...Lo gak jahat kok, gue yang bego karena baper ditempat yang salah....
...•°•🦋•°•...
YAYA tertawa renyah mendengar cerita Arsen mengenai laki-laki itu yang pernah dimarahi oleh Ayah dari pacarnya yang kesekian. Sudut mata Yaya mengeluarkan sedikit air, ia tak dapat membayangkan bagaimana malunya Arsen saat itu.
"Mana gobloknya, orang-orang cuman liatin sama ketawain gue yang lari kenceng dari si bapak pacar gue itu." Dumel Arsen. Dan tawa Yaya makin renyah saja.
Langkah keduanya masuk kesebuah toko buku. Yaya yang lebih dulu masuk untuk melihat-lihat buku yang mungkin akan dibelinya.
Arsen yang sedari tadi hanya melihat dan mengikuti Yaya, menjadi penasaran juga. "Apa serunya sih baca buku, Ya?"
"Seru banget! Coba deh, pokoknya ada sensasi aneh gitu. Buat kita nangis, ketawa, ataupun marah." jawab Yaya penuh antusiasme.
"Itu mah lu aja yang alay. Gue baca buku lempeng-lempeng aja." seru Arsen dengan santai.
"Lo mah gak menghayati bacanya, coba lu rasakan dan hayati setiap bacaan dibuku pasti deh bakal dapet sensasinya." beritahu Yaya, tapi wajahnya tak menatap Arsen namun menatap jajaran buku-buku.
"Bagus nih bukunya, cocok banget buat lo." ujar Yaya sambil tertawa renyah.
"Coba sini liat," Arsen mengambil alih buku pilihan Yaya dan membaca judul bukunya 'Cara menjadi cowok setia'
"Iya nih cocok banget bukunya buat gue!" Arsen menatap bangga buku itu, Yaya hanya menggeleng pelan dan sedikit tertawa sebelum akhirnya ia memilih buku-buku lagi.
Drrrttt
Drrrttt
Drrrrttt
Getaran handphone milik Yaya membuat saku kantung celananya sedikit memberi efek tak nyaman. Yaya segera mengambil Hpnya dan menggeser layar lalu menaruh Hpnya di telinga miliknya.
"Kenapa bu?" tanya Yaya to the point
"Pulang Ya, ada Alvin dirumah."
Yaya mendengus kesal mendengar nama Alvin. "Gak ah bu, Yaya lagi sibuk!"
Tut.
Yaya langsung mematikan sambungan telpon itu secara sepihak. Menyadari perubahan mood Yaya, Arsen tentunya akan mencairkan suasana.
"Abis dari toko buku beli es krim yuk!" ajak Arsen.
Yaya menoleh dan tersenyum senang, mengangguk kecil sebelum memilih-milih buku lagi. Arsen tersenyum senang juga melihat perubahan mood Yaya.
Selang beberapa menit berlalu, lebih tepatnya sudah setengah jam Yaya memilih-milih buku akhirnya keluar juga dari toko buku dengan gandengan plastik besar karena Yaya membeli buku bukan hanya 1 atau 2 melainkan 12 buku. Itu juga bukan hanya buku novel romansa.
"Ar, si Tata sibuk banget yah. Ampe gak ada waktu buat kita main." ucap Yaya, sambil sesekali ia memasukan es krim kemulutnya. Dirinya sedang duduk kursi taman yang mempunyai meja, bersama Arsen.
"Yaiyalah, si Tata 'kan udah jadi wanita karir, Ya. Lo apa kabar? Masih aja kayak bocah." sahut Arsen santai.
"Dari mananya sih gue kayak bocah? Perasaan badan gue dewasa, and semok bahenol gini, dari mana bocahnya kali." dumel Yaya.
Arsen tertawa renyah mendengar perkataan Yaya, bahkan sudut mata telah mengeluarkan sedikit air karena terlalu lucu.
"Yaya, ke Pd-an amat sih jadi cewek. Lo ama anak SMA jaman sekarang aja jauh telak, Ya."
Yaya mendengus kesal karena Arsen. Mana gitu, Arsen ketawa mulu. 'Kan malu diliatin! Untung Yaya cukup Pd karena merasa cantik.
"Olivia Audina Rasti." Suara itu? Oh god! Alvin mengapa bisa tahu Yaya ada ditaman bersama Arsen? Pikir Yaya.
Yaya melotot pada Arsen meminta penjelasan, tapi Arsen mengangkat bahu acuh karena memang tak tahu.
