Bab 5. Kedekatan Mereka

Selamat malam, sesuai permintaan kalian aku up malam ini, jadi jangan lupa like dan tinggalkan komentar terbaik kalian.

Selamat membaca 😊

...***...

Dalam ketenangan senyuman itu, Khanif teringat kembali saat-saat dimana ia mengenal Rania yang terang-terangan menyatakan perasaannya padanya.

Kala itu, ia merupakan anak kelas tiga disebuah sekolah menengah atas. Ia juga merupakan ketua osis yang banyak digandrungi oleh para wanita remaja yang mengenalnya. Salah satunya adalah Rania. Rania yang saat itu berada di kelas satu dan juga merupakan anggota osis, telah menyimpan rasa pada Khanif sejak perjumpaan pertama mereka.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya seorang lelaki berbaju putih abu-abu seraya mengulurkan tangannya untuk membantu Rania berdiri karena terjatuh akibat lantai ruangan osis yang begitu licin.

"Terima kasih kak. Saya tidak apa-apa," ujar Rania - remaja seraya menerima uluran tangan Khanif yang begitu hangat.

Rania makin terpesona pada Khanif yang begitu dekat dengan dirinya. Semburat warna merah jambu pun muncul di kedua sisi pipinya yang kini juga ikut memanas. Dengan malu-malu, Rania melepaskan tangan Khanif yang telah membantunya itu.

"Lain kali hati-hati pada jam seperti ini, karena biasanya anggota osis yang lain lagi piket dan pastinya akan membersihkan ruangan ini."

"Iya kak. Terima kasih informasinya. Lain kali saya akan hati-hati," jawabnya malu-malu.

Tiba-tiba dari belakangnya muncul sosok wanita yang selalu dekat dengan Khanif, wanita itu tidak lain adalah wakil Khanif, Tasya. Rania tidak tau, remaja itu selalu saja membuat masalah dengannya padahal dirinya tidak pernah menyinggung dirinya. Hingga suatu ketika, ia memberanikan diri untuk menanyakan apa masalah Tasya padanya.

"Masalahnya?" ulang Tasya membuat Rania mengernyit heran namun tetap  mengangguk mengiyakan ucapan Tasya.

"Masalahnya yaitu, kamu selalu saja mencari perhatian Khanif. Kamu sadar diri dong. Dengan penampilanmu yang cupu kek gini, mana mau Khanif sama kamu! Itu pun mungkin Khanif menolongmu karena merasa kasihan padamu. Tapi, kamu malah menganggap hal itu sebagai balasan perasaan Khanif padamu? Sekali lagi kukatakan, kamu harus ngaca baik-baik dikamar, sebelum datang ke sekolah ini!"

Ia tau mengapa Tasya sampai mengatakan hal tidak enak itu padanya.

"Jauhi dia!" herdik Tasya sebelum meninggalkan Rania yang kian menunduk.

Ucapan Tasya pada Rania barusan, membuat Rania mulai menghindari Khanif. Namun ironisnya, semakin Rania menghindar, keadaan semakin membuat Khanif dekat padanya. Apalagi saat sekolah ingin mengadakan acara kesenian yang melibatkan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Mau tidak mau, Rania yang mendapat tugas sebagai seksi perlengkapan, harus terus berkomunikasi pada Khanif, untuk menanyakan apa-apa saja yang dibutuhkan dalam acara kesenian yang akan dilaksanakan dalam seminggu kedepan.

Meski sebenarnya bukan hanya dirinya saja yang terlalu dekat dengan Khanif saat itu. Tapi, dengan perasaannya saat itu, membuat Rania semakin tidak dapat ke lain hati lagi. Seakan hati dan matanya hanya tertuju pada Khanif seorang. Bahkan ucapan Tasya beberapa hari lalu sudah dianggapnya sebagai angin lalu.

