Sekretaris Pilihan Milik Ceo Tampan
Semua bermula saat sekretaris yang telah lama bekerja di perusahaan Khanif tiba-tiba mengundurkan diri karena ingin menjalani hari-harinya yang akan datang dengan menjadi ibu rumah tangga saja.
Empat wanita yang bekerja di perushaan Khanif pun didaulat menjadi sekretaris, namun tentunya hanya seorang lah yang nantinya akan menjadi sekretarisnya. Di antara dari ke empat calon kandidat itu, tiga diantaranya sudah mulai menujukkan kemampuan mereka masing-masing. Seperti, datang pagi ke kantor, mengerjakan tugas tepat waktu dan berpenampilan layaknya seorang sekertaris sungguhan.
Bahkan sepertinya, ke tiga wanita itu sudah tergila-gila menjadi sekretaris dari pemilik salah satu perusahaan terbesar di indonesia ini. Coba pikirkan, siapa yang tidak menginginkannya? Ditambah lagi nilai plus-plus dari ceo mereka yang rupawan dan masih single!
Bisakan, suatu hari nanti, status sekertaris berubah menjadi status nyonya pemilik hati sekaligus pemilik salah satu perusahaan terbesar di indonesia ini. Memikirnya, membuat pikiran ke tiga wanita calon sekretaris itu tidak akan membuang kesempatan langka seperti ini. Namun, tentunya ada saja yang berbeda dari semua calon kandidat itu. Ya, Ia adalah Rania. Kandidat terakhir yang dipilih oleh pihak HRD.
Rania tidak memikirkan apa yang kandidat lain pikirkan. Lagi pula, sepertinya Rania seakan tidak tertarik untuk naik ke lantai dua puluh satu itu dan menjabat sebagai sekretaris utama Khanif, selaku ceo dimana tempatnya bekerja sekarang.
Meski hanya sebagai staf bagian keuangan biasa, Rania sudah cukup puas dengan gaji dan bonus yang diberikan perusahaan padanya. Bukannya Rania tidak ingin bertambah tanggung jawab, hanya saja Rania lebih menyukai berada dilantai limabelas - tempatnya berbagi kesenangan dan kesusahan ditempat kerja.
Berada di lantai lima belas pun sudah cukup membuatnya menjadi seseorang yang dibutuhkan oleh perusahaan dan Rania tidak menginginkan lantai lain tempatnya menuju. Namun, semua berubah saat dirinya kembali masuk ke dalam tiga besar dalam kandidat sekretaris yang terpilih.
Apakah ini kutukan karena dirinya terlalu pintar? Atau karena keadaan dirinya sendirilah yang mendukung? Jika ya, Rania akan dengan senang hati menerimanya, tapi tidak dengan masuk ke dalam calon kandidat sekretaris lagi.
Rania tentu saja tau apa maksud dari masuk kembali ke dalam calon kandidat! Itu artinya, Rania harus berusaha agar tidak terpilih lagi di pencalonan kandidat berikutnya.
Semua kemampuan mengelak telah dilakukannya. Mulai dari berangkat ke kantor seperti biasa, memakai pakaian yang biasanya ia pakai ke kantor dan mengerjakan tugas seperti biasa.
Jujur saja, sebelumya Rania sudah mengerjakan semua tugas yang diberikan seperti hari-hari biasanya. Ia berbeda dengan kandidat lainnya yang lebih menonjolkan diri. Bahkan dari mereka semua, ada yang dengan terang-terang mendekati Rahayu, pihak HRD yang ditunjuk oleh Khanif untuk memilih mereka.
Meski sudah dekat, tak ayal Rahayu yang memang seorang yang Bijak, tidak terlalu memberikan keleluasaan yang terbaik. Karena beliau tau, masa depan perusahan tidak tergantung pada tindakan yang sementara saja, tapi tindakan yang akan terus-menerus sampai kapan pun.
Kedua kandidat lainnya tetap melanjutkan bakat mereka, dan ia sendiri tidak menujukkan tanda-tanda untuk bersaing seperti ke dua kandidat yang terpilih. Namun meski begitu, dirinya tetap saja terpilih dan hal itu tentu saja membuat Rania semakin gusar.
Bukannya ia tidak ingin sesekali melanggar tugas seperti terlambat datang ke kantor atau tidak melaksanakan tugas dengan baik agar dirinya didiskualifikasi dari kandidat. Hanya saja, Rania bukanlah tipe wanita pekerja yang harus menghilangkan kehormatan kerjanya hanya untuk membuat dirinya lepas dari pencalonan. Rania katakan 'tidak akan' meski, dirinya tetap masuk ke dalam kandidat pencalonan sekretaris.
Jadi, sebenarnya inilah salah satu kelemahan wanita berlesung pipi itu, ia tidak ingin hanya karena ketidakmauannya akan membuat hidupnya berantakan dan bahkan akan membuat karirnya sebagai karyawan teladan berakhir sia-sia.
Saat Rania sedang terfokus pada angka-angka yang terpampang jelas dikomputer depan wajahnya, ia terperanjat saat seorang wanita yang telah berusia hampir kepala lima itu, menepuk pundaknya. Rania seketika memundurkan kursi dan menunduk memberi hormat. Setelahnya, ia kembali menegakkan badan dan tersenyum pada wanita yang telah memberinya pekerjaan ini.
"Bisa ikut saya sebentar?" tanya Rahayu.
"Bisa bu."
"Baiklah, kita keruanganku."