"Calon suaminya nunggu dirumah, kamu malah berduaan sama cowok lain." ucap Alvin sinis, ia duduk disamping Yaya dengan ekspresi datar.
"Apaan sih, Vin?! Arsen itu temen gue, bukan cowok lain! Lo sendiri kenapa bisa tahu gue ada disini? Jangan bilang lo ngikutin gue yah?" Tuduh Yaya tidak berdasar.
Alvin ketemu Yaya bukan karena mengikuti Yaya tapi karena memang ada ketemuan di dekat Cafe di lokasi Yaya berada. Niatnya ingin mengajak Yaya, tapi Yaya sedang tidak ada di rumah jadi ia sendirian hendak bertemu klien dan kebetulan ketemu Yaya.
Alvin menatap sinis Arsen yang malah acuh dan bodo amat dengan keributan. Ia malah asyik memakan es krimnya.
"Bisa tolong tinggalkan kami?" tanya Alvin.
Arsen menekuk alis secara refleks."Ke gue nih?"
"Iya. Arsen Abimanyu." geram Alvin.
"Nyantai dong, gak usah terlalu baku sama gue mah. Tapi kenapa gue yang harus pergi? Kalau lo sendiri yang ganggu acara kita, iyakan Ya?" Arsen menatap Yaya yang bingung harus bagaimana, dan respon Yaya hanya mengangguk kecil dengan wajah ragu. Mendapat respon bagus dari Yaya, Arsen melirik Alvin dengan sinis.
Alvin itu seperti air danau yang tenang. Sulit ditebak.
"Pulang!" Putusnya tiba-tiba. Ia menarik Yaya agar mengikuti langkahnya.
"Ayok!"
Yaya mencibik kesal. Selalu seenaknya! Yaya masih ingin bersantai dengan Arsen.
"Sono Ya. Ntar diamuk lho!" Yaya menatap ragu Arsen.
"Kayak ama siapa aja lo. Udah sono, gue gak papa. Kita bisa ketemuan lagi entar." Beritahu Arsen bermaksud menenangkan.
Yaya mengikuti langkah Alvin.
"Alvin cepet banget sih jalannya!" Dumel Yaya kesal. Pasalnya Alvin lumayan jauh dari pandangannya.
"Makanya tumbuh tuh keatas, bukan pipi malah pipi yang melebar."
Yaya mendengus dikatai seperti itu. Alvin menuntunnya, bergandengan tangan.
"Alvin?"
Yaya menoleh, dan mendapati sosok wanita cantik dengan badan molek bak model papan atas, dan sepertinya Yaya tak asing dengan wanita itu. Model iklan yang terkenal itu, iya itu dia! Tapi mengapa bisa kenal Alvin? Pikir Yaya.
"Yaya pulang duluan aja ya." Suara itu menyadarkan Yaya akan dunia asli.
"Hah?" Sungguh itu hanya refleks. Karena Yaya sempat tidak fokus.
Alvin menghela nafas dalam, sebelum akhirnya ia memberi senyum tipis pada si model iklan itu, dan menyuruhnya masuk dahulu ke Cafe yang memang tak jauh dari tempat mereka berdiri.
"Pulang, Yaya. Aku pesannin taksi." ucap Alvin sambil mengutak-atik Hpnya.
Yaya yang sadar bahwa Alvin tak akan mengantar pulang dirinya. Tapi tunggu! Apa Yaya berharap diantar pulang oleh Alvin? Tidak!
"Aku tungguin kamu sampai taksinya sampai." ujarnya.
Sedangkan Yaya hanya terdiam, jujur dirinya masih setengah sadar. Jadi Alvin tidak akan mengantar pulang dirinya? Ini Yaya yang memang terlalu kege'eran apa emang Alvin yang bangsat, udah bikin Yaya berharap? Hell ini buruk! Alvin selalu saja bisa membuat Yaya berharap lebih.
Tak lama sebuah Taxi datang, dan Alvin langsung membukakan pintu untuk Yaya.
"Yaya, jangan kebanyakan bengong." Teguran halus Alvin mengembalikan kesadaran Yaya. Yaya langsung masuk kedalam mobil Taxi tanpa diperintah.
"Aku bakal main nan-"
"Jalan pak." Yaya memotong cepat ucapan Alvin. Dan mobil tak lama melaju ke jalanan luas.