Ya, ia sangat jelas tau mengapa Tasya sampai menyuruhnya berkaca yang dalam artiannya, ia harus membandingkan diri dengan orang lain. Tentu saja! Untuk apalagi Tasya mengatakan hal-hal itu kalau Tasya melihat wajahnya dengan pandangan jijik karena dipenuhi bentol-bentolan kecil berwarna merah pudar!

Semua orang pasti memiliki masalah tersendiri dalam dirinya. Tidak terkecuali Rania yang juga mempunyai masalah diwajah dan seleranya. Sebenarnya selera bukalah masalah yang besar bagi Rania. Hanya saja, karena keinginan yang kuat untuk mengonsumsi seafood itulah yang menjadi masalah terbesarnya. Rania bisa sampai mengatakan demikian, karena jika Rania mengonsumsi seafood, maka yang akan terkena dampaknya adalah wajah yang kian ditumbuhi jerawat merah pudar itu.

Keinginannya yang kuat untuk menikmati makanan kesukaannya malah berdampak parah padanya. Namun, ia tetap tidak bisa menghilangkan satu kebiasaannya itu.

Rania mendesah berat tatkala melihat dirinya dipantulan jendela kaca ruangan osis. "Tumbuh lagi!" Tangannya terulur pada bukit merah yang baru tumbuh diwajahnya.

Khanif yang kebetulan berada disana, melihat Rania dengan pandangan heran. Ia lalu menghampiri Rania. "Bagaimana persiapannya?"

"Kak Khanif!" Rania terlonjak kaget melihat pantulan Khanif di jendela yang sama dengannya. Rania pun Lantas berbalik belakang. "Persiapannya udah beres semua, kak. Tinggal kakak saja yang meninjaunya kembali dan melihat apakah ada yang kurang apa tidak."

Tanpa sadar, Rania masih memegang jerawatnya yang baru tumbuh semalam itu. Parahnya, rasa keheran Khanif belum juga hilang sampai Rania menurunkan tangannya diwajah.

"Oh, maaf kak," ujarnya canggung.

Khanif tersenyum menanggapi. Ia pun pergi meninggalkan Rania yang kian memendam perasaan padanya. Sebelum Khanif benar-benar hilang di lorong sekolah yang lain, Rania berlari mengejarnya. Ia baru teringat kalau ada satu hal yang belum ia sampaikan.

"Kak, kak Khanif, tunggu!" teriak Rania menggema di lorong yang ramai akan para siswa tersebut.

Para siswa yang kebetulan berada disana, melihat Rania dengan pandangan heran sekali lagi. Bagaimana tidak, Rania yang terus membawa sejumlah lemak membandel di tubuhnya kini tengah lari tergopoh-gopoh mendekati Khanif yang hampir tak terlihat lagi.

Namun, dengan pandangan aneh mereka yang ditujukan padanya, membuat Rania sudah tidak peduli lagi pada larinya yang mungkin bisa membuat sepanjang lorong itu bergetar hebat. Serta, juga sudah tidak peduli lagi pada hal lainnya. Karena ketidakpedulian itu, malah membuat Rania semakin mempercepat langkah kakinya menuju Khanif yang sudah menunggunya diujung lorong.

"Ada sesuatu yang kelupaan?" tanya Khanif memastikan.

Rania mengulurkan tangan kedepan, seperti hendak mengatakan kalau dirinya tengah menarik nafas panjang dulu. Khanif yang memang tidak terlalu terburu-buru, mengikuti kemauan Rania.

"Maaf kak," sesal Rania.

"Tidak apa." Khanif tersenyum. "Apa yang hendak kamu katakan?" lanjutnya.

"Ini kak, kata Elsa, salah satu tim penari osis tidak bisa mengikuti acara kesenian itu karena jatuh sakit."

"Kenapa tidak kamu saja yang menggantikannya."

"Tapi kak, saya ... saya ...."

"Saya tau kamu bisa. Sore nanti, datanglah ke sekolah. Nanti biar saya yang mengatakan pada mereka kalau kamu yang menggantikan anggota yang jatuh sakit itu. Kalau tidak ada lagi yang hendak kamu katakan, saya akan pergi sekarang."

