahut Mama Alvin.

Adik Alvin yang bosan dengan orang-orang yang bermuka dua semua, apalagi sang Mama. Memilih beranjak pergi ke kamar mandi.

"Papa tanya sekali lagi yah. Mau nikah bulan ini apa bulan depan?" tanya Papa Alvin dengan tersenyum.

"Bulan depan aja, Pa. Takutnya Yaya belum siap." jawab Alvin.

Yaya menghela nafas lega mendengar jawaban Alvin. Jujur dirinya masih belum siap, dan lagi ia masih ragu karena sikap Alvin yang aneh dan suka berubah-ubah layaknya power ranger.

...-oOo-...

Hari senin ini, Yaya bermaksud untuk pergi melamar pekerjaannya. Karena dirumah saja itu bosen banget, Yaya juga memutuskan untuk tidak bergantung pada Alvin saat nikah nanti. Tapi semoga saja pernikahannya batal!

Langkah kecil Yaya memasuki sebuah lift untuk menuju ke ruangan khusus sang boss. Katanya jika melamar menjadi sekretaris itu akan diwawancarai langsung oleh direktur utama, lagi pula menjadi sekretaris memang bekerja untuk direktur utama bukan hanya untuk perusahaan.

"Ayok, mba langkahnya dipercepat. Pak direktur tidak suka keterlambatan." ucap salah satu resepsionis yang mengantar Yaya keruangan sang direktur.

Sampai disebuah ruangan besar, dengan pintu kayu bermodel dua pintu, yang juga sangat besar.

"Silahkan masuk mba," Yaya sebetulnya sedikit gugup karena ini pertama kalinya dia melamar. Tapi ia berusaha menutupi, Yaya tersenyum pada repseionis itu dan masuk perlahan keruangan itu.

Nampak lah seorang pria berstelan kantor yang rapi dan wajahnya cukup tampan. Ups okey lupakan! Percuma tampan kalau akhlaknya minim. Semoga saja kali ini bossnya baik hati dan tidak judes.

"Lo gak kenal gue, Ya?" tanyanya.

Yaya mengernyitkan dahi bingung. Ia sudah gugup setengah mati ditatap seperti mengintimidasi tapi pertanyaan itu menghilangkan kegugupannya saat tersadar bossnya eh maksudnya calon bossnya ini adalah Rangga, mantannya waktu jaman SMA.

Sepertinya Yaya mendapat karma lagi. Mengapa hidupnya selalu bertemu para mantan? Apa ini karma karena Yaya selalu mempunyai banyak mantan? Sungguh Yaya menyesal! Yaya berharap ini hanya mimpi.

"Lo gak berubah, yah. Masih aja kayak anak SMA."

DEG.

Ini bukan mimpi! Hell lagi-lagi nasib Yaya tidak sesuai kemauannya. Iyalah mana ada nasib sesuai kemauan sendiri!

"Maaf nih, Ga. Ini kantor, lebih baik bicara santainya diluar aja. Soalnya gak enak didenger," ucap Yaya merasa canggung.

"Haha, iya. Harusnya saya yang minta maaf."

Rangga menatap kembali map berwarna hitam itu, lalu menoleh kembali pada Yaya.

"Kamu diterima." ucapnya.

Yaya bingung, mau senang ataupun sedih.

"Kamu kok gak seneng?" tanya Rangga yang menyadari raut wajah biasa Yaya.

Yaya langsung mengubah raut wajahnya. "Seneng kok pak."

"Nanti malam, saya chat. Kita akan makan malam. Ini khusus buat reunian dengan mantan pacar, setuju 'kan Ya?" tanya Rangga.

"Hah?" Beo Yaya.

"Kamu bisa bekerja mulai besok, tolong sempatkan diri untuk acara nanti malam."

Yaya masih mematung. Ia tak tahu dengan keadaannya sekarang. Sebetulnya ada apasih dengan para mantannya? Yaya rasanya ingin putar waktu dan tak pernah mengenal yang namanya pacaran dan berujung menjadi mantan. Yaya menyesal sungguh!!

"Kamu boleh pergi."

Yaya tak mendengar apapun kalimat yang dilontarkan Rangga. Dirinya terlalu shock dengan acara nanti malam. Oh god! Mimpi apa Yaya semalam.

"Kamu boleh pergi, Olivia." Ucapnya sekali lagi, dan hal itu menyadarkan Yaya.

"Saya permisi, pak." Pamit Yaya. Ia pergi dari ruangan itu.

"Gimana diterima?" Suara itu mengagetkan Yaya.

Yaya menoleh ke sumber suara. Dan ternyata resepsionis yang mengantarnya tadi.

"Di-diterima."

"Segugup itu lo, aslinya Pak Rangga baik kok."

Yaya hanya menatap aneh orang itu. Menurutnya terlalu SKSD ( sok dekat sok kenal ). Yaya itu termasuk orang yang tidak terlalu menyukai orang yang sok kenal. Tapi dirinya gampang berbaur, dan sok kenal. Memang aneh.