Alvin menatap bingung mobil Taxi yang di tumpangi Yaya. Sudah mulai tak terlihat dari pandangannya.
"Kenapa sama Yaya?" Monolognya.
Sampai dirumah, Yaya langsung berlari masuk ke dalam kamarnya, membuat ibu dan ayahnya kaget karena ada sesuatu yang tiba-tiba saja melewatinya layaknya arwah yang terbang.
"Aaaarrrrgghhh!!" Teriak Yaya kesal.
Ia bahkan membuang bantal kesana-sani. Mencabik-cabik selimutnya. Meninju boneka beruang kesayangannya.
"Kenapa gue harus berharap sih?!" Yaya berucap sendiri.
Yaya tak habis pikir dengan sikap aneh Alvin. Sepertinya laki-laki itu senang sekali membuat Yaya salah tanggap dan berharap.
"Katanya calon suami, tapi lo sendiri jalan sama cewek lain anjing!" Seru Yaya berapi-api.
Dua minggu, sudah termasuk waktu yang lama untuk Yaya. Yaya sudah bisa menerima takdir, namun saat ini ia menjadi ragu. Karena sikap Alvin memang tidak jelas sejak awal. Mana bawaannya santai mulu, padahal udah sering banget kepergok sama cewek berduaan.
Emang yah, cowok ganteng mah bebas. Bebas banget! Gak perduli berapa banyak cewek tersakiti karena ulahnya. Yaya menyesal telah berdamai dengan masa lalu dan menerima takdir dimasa depan.
Kalau tahu ujungnya kayak gini, Yaya dari awal membatalkan perjodohan! Alvin juga misterius banget, begitupun keluarganya. Padahal waktu jaman kuliah keluarga Alvin itu gak suka banget sama Yaya tapi sekarang aneh, malah jodohin anaknya sama Yaya.
Intinya menyesal! Dan kesalnya kenapa penyesalan selalu datang akhir?! Kesel banget! Yaya untung cewek yang sabar dan baik hati juga rajin menabung diperut.
Tanpa terasa Yaya telah terlelap dari tidurnya. Padahal tadi masih emosi banting-banting boneka. Tapi beberapa menit kemudian Yaya udah terlelap, segampang itu yah Yaya tidur.
"Yaya,"
"Yaya, bangun Ya."
"Olivia sayang,"
Yaya mengerjapkankan mata, namun bukannya bangun malah membalik badannya dan kembali tidur.
"Perlu aku cium nih, Ya?" bisiknya pelan.
Mendengar hal itu Yaya langsung terbangun dengan wajah linglung, dan mata menyipit.
"Bangun, udah malam." Lagi-lagi suara itu terdengar namun Yaya tidak dapat menangkap sosok itu.
Tapi tangan besar seseorang membenarkan tataan rambutnya.
"Hah? Apaan itu woy?!" Yaya menjerit kaget. Ia bahkan menutup dirinya memakai selimut. Ia terlalu shock karena masih terbilang belum sadar sepenuhnya dari tidur siangnya.
Sedangkan Si pelaku yang membuat Yaya terkejut hanya tersenyum manis. Yaya terlihat lucu, dan menggemaskan.
"Cepet mandi, Ya. Kita makan malam diluar, ibu ayah juga udah duluan." Beritahu Alvin sambil membuka selimut yang menutupi tubuh mungil Yaya.
Ternyata Alvin! Yaya menatap nyalang ke arah Alvin yang sudah membuat Yaya terkejut jantungan.
"Lu tolol! Gimana kalau gue mati jantungan?!" Seru Yaya dengan wajah merah penuh kekesalan.
"Maaf. Aku hanya membangunkan kamu."
"Lo nyalahin gue?Keluar lo dari kamar gue!" Usir Yaya kasar, ia langsung bangun dari tidurnya dan mendorong tubuh tinggi Alvin keluar kamarnya.
Sepertinya Yaya tengah merah. Karena sangat-sangat sensitif. Dan marah-marah terus.
Yaya membanting kasar pintu kamarnya. Nafasnya menggebu kesal.
"Sialan banget sih! Gue jantungan njir." Yaya merasakan detak jantungnya melaju cukup kuat.
Yaya menarik nafas dalam, lalu menghembuskannya perlahan. Terus berulang kali agar detak jantungnya netral dan emosinya kembali stabil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Pinaru ayu
SBL SBL SBL SERU BANGETT LOHHH
2022-05-12
0