"Iya kak, sudah tidak ada lagi. Terima kasih kak," ucapnya dengan senyum yang merekah, tapi sayang Khanif tidak melihatnya karena terburu-baru pergi dari hadapan Rania.

Betapa bahagianya Rania saat Khanif memberikannya kepercayaan untuk tampil menggantikan salah seorang penari dari salah satu anggota osis yang jatuh sakit. Hingga sepanjang hari itu, Rania sesekali tersenyum kecil kala kembali mengingat ucapan Khanif padanya.

Dikejauhan, seseorang ikut tersenyum melihat Rania yang begitu bahagia. Entahlah, ia juga tidak tau mengapa ia malah menyukai senyuman yang jarang Rania tampilkan itu pada orang lain. Meski jarang melihatnya tersenyum, ia sudah bersyukur dengan apa yang sudah dilihatnya. Ia pun pergi meninggalkan tempatnya semula dan berjalan menjauh dari sana.

Seperti yang oleh dikatakan Khanif pagi tadi. Sore harinya, Rania sudah berada di sekolah untuk latihan menari dengan anggota lainnya. Meski memilih berat yang berlebih, semua anggota menari tidak berkutik saat Khanif yang merekomendasikan Rania untuk menggantikan anggota osis yang jatuh sakit. Tentu, bukan karena Khanif adalah seorang ketua osis, tapi pastinya keputusan yang diambil Khanif memang merupakan keputusan yang tepat jika menimbang acara kesenian yang akan dilaksanakan kurang dari seminggu lagi.

Pilihan Khanif sudah tepat jatuh pada Rania. Lihat, bahkan belum genap tiga hari saja, Rania sudah menghapal seluruh gerak tari kreasi mereka. Semuanya juga bisa terjadi karena berkat kecerdasan dan kegigihan Rania dalam belajar. Tanpa sehari pun Rania bosan maupun lelah dalam belajar menari di sekolah. Apalagi ia kembali mengulanginya saat sudah sampai dirumah. Tentu saja tidak ada yang memungkiri hal itu bahkan Rania sendiri.

Saat Rania baru pulang dari latihan, Rania terkejut saat melihat sosok pria paruh baya yang sedang berdiri dihadapannya saat ini. Bibirnya seketika kelu untuk memanggil sosok paruh baya itu. Namun meski begitu, Rania tetap saja mengucapkannya, "papa!"

...To be continued. ...

Jangan lupa like, komen ya!

See you di bab selanjutnya.

...By Siska C ...