"Oh ya. Gue Suci, gue karyawan dibagian resepsionis. Kalau ada yang mau ditanya ke gue aja."

Yaya tersenyum, dan berpamitan. Ia tak ada waktu untuk berteman dan mengenal orang baru. Yang terpenting adalah berfikir jernih untuk acara nanti malam. Dirinya belum siap. Sekali lagi ditekankan! Sungguh Yaya menyesal mempunyai mantan lebih dari sepuluh.

Yaya keluar dari gedung perusahaan itu. Dan menaiki mobilnya. Saat keluar dari gerbang perusahaan, dan pas sekali mobil Alvin masuk. Yaya tahu mobilnya Alvin karena Alvin terlihat, dari jendela kaca mobil yang tak tertutup.

DEG.

Mata Alvin menatap Yaya dalam. Hanya beberapa detik tapi mampu membuat saraf tubuh Yaya berhenti sejenak. Alvin tersenyum miring, dan Yaya tidak salah lihat! Alvin memang tersenyum miring padanya, walau hanya 5 detik terlihat.

Selang beberapa jam, Yaya memarkirkan mobilnya dirumah Arsen. Yaya turun dari mobilnya dan memasuki rumah Arsen, diruang Tv sudah terdapat Arsen dan Tata sedang memainkan game rubik.

"Tata!!" panggil Yaya, ia berhamburan memeluk Tata yang sedang duduk disofa.

"Kenapa dah lu, Ya? Masalah si Alvin lagi?" tanya Arsen, sambil sesekali ia memakan camilan ditoples yang dipegangnya.

"Gue kerja diperusahaannya Rangga," ucap Yaya lemas.

Arsen menatap tak percaya Yaya. "Beneran? Hahaha perasaan lo hidup disekitaran mantan mulu njirr! Ngakak."

Yaya mendelik tak suka Arsen yang sudah tertawa terbahak-bahak.

"Tata, gue harus gimana?" tanya Yaya dengan nada merengek.

"Ya gimana? Lagian karma lo kali, kebanyakan mantan, wkwk."

Yaya mendengus kesal melihat respon sahabatnya yang tak ada akhlak itu.

"Iya betul! Itu emang karma lo, Ya. Makanya punya mantan tuh beda alam dong kayak gue."

Tata memutar bola mata dengan perasaan jengah, ia menoyor dengan tangannya ke kepala Arsen yang duduk dilantai dibawah kakinya.

"Beda negara tolol! Ngeri amat beda alam."

Yaya hanya terkekeh geli melihat Arsen yang dianiaya oleh Tata.

"Tapi ada yang aneh dari kejadian ini," Yaya nampak menjeda omongannya. Setelah kedua temannya itu memperhatikan Yaya kembali melanjutkan perkataannya.

"Gue ketemu Alvin waktu mau pulang dari kantor itu. Dia natap gue dan senyum nyeremin gitu! Gue curiganya kenapa dia ke kantornya Rangga, dan natap gue kayak gitu?" sambungnya.

Tata nampak berfikir, begitupun Arsen. Tapi Arsen langsung tersenyum aneh.

"Mungkin nih Ya. Si Alvin ama Rangga mau buat lo patah hati! Secara mereka 'kan putus dengan cara gak baik-baik." seru Arsen.

"Ihh mana mungkin lah! Jahat banget kalau misal kayak gitu mah. Lagian mau apaan sih itu mantan! Kesel lama-lama." Kata Yaya yang bersidekap; memeluk bantal sofa milik Arsen.

"Bisa jadi sih,Ya. Pertama Alvin dijodohin sama lo, dan kayak bukan kebetulan aja gitu, mungkin udah direncanain. Terus Rangga terima lo tanpa ngomong apapun, secara lo juga bukan jurusan manajemen lho, dan gue juga berfikiran mereka mau balas dendam ke lo, biar tahu rasanya di tinggal pas sayang sayangnya." jelas Tata, dan hal itu semakin membuat Yaya takut menikah dengan Alvin.

Jujur saja, ia tak mau sudah baper dengan Alvin dan menikah eh ujungnya Alvin hanya mempermainkan Yaya dan menceraikan Yaya. Takut sekali jika dipikir-pikir. Lagi pula padahal Alvin yang salah waktu di masa lalu itu. Rasanya Yaya ingin pergi terbang saja ke korea dan menjalin kasih dengan Jung Jaehyun.

"Gak usah dipikirin lah, Ya. Kalau penasaran kenapa gak tanya langsung?" tanya Tata.

Yaya menoleh dengan wajah lemas.

"Gue takut, gimana kalau para mantan gue mau balas dendam sama gue dan bikin rencana kayak gitu, melewati Alvin yang paling berkuasa. Hwaaaa!! Gua takut, Ta." Yaya berhamburan memeluk Tata dengan tangisannya. Sudah dibilang Yaya itu cengeng! Takut sedikit langsung nangis.

"Ya ampun, lo percaya aja lagi. Kurang kerjaan banget mereka gituin lo, Ya." ujar Arsen.

