"Maaf." Tangannya terulur mengusap kepala Rania agar Rania tenang di sisinya.
Rania tersadar, ia mendongak melihat siapa yang telah memeluknya saat ini.
"Hah!" Rania terkejut saat mengetahui siapa lelaki yang tengah menenangkannya saat ini. Lalu dengan suara pelan, ia menyebut nama lelaki yang telah menolongnya ini. "Zaky."
"Hem, ada apa?" Zaky menunduk melihat Rania yang juga kini sedang melihatnya.
Tiba-tiba pipi Rania terasa panas nan memerah. Ia pun menundukkan wajahnya agar Zaky tidak melihat raut wajahnya yang telah berubah itu. Dengan tangan yang masih memegang baju Zaky dengan malu-malu, Rania mengatakan, "tidak! Aku tidak apa-apa."
"Kamu ngga takut lagi kan?" tanya Zaky memastikan.
"Iya, terima kasih karena telah datang kesini."
"Kamu mau kemana? Biar aku mengantarmu ke sana. Ayo kita masuk ke mobil ku dulu. Nanti aku menelpon bengkel langgananku untuk mengambil mobilmu disini."
"Hem, terima kasih."
"Ayo."
Rania pun mengatakan tempat tujuannya pada Zaky yang sedang melajukan mobilnya saat ini. Sesuai perkataan Zaky barusan, ia menelpon bengkel langganannya untuk mengambil mobil Rania yang mogok dipinggir jalan.
"Kamu mau kemana sampai harus keluar malam?"
"Aku mau ke rumah pak Khanif. Dia memintaku datang kerumahnya."
"Untuk apa dia memanggilmu malam-malam begini. Bukannya jam kerja kamu telah selesai." Bagai sudah mengetahui segalanya tentang Rania yang terjadi padanya baru-baru ini. Zaky bertanya pada Rania tanpa rasa sungkan.
"Entahlah, tapi tidak apa. Hal ini hanya berlangsung selama seminggu saja kok. Jadi aku tidak akan mempermasalahkannya."
Mereka pun terdiam satu sama lain. Namun tiba-tiba Rania teringat sesuatu, "tunggu, dari mana kamu mengetahui semua yang terjadi padaku."
"Oh itu, aku dokter keluarga pak Dani, ayah Khanif. Waktu itu aku berada dirumahnya saat orang kantornya datang mengabarkan tentang calon sekretaris. Sebenarnya aku tidak sengaja mendengarkannya saat melewati ruangan samping. Aku melihat Khanif berbicara dengan orang kantornya di samping rumah. Tempatnya biasa bersantai.
Aku awalnya terkejut saat mendengar namamu disebutkan dan sempat tidak percaya kalau itu kamu. Tapi melihat kamu mau kerumahnya, aku rasa tebakanku sebelumnya benar."
"Ya, aku juga tidak menyangka akan masuk ke dalam calon kandidat sekretaris lagi."
"Kamu tidak menyukainya?"
"Tidak juga, hanya saja aku lebih menyukai pekerjaanku yang sekarang."
Zaky menganggukan kepalanya tanda mengerti. Ia seperti tidak ingin membahas lebih lanjut tentang pekerjaan Rania lagi.
Sementara di rumah Khanif, ia selalu mondar-mandir menunggu kedatangan Rania. Ia begitu khawatir, takut terjadi sesuatu padanya. Baru saja ia ingin menelpon Rania saat ia melihat sebuah mobil suv berwarna putih memasuki halaman rumahnya yang luas. Ia lalu buru-buru turun ke lantai satu. Bahkan panggilan mamanya, tidak ia hiraukan karena ingin segera mencapai pintu depan.
Sesampainya disana, Ia bersedekap dada melihat Rania keluar dari mobil putih yang tadi sempat datang kerumahnya melihat kondisi papanya. Ia melihat seperti tidak menyukainya.
"Kenapa baru datang sekarang? Bukannya sudah dari tadi aku menghubungimu!"
"Mobil saya mogok di jalan pak. Untung ada Zaky yang menolong saya."
Sudah Khanif duga. Pasti mobil yang dilihatnya tadi adalah mobil Zaky yang dipakainya sehari-hari saat datang memeriksa kesehatan sang papa.
"Masuk," suruhnya.
"Saya tunggu Zaky dulu pak."
"Untuk apa kamu menunggunya, dia punya mata serta kaki dan dia lebih mengenal rumah ini daripada kamu. Masuk!"
Rania melihat Khanif kesal. Jika saja Khanif bukan atasannya, sudah dari tadi ia akan memarahinya habis-habisan. Mulai dari mengacaukan jam istirahatnya sampai membuat mobilnya mogok dijalan. Terserah apa yang ingin dikatakan Khanif padanya kalau ia mengatakan kalau khanif menjadi sebab kesialannya hari ini.
Khanif berlalu masuk diruangan kerjanya diikuti oleh Rania dibelakangnya. Baru saja Khanif menghempaskan tubuhnya dikursi kerjanya, Khanif malah menyodorkan dua buah dokumen dihadapan Rania.
"Baca ini," ujar Khanif.
"Apa ini pak?" tanya Rania tidak mengerti maksud Khanif yang memberikannya dokumen tersebut.