Terpopuler

Comments

fifid dwi ariani

fifid dwi ariani

trus sukses

2023-06-05

0

Syifa F

Syifa F

lanjut kak

2022-04-21

2

Rice Btamban

Rice Btamban

lanjutkan tks

2022-04-05

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Awal Kesulitan
2 Bab 2. Hari Pertama Rania
3 Bab 3. Atasan yang Dingin
4 Bab 4. Kekesalan Rania
5 Bab 5. Kedekatan Mereka
6 Bab 6. Kekhawatiran Papa Rudy
7 Bab 7. Ungkapan isi hati Rania
8 Bab 8. Menantu Seperti Rania
9 Bab 9. Masa lalu Rania
10 Bab 10. Masa Lalu Rania 2
11 Bab 11. Kecurigaan Rania
12 Bab 12. Menjadi Sekretaris Khanif?
13 Bab 13. Percaya Padaku
14 Bab 14. Cara Membungkam yang Baik
15 Bab 15. Ketahuan!
16 Bab 16. Cemburu yang tidak perlu
17 Bab 17. Tentang Zaky
18 Bab 18. Batasan Diantara Mereka
19 Bab 19. Perhatian Kecil Khanif
20 Bab 20. Siapa dia
21 Bab 21. Aksi Penyelamatan yang Tepat
22 Bab 22. Jangan Sungkan Padaku
23 Bab 23. Perhatian vs Kejahilan Khanif
24 Bab 24. Biar Kamu Tidak Kedinginan
25 Bab 25. Aku Cemburu?
26 Bab 26. Kekhawatiran Khanif
27 Bab 27. Aku Cemburu 2?
28 Bab 28. Kekompakan Mereka
29 Bab 29. Kegalauan Hati Khanif
30 Bab 30. Kita Berjodoh?
31 Bab 31. Pesona Khanif
32 Bab 32. Pipi yang Bersemu Merah
33 33. Kencan buta untuk Khanif
34 34. Terlalu Memanjakannya
35 Bab 35. Kapan Mereka Menikah?
36 Bab 36. Rania Cemburu?
37 Bab 37. My Bargain Woman
38 Bab 38. Khanif yang berbeda
39 Bab 39. Tidak Ingin Menjadi Sekretaris Khanif
40 Bab 40. Pangeran Dari Negeri Dongeng
41 Bab 41. Balas Dendam Alex
42 Bab 42. Operasi Hutan Pinus
43 Bab 43. Insting yang Tajam
44 Bab 44. Aksi Penyelamatan Rania
45 Bab 45. Aksi Penyelamatan Rania 2
46 Bab 46. Hubungan Reyhan dan Rania
47 Bab 47. Rania yang Berbeda
48 Bab 48. Masa kecil Rania
49 Bab 49. Masa Kecil Rania 2
50 Bab 50. Niat Awal Rania
51 Bab 51. Kepulangan Rania
52 Bab 52. Tibanya Giliran Lisa
53 Bab 53. Rencana Lisa
54 Bab 54. Motif Khanif
55 Bab 55. Pipi yang merona
56 Bab 56. Surat Cinta yang Telah Usang
57 Bab 57. Pagi yang Heboh
58 Bab 58. Kesalahan yang Fatal
59 Bab 59. Kekompakan Khanif dan Reyhan
60 Bab 60. Perjodohan Khanif
61 Bab 61. Keadaan yang Disengaja
62 Bab 62. Dinner Date
63 Bab 63. Pertemuan Dua Keluarga
64 Bab 64. Akibat Kesalahan Semalam
65 Bab 65. Kecemburuan Rania