Rania mengangguk, ia pun lebih dahulu menyimpan tugas di komputernya terlebih dahulu, sebelum mengikuti langkah kaki yang mulai tidak terlihat itu. Sesampainya Rania didepan lift, ia terkejut saat melihat lift terbuka dan menampilkan sosok yang mungkin akan menjadi atasannya langsung dikemudian hari.
"Siang pak," sapa Rahayu, setelahnya memberikan hormat pada ceo mereka.
"Siang," balasnya.
Rania pun ikut memberi hormat, tapi tidak ikut menyapa lelaki bermata hazel didepannya ini. Sesudahnya, Rahayu masuk kedalam lift diikuti oleh langkah kaki Rania yang menyusulnya.
Di dalam lift, keadaan nampak canggung. Siapa sangka mereka akan bertemu secepat ini? Pasalnya, lelaki yang merupakan atasannya itu mempunyai lift khusus. Namun apa ini? Bahkan tanpa diketahui, atasannya memakai lift khusus para karyawan.
Saat Rania sibuk dengan pemikirannya, tiba-tiba atasannya berdehem dan mengatakan, "lift saya sedang diperbaiki."
Hei, siapa yang bertanya padanya? Apa Rahayu barusan? Atau dirinya yang tanpa sadar mengatakannya? Tapi setau dirinya, ia masih tetap diam dari tadi. Kecuali dirinya sempat melamun dan tidak menyadari kalau Rahayu telah bertanya tadi.
"I ... Iya pak, tidak apa-apa," jawab Rania seadanya tapi malah membuat Rahayu diam-diam tersenyum lucu.
Rahayu lalu menyenggol lengan Rania, membuat gadis itu menoleh melihatnya. Dengan kode mata, Rahayu menujukkan kalau Khanif - atasannya sedang tidak berbicara dengannya tapi dengan seseorang yang tengah dihubunginya saat ini lewat telepon pintar.
"Aduh," gerutu Rania dalam hati saat ia mengetahui kesalahpahamannnya. Ditambah lagi dengan tatapan Khanif yang melihat heran dengannya.
"Maaf pak, saya kira bapak sedang bicara dengan kami," ujarnya menahan malu. Khanif mengangguk tidak mempermasalahkan.
Setelah angka di lift menujukkan tempat tujuan Rahayu dan Rania, secara otomatis pintu lift terbuka, mereka pun melangkah keluar dari lift. Namun sebelumnya, mereka kembali menunduk hormat pada Khanif yang masih melanjutkan acara telponannya. Pintu itu pun kembali tertutup dan mereka kambali melanjutkan perjalanan menuju ruangan di depan mata mereka.
Dalam hati, Rania masih belum melupakan kejadian memalukan tadi. Sungguh, ia tidak menyangka akan begitu bodoh didepan atasannya. Tunggu, tiba-tiba Rania berhenti berjalan dan malah senyum-senyum sendiri. Tentu saja ia tersenyum saat menyadari hal memalukan tadi bisa menjadi perisai baginya! Bukannya itu hal yang bagus juga buatnya? Mungkin dengan kesalahpahaman yang tadi bisa membuat dirinya didiskualifikasi dari calon kandidat selanjutnya.
Memikirkan bagaimana hal itu bisa saja terjadi, membuat Rania tersenyum. Ia merasa ingin terbang saja. Adakah sepasang sayap untuknya? Jika ada, tolong berikan padanya saat ini juga!
Beberapa detik berlalu. Ia kembali seperti yang sudah-sudah, Rania kembali terkejut saat Rahayu memintanya masuk ke dalam ruangan disaat dirinya, hanya berdiri mematung karena kesenangan pikiran.
"Eh, maaf bu."
"Jangan mencoba berpikir karena kecerobohanmu tadi, kamu akan langsung didiskualifikasi dari calon kandidat yang ada," tebak Rahayu membuat Rania menyinggungkan senyum terpaksa. "Masuk," lanjut Rahayu.
Rania kini duduk tepat didepan Rahayu dengan meja yang menjadi pembatas. Saat Rahayu mulai membuka suara, entah mengapa perasaan Rania mulai tidak enak. Apakah perkataan Rahayu nanti akan membawanya ke dalam kekacauan yang akan segera datang di dalam hari-harinya? Jika ya, bisakah dirinya memutar waktu, saat dirinya belum berangkat ke kantor pagi ini!
"A ... apa, bu?" tanya Rania seperti tidak mendengar perkataan Rahayu barusan. Apakah dirinya sudah tidak dapat mendengar dengan jelas perkataan orang lain?
"Mulai minggu depan, kalian bertiga akan secara bergiliran menjadi sekretaris Pak Khanif. Kamu tenang saja karena sesi percobaan ini hanya berlaku selama seminggu pada tiap kandidat yang ada."
Bibir Rania seperti kebas untuk bertanya lagi. Namun bagaimana pun, ia ingin tau siapa kandidat pertama yang akan melakukan uji coba ini.
"Ehem ... kalau boleh tau, siapa kandidat pertama yang akan menjadi sekretaris pak Khanif, bu?"
"Tentu saja ...."
To be continued.
Kira-kira siapa ya yang menjadi kandidat pertama sekretaris Khanif ?
Penasaran? Sama aku juga. Jadi, jangan lupa untuk baca bab selanjutnya ya. Oh, iya. Jangan lupa juga untuk like dan komen!
By Siska C
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
Dewi Fajar
mampir Thor..baru Nemu novel ini langsung ku baca
2024-04-26
0
fifid dwi ariani
trussehat
2023-06-05
0
ᴮᵉʳʳʸ𝙲𝙻𝙰.𝚁𝙸.𝚅𝙰
udh mampir kak☺️.. semangat ya kakak
2022-05-11
5