"Yang namanya sakit hati itu susah sembuh tahu, Ar. Gimana kalau emang asumsi kita bener? Gue belum siap jadi janda dan patah hati hikss." Sahut Yaya kembali memeluk Tata.

"Gila! Lo mikir kejauhan, Ya. Ampe jadi janda, lo Pd bener sih jadi orang. Emang lo bakal jadi nikah sama si Alvin? Udahlah gak usah mikir yang aneh-aneh."

Hening untuk sesaat."Gini deh Ya. Dari pada lo resah dan berfikir yang enggak-enggak, mending tanya baik-baik Alvin. Apa tujuan Alvin nikahin lo? Dan alasannya kenapa? Gitu."

Yaya nampak berfikir dengan ucapan yang dilontarkan Tata. Sepertinya memang ada benarnya juga, dari pada seperti ini. Memikirkan hal yang tidak-tidak dan ujungnya suudzon sama calon suami sendiri. Yaya manggut-manggut menyutujui ucapan Tata.

Tapi tunggu! Yaya baru ingat!! Ada pertemuan makan malam bertema reunian bersama mantan malam ini. Oh god! Gila!! Ini benar-benar ujian hidup yang sebenarnya! Menghadapi para mantan yang tersakiti tidakk!!! Yaya menyesal sungguh! Yaya berjanji tak akan menyakiti hati orang lagi.

"Kenapa, Ya?" tanya Arsen yang menyadari perubahan raut wajah Yaya.

Yaya menoleh pada Arsen dan Tata, lalu ia menunduk lemas membuat Tata dan Arsen menatap bingung Yaya.

"Nanti malam ada acara reunian sama mantan, gue disuruh dateng sama Rangga. Apa yang harus gue lakuin?" tanya Yaya masih dengan menunduk lesu, nada bicaranya saja terdengar frustasi.

"Lagian sih, lu dulu gak mau dengerin ajaran gue Ya. Lu kalau jadi cewek yang baik-baik aja napa kayak gue. Ngikutin aja ajaran sesat si Arsen 'kan lo tahu rasa!" kata Tata dengan nada menyombongkan diri.

Yaya mendecak kesal mendengar perkataan Tata yang menyombongkan diri itu. Sialan memang.

"Ngakak njir! Yaya, Yaya. Beneran ada reunian sama mantan? Kok bisa sih? Kurang kerjaan banget anjir," sahut Arsen mendengar perkataan Yaya tadi.

Yaya lagi-lagi menghela nafas sedikit kasar. Kedua sahabatnya itu sama sekali tidak membantu! Kalau saja ada pintu kemana aja punyanya doramenyon udah pasti Yaya beli buat pergi kekorea langsung, dan pasti tahulah Yaya akan menikahi Jung Jaehyun lalu hidup dengan bahagia.

"Ngeri gue, Ya. Saking stresnya lo sama para mantan yang meminta balasan akan rasa sakitnya lo jadi gila senyum-senyum sendiri."

Yaya melotot pada Arsen dengan kesal. Karena Arsen membuyarkan dunia halunya. Memang sialan! Sudah tidak bisa membantu malah membuat hancur khayalan Yaya pula, lagi-lagi Yaya harus sabar.

"Sorry nih, Ya. Gue ditelpon husbu. Bye Arsen, Yaya." Pamit Tata cepat. Ia bahkan melupakan kunci mobilnya. Sepertinya ada keadaan genting. Karena raut wajah Tata nampak khawatir, semoga saja tidak terlalu berat untuk Tata jika memang terjadi sesuatu yang meresahkan.

"Kenapa sama Tata?" tanya Arsen bingung.

"Kayaknya ada masalah yang genting. Tapi semoga aja gak terlalu yang meresahkan banget, kasian Tata." sahut Yaya yang masih menatap kepergian Tata.

Belum beberapa menit Tata kembali untuk mengambil kunci mobil yang ketinggalan.

"Kenapa gak bilang kunci mobil ketinggalan?" tanya Tata sedikit kesal.

"Sengaja biar lo balik lagi." jawab Arsen dengan santainya.

"Punya temen akhlakless banget, yaudah sini lempar!"

Yaya langsung melempar kunci mobil Tata kearahnya, dan Tata dengan sigap mengambil kunci itu.

"Gue pergi yah!" Tata pamit dan tiba-tiba saja langsung ngilang layaknya ditelan bumi.

Sedangkan Arsen kembali memainkan rubiknya. Yaya menatap Arsen dengan tatapan berfikirnya. Ia duduk disamping Arsen yang tengah serius mengotak-atik rubiknya.

Semoga nanti malam tidak sesuai dengan apa yang ada difikiran Yaya. Tapi lagi-lagi Yaya selalu berfikir buruk tentang acara nanti malam. Ia juga bingung sendiri antara datang dan tidaknya. Demi petrik punya jari, Yaya berharap malam nanti tak pernah ada, maksudnya dilewatkan aja langsung siang.

Terpopuler

Comments

Nur Hidayah

Nur Hidayah

cerita nya bagus thoor g" rebat amat, dan alur ny jug bagus g ky maksa gitu

2022-01-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!