66 Bab 66. Mencari Perhatian Khanif
67 Bab 67. Keputusan Setahun yang Lalu
68 Bab 68. Rania Dimata Khanif
69 Bab 69. Perusak Rencana
70 Bab 70. Siapa yang Cocok Dengan Khanif?
71 Bab 71. Jari-mu, Harimau-mu
72 Bab 72. Tanpa Minat
73 Bab 73. Siapa dia?
74 Bab 74. Beri Aku Sebuah Alasan
75 BAB 75. Berita Hangat Pagi Ini
76 Bab 76. Hidupku, Hidupmu.
77 Bab 77. Rasa Dari Kopi
78 Bab 78. Makan Siang Bersama
79 Bab 79. Akankah Kita Bersama?
80 Bab 80. Kesedihan Davina.
81 Bab 81. Kejutan Yang Tak Terduga
82 Bab 82. Bujuk Aku
83 Bab 83. Memata-matai Khanif
84 Bab 84. Tentang Davina
85 Bab 85. Berbicara Dengan Papa
86 Bab 86. Nonton Film
87 Bab 87. Keseriusan Zaky
88 Bab 88. Sedikit Tentang Papa
89 Bab 89. Sarapan Bersama
90 Bab 90. Perlakuan Khusus Untuk Rania
91 Bab 91. Keberuntungan Rania
92 Bab 92. Maaf, Saya Tidak Bermaksud
93 Bab 93. One More Time
94 Bab 94. Aku Baru Tau
95 Bab 95. Kenapa Harus Cemburu?
96 Bab 96. Sejak Kapan?
97 Bab 97. Terima Kasih
98 Bab 98. Harus Belajar Banyak Darinya
99 Bab 99. Kemunculan Nenek
100 100. Informasi Penting Dari Reyhan
101 101. Rutinitas Dihari Minggu
102 102. Belum Saatnya
103 103. Melamarnya
104 Bab 104. Terlihat Tidak Bersemangat
105 Bab 105. Sudah Terlambat
106 Bab 106. Perlunya Menjaga Image
107 Bab 107. Kedatangan Khanif
108 Bab 108. Selamat Tinggal
109 Bab 109. Tidak Secerah Hati Ini
110 Bab 110. Jangan Buat Aku Panik, Ok
111 Bab 111. Aku Tidak Sengaja
112 Bab 112. Mencoba Menghindarinya
113 Bab 113. Dunia Terbalik
114 Bab 114. Pemikiran Yang Keliru
115 Bab 115. Jangan Mengambil Langkah Itu
116 Bab 116. Siapa Yang Kamu Maksud
117 Bab 117. Kamu Khawatir?
118 Bab 118. Saya Tidak Akan Memaksa
119 Bab 119. Ide Buruk Atau Ide Baik?
120 Bab 120. Aku Memilihmu
121 Bab 121. Nasi Sudah Menjadi Bubur
122 Bab 122. Siapa Wanita Sok Baik?
123 Bab 123. Permintaan Maaf Saya
124 Bab 124. Harapan Baru
125 Bab 125. Berjodoh untuk saat ini saja
126 Bab 126. Saya hanya Ingin Lebih Dekat
127 Bab 127. Hubungan Mereka Memang Aneh
128 Bab 128. Kamu Salah Paham
129 Bab 129. Janji Yang Tak Sampai
130 Bab 130. Pelan-Pelan Saja
131 Bab 131. Pembicaraan Rahasia
132 Bab 132. Absurd
133 Bab 133. Absurd 2
134 Bab 134. If Only You
135 Bab 135. Impian Khanif