"Itu dokumen yang tadi kamu kerjakan. Kamu ingin membuat perusahaan saya bangkrut, ya. Untung saja saya memeriksanya terlebih dahulu sehingga saya bisa tau kecerobohan kamu."
"Apa maksud bapak?" tanya Rania tidak mengerti. Pasalnya ia telah memeriksa berulang kali isi dokumen yang ia kerjakan itu sebelum memberikannya pada Khanif.
Khanif lalu mengambil kedua dokumen itu dan membukanya pada halaman yang sama untuk memperlihatkan kesalahan Rania.
"Lihat, gara-gara satu nol ini saja, kamu hampir saja membuat perusahaanku bangkrut!"
"Tapi pak, saya tidak menambahkan satu nol-nya lagi. Saya yakin itu," katanya sungguh-sungguh.
"Dan karena keyakinanmu itu malah membuatku harus mengulanginya kembali."
Cukup, Rania sudah kesal karena tuduhan Khanif padanya. Tanpa mengatakan apa-apa lagi, ia berlalu meninggalkan Khanif yang belum selesai berbicara padanya.
Sebelum sampai dipintu keluar, Rania berbalik melihat Khanif dengan pandangan kesal lalu ia mengatakan, "i stopped!" Sambil mengacungkan jari telunjuknya pada Khanif.
Khanif tertawa lucu mendengar Rania membentaknya dengan jari telunjuknya yang lentik tengah terarah padanya. Tapi hal tersebut malah membuat Rania heran.
"Bapak meledek saya?"
"Tidak."
Rania memalingkan diri kembali menghadap pintu. Tapi, sebelum dirinya memutar knop pintu, Rania kembali berkata, "pembohong." Setelahnya, ia pun membuka pintu ruangan kerja Khanif hendak pergi dari ruangan yang membuatnya naik darah saja.
"Eh, kamu mau kemana? Saya belum selesau bicara sama kamu."
"Saya mau pulang. Ini sudah lewat dari jam kerja saya, pak!" ujar Rania tanpa berbalik seraya menekankan kata 'pak' agar Khanif sadar kalau waktu sekarang memang sudah lewat jam kerjanya.
"Kamu mau pulang dengan jalan kaki?"
Rania seketika berbalik - heran. "Bapak tidak lihat mobil putih yang tadi mengantar saya kesini? Bapak jangan coba mengancam saya, ya."
"Dia sudah ku suruh pulang," katanya santai sambil menyandarkan diri di sandaran kursi.
"Bapak kira saya percaya. Sejak kapan bapak meninggalkan tempat duduk ini sampai bapak sudah menyuruhnya pulang tanpa menungguku."
"Kamu kira ini zaman batu yang hanya perlu bertatap wajah saja baru bisa saling mengetahui kabar?" ujar Khanif sengaja memainkan ponselnya dihadapan Rania.
Tanpa sadar Rania membuka mulutnya menatap Khanif tidak percaya. Baru saja Rania ingin meneriaki Khanif, pintu dibelakangnya terbuka lebar dan memperlihatkan sesosok wanita paruh baya yang terlihat berwibawa.
"Sayang, kok tamunya ngga disuruh duduk sih!" ujar Mama Adelin belum mengetahui siapa wanita cantik yang ada dihadapannya ini.
"Dia udah mau pulang ma," ujar Khanif.
Rania yang masih membelakangi Mama Adelin, melihat Khanif dengan senyum terpaksa.
"Iya bu. Pak Khanif benar, saya baru saja mau ...." Kata-kata Rania terpotong saat ia berbalik ke belakang dan melihat wajah wanita paruh baya yang dipanggil dengan sebutan mama oleh Khanif. "Tante Adelin!" lanjutnya kurang percaya dengan apa yang dilihatnya.
Mama Adelin pun sama, ia terkejut melihat anak gadis yang pernah menolongnya dari berandal pasar tengah berada diruangan kerja anaknya.
"nak Rania, kamu kerja di kantor anak tante?"
Sebagai respon sesaat, Rania mengangguk penuh semangat pada Mama Adelin.
"Sini ikut sama tante. Pertemuan kalian juga kan sudah selesai," ajak Mama Adelin sambil menarik tangan Rania untuk mengikutinya. Sebelum Rania benar-benar menghilang dari balik pintu, Ia menoleh kebelakang sebentar pada Khanif untuk menunjukkan senyum kemenangannya.
Khanif yang menangkap senyuman Rania malah balas ikut tersenyum, karena menurutnya, Rania masih tetap terlihat seperti remaja kecil dihatinya yang akan selalu membuatnya tersenyum lucu kala ada tingkah Rania yang menggemaskan seperti saat ini.
Dalam ketenangan senyuman itu, Khanif teringat kembali saat-saat dimana ia mulai mengenal sosok Rania.
To be continued
Siapa Rania dimasa lalu Khanif, ya? Ada yang penasaran kah? Kalau ada, yuk ikuti terus cerita ini dan jangan lupa like serta komen untuk memberikan dukungan pada cerita ini.
By Siska C
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trussehat
2023-06-05
0
»𝆯⃟ ଓε»°CaCha_iC🄷a°«࿐𓆊
like, komen ☑️
2022-05-12
3
Syifa F
lanjut kak
2022-04-21
2