136 Bab 136. Punya Porsinya Masing-masing
137 Bab 137. Saatnya Belum Tepat
138 Bab 138. Panggil Aku ...
139 Bab 139. Katakan Yes!
140 Bab 140. Panggil Saya, Kakak!
141 Bab 141. Petunjuk Dari Khanif
142 Bab 142. Sehangat Hati Ini
143 Bab 143. Berlapang Dada
144 Bab 144. Mencintaimu Tanpa Batas
145 Bab 145. Keseriusan Khanif
146 Bab 146. Keseriusan Khanif 2
147 Bab 147. Gadis Incaran Khanif
148 Bab 148. Mendapatkan Restu Dari Orang Tuanya
149 Bab 149. Aku Tidak Akan Menyerah
150 Bab 150. Masa lalu kita
151 Bab 151. I'm helpless
152 Bab 152. Don't Misunderstand
153 Bab 153. Ada Yang Berbeda Dengannya
154 Bab 154. Persiapan Lokakarya
155 Bab 155. Berita Baik Apanya?
156 Bab 156. Rencana Yang Matang
157 Bab 157. Kecolongan Lagi
158 Bab 158. Emergency Couple
159 Bab 159. Kejahatan David
160 Bab 160. Maaf, Kami Membohongimu
161 Bab 161. Bagaimana Kalau Dia Meninggalkan Aku?
162 Bab 162. Tidak Bersemangat Lagi
163 Bab 163. Penyebab Khanif Sakit
164 Bab 164. Bukan Salah Kamu, Kok
165 Bab 165. Menunggu Sesuatu Hal Yang Tidak Pasti
166 Bab 166. Sekretaris Pilihan Khanif
167 Bab 167. Menjadi Sekretaris Khanif
168 Bab 168. Bidadari Bumi
169 Bab 169. Berpakaian Apapun, Tetap Juga Cantik
170 Bab 170. Hari Bersamanya
171 Bab 171. Lamaran Tak Terduga
172 Bab 172. Calon Istrinya, Aku
173 Bab 173. Rahasia Apa?
174 Bab 174. Bekerja yang Giat, Agar Liburannya Lama
175 Bab 175. Tindakan Yang Paling Jauh Sejak Mereka Bersama
176 Bab 176. Aku Tidak Menunggumu
177 Bab 177. Siapa Wanita Itu?
178 Bab 178. Perasaan Aneh Ini
179 Bab 179. Menjauh Dari Calon Suamiku!
180 Bab 180. Aku Memilihmu
181 Bab 181. Aku tidak Se-matre Itu
182 Bab 182. Kami hanya sepupu saja
183 Bab 183. Aku baik-baik saja
184 Bab 184. Hadiah Terbaik
185 Bab 185. Hari Pernikahan Mereka
186 Bab 186. Hari Pernikahan Mereka 2
187 Bab 187. Kejutan Buat Khanif
188 Bab 188. Resepsi Pernikahan
189 Bab 189. Baju Ganti Ini Sangat Terbuka
190 Bab 190. Pelukan Pertama
191 Bab 191. Rencana Liburan
192 Bab 192. Memulai Honeymoon
193 Bab 193. Rencana Malam Ini
194 Bab 194. First Night
195 Bab 195. Don't Eat Me
196 Bab 196. Kebersamaan Ini
197 Bab 197. Hadiah untuk Istri Tercinta
198 Bab 198. Cemburu Itu Perlu
199 Bab 199. Ma Chérie
200 Bab 200. The End
201 Ekstra Bab
Episodes

Updated 201 Episodes

1
Bab 1. Awal Kesulitan
2
Bab 2. Hari Pertama Rania
3
Bab 3. Atasan yang Dingin
4
Bab 4. Kekesalan Rania
5
Bab 5. Kedekatan Mereka
6
Bab 6. Kekhawatiran Papa Rudy
7
Bab 7. Ungkapan isi hati Rania
8
Bab 8. Menantu Seperti Rania
9
Bab 9. Masa lalu Rania
10
Bab 10. Masa Lalu Rania 2
11
Bab 11. Kecurigaan Rania
12
Bab 12. Menjadi Sekretaris Khanif?
13
Bab 13. Percaya Padaku
14
Bab 14. Cara Membungkam yang Baik
15
Bab 15. Ketahuan!
16
Bab 16. Cemburu yang tidak perlu
17
Bab 17. Tentang Zaky
18
Bab 18. Batasan Diantara Mereka
19
Bab 19. Perhatian Kecil Khanif
20
Bab 20. Siapa dia
21
Bab 21. Aksi Penyelamatan yang Tepat
22
Bab 22. Jangan Sungkan Padaku
23
Bab 23. Perhatian vs Kejahilan Khanif
24
Bab 24. Biar Kamu Tidak Kedinginan
25
Bab 25. Aku Cemburu?
26
Bab 26. Kekhawatiran Khanif
27
Bab 27. Aku Cemburu 2?
28
Bab 28. Kekompakan Mereka
29
Bab 29. Kegalauan Hati Khanif
30
Bab 30. Kita Berjodoh?
31
Bab 31. Pesona Khanif
32
Bab 32. Pipi yang Bersemu Merah
33
33. Kencan buta untuk Khanif
34
34. Terlalu Memanjakannya
35
Bab 35. Kapan Mereka Menikah?
36
Bab 36. Rania Cemburu?
37
Bab 37. My Bargain Woman
38
Bab 38. Khanif yang berbeda
39
Bab 39. Tidak Ingin Menjadi Sekretaris Khanif
40
Bab 40. Pangeran Dari Negeri Dongeng
41
Bab 41. Balas Dendam Alex
42
Bab 42. Operasi Hutan Pinus
43
Bab 43. Insting yang Tajam
44
Bab 44. Aksi Penyelamatan Rania
45
Bab 45. Aksi Penyelamatan Rania 2
46
Bab 46. Hubungan Reyhan dan Rania
47
Bab 47. Rania yang Berbeda
48
Bab 48. Masa kecil Rania
49
Bab 49. Masa Kecil Rania 2
50
Bab 50. Niat Awal Rania
51
Bab 51. Kepulangan Rania
52
Bab 52. Tibanya Giliran Lisa
53
Bab 53. Rencana Lisa
54
Bab 54. Motif Khanif
55
Bab 55. Pipi yang merona
56
Bab 56. Surat Cinta yang Telah Usang
57
Bab 57. Pagi yang Heboh
58
Bab 58. Kesalahan yang Fatal
59
Bab 59. Kekompakan Khanif dan Reyhan
60
Bab 60. Perjodohan Khanif
61
Bab 61. Keadaan yang Disengaja
62
Bab 62. Dinner Date
63
Bab 63. Pertemuan Dua Keluarga
64
Bab 64. Akibat Kesalahan Semalam
65
Bab 65. Kecemburuan Rania
66
Bab 66. Mencari Perhatian Khanif
67
Bab 67. Keputusan Setahun yang Lalu
68
Bab 68. Rania Dimata Khanif
69
Bab 69. Perusak Rencana
70
Bab 70. Siapa yang Cocok Dengan Khanif?
71
Bab 71. Jari-mu, Harimau-mu
72
Bab 72. Tanpa Minat
73
Bab 73. Siapa dia?
74
Bab 74. Beri Aku Sebuah Alasan
75
BAB 75. Berita Hangat Pagi Ini
76
Bab 76. Hidupku, Hidupmu.
77
Bab 77. Rasa Dari Kopi
78
Bab 78. Makan Siang Bersama
79
Bab 79. Akankah Kita Bersama?
80
Bab 80. Kesedihan Davina.
81
Bab 81. Kejutan Yang Tak Terduga
82
Bab 82. Bujuk Aku
83
Bab 83. Memata-matai Khanif
84
Bab 84. Tentang Davina
85
Bab 85. Berbicara Dengan Papa
86
Bab 86. Nonton Film
87
Bab 87. Keseriusan Zaky
88
Bab 88. Sedikit Tentang Papa
89
Bab 89. Sarapan Bersama
90
Bab 90. Perlakuan Khusus Untuk Rania
91
Bab 91. Keberuntungan Rania
92
Bab 92. Maaf, Saya Tidak Bermaksud
93
Bab 93. One More Time
94
Bab 94. Aku Baru Tau
95
Bab 95. Kenapa Harus Cemburu?
96
Bab 96. Sejak Kapan?
97
Bab 97. Terima Kasih
98
Bab 98. Harus Belajar Banyak Darinya
99
Bab 99. Kemunculan Nenek
100
100. Informasi Penting Dari Reyhan
101
101. Rutinitas Dihari Minggu
102
102. Belum Saatnya
103
103. Melamarnya
104
Bab 104. Terlihat Tidak Bersemangat
105
Bab 105. Sudah Terlambat
106
Bab 106. Perlunya Menjaga Image
107
Bab 107. Kedatangan Khanif
108
Bab 108. Selamat Tinggal
109
Bab 109. Tidak Secerah Hati Ini
110
Bab 110. Jangan Buat Aku Panik, Ok
111
Bab 111. Aku Tidak Sengaja
112
Bab 112. Mencoba Menghindarinya
113
Bab 113. Dunia Terbalik
114
Bab 114. Pemikiran Yang Keliru
115
Bab 115. Jangan Mengambil Langkah Itu
116
Bab 116. Siapa Yang Kamu Maksud
117
Bab 117. Kamu Khawatir?
118
Bab 118. Saya Tidak Akan Memaksa
119
Bab 119. Ide Buruk Atau Ide Baik?
120
Bab 120. Aku Memilihmu
121
Bab 121. Nasi Sudah Menjadi Bubur
122
Bab 122. Siapa Wanita Sok Baik?
123
Bab 123. Permintaan Maaf Saya
124
Bab 124. Harapan Baru
125
Bab 125. Berjodoh untuk saat ini saja
126
Bab 126. Saya hanya Ingin Lebih Dekat
127
Bab 127. Hubungan Mereka Memang Aneh
128
Bab 128. Kamu Salah Paham
129
Bab 129. Janji Yang Tak Sampai
130
Bab 130. Pelan-Pelan Saja
131
Bab 131. Pembicaraan Rahasia
132
Bab 132. Absurd
133
Bab 133. Absurd 2
134
Bab 134. If Only You
135
Bab 135. Impian Khanif
136
Bab 136. Punya Porsinya Masing-masing
137
Bab 137. Saatnya Belum Tepat
138
Bab 138. Panggil Aku ...
139
Bab 139. Katakan Yes!
140
Bab 140. Panggil Saya, Kakak!
141
Bab 141. Petunjuk Dari Khanif
142
Bab 142. Sehangat Hati Ini
143
Bab 143. Berlapang Dada
144
Bab 144. Mencintaimu Tanpa Batas
145
Bab 145. Keseriusan Khanif
146
Bab 146. Keseriusan Khanif 2
147
Bab 147. Gadis Incaran Khanif
148
Bab 148. Mendapatkan Restu Dari Orang Tuanya
149
Bab 149. Aku Tidak Akan Menyerah
150
Bab 150. Masa lalu kita
151
Bab 151. I'm helpless
152
Bab 152. Don't Misunderstand
153
Bab 153. Ada Yang Berbeda Dengannya
154
Bab 154. Persiapan Lokakarya
155
Bab 155. Berita Baik Apanya?
156
Bab 156. Rencana Yang Matang
157
Bab 157. Kecolongan Lagi
158
Bab 158. Emergency Couple
159
Bab 159. Kejahatan David
160
Bab 160. Maaf, Kami Membohongimu
161
Bab 161. Bagaimana Kalau Dia Meninggalkan Aku?
162
Bab 162. Tidak Bersemangat Lagi
163
Bab 163. Penyebab Khanif Sakit
164
Bab 164. Bukan Salah Kamu, Kok
165
Bab 165. Menunggu Sesuatu Hal Yang Tidak Pasti
166
Bab 166. Sekretaris Pilihan Khanif
167
Bab 167. Menjadi Sekretaris Khanif
168
Bab 168. Bidadari Bumi
169
Bab 169. Berpakaian Apapun, Tetap Juga Cantik
170
Bab 170. Hari Bersamanya
171
Bab 171. Lamaran Tak Terduga
172
Bab 172. Calon Istrinya, Aku
173
Bab 173. Rahasia Apa?
174
Bab 174. Bekerja yang Giat, Agar Liburannya Lama
175
Bab 175. Tindakan Yang Paling Jauh Sejak Mereka Bersama
176
Bab 176. Aku Tidak Menunggumu
177
Bab 177. Siapa Wanita Itu?
178
Bab 178. Perasaan Aneh Ini
179
Bab 179. Menjauh Dari Calon Suamiku!
180
Bab 180. Aku Memilihmu
181
Bab 181. Aku tidak Se-matre Itu
182
Bab 182. Kami hanya sepupu saja
183
Bab 183. Aku baik-baik saja
184
Bab 184. Hadiah Terbaik
185
Bab 185. Hari Pernikahan Mereka
186
Bab 186. Hari Pernikahan Mereka 2
187
Bab 187. Kejutan Buat Khanif
188
Bab 188. Resepsi Pernikahan
189
Bab 189. Baju Ganti Ini Sangat Terbuka
190
Bab 190. Pelukan Pertama
191
Bab 191. Rencana Liburan
192
Bab 192. Memulai Honeymoon
193
Bab 193. Rencana Malam Ini
194
Bab 194. First Night
195
Bab 195. Don't Eat Me
196
Bab 196. Kebersamaan Ini
197
Bab 197. Hadiah untuk Istri Tercinta
198
Bab 198. Cemburu Itu Perlu
199
Bab 199. Ma Chérie
200
Bab 200. The End
201
Ekstra Bab

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!