Bab 3. Atasan yang Dingin

Hari telah sore saat mereka pulang dari pertemuan bisnis. Selama perjalanan pulang, diantara mereka tidak ada yang membuka percakapan walaupun percakapan untuk basa-basi saja. Bayangkan waktu selama setengah jam itu tidak ada percakapan membuat Rania bosannya minta ampun. Apalagi didalam mobil itu hanya ada dirinya dan Khanif.

Untung saja Rania merasa waktu cepat berlalu saat itu. Hingga dirinya tidak terlalu memikirkannya setelah mereka sampai di tempat parkiran mobil di kantor.

"Rania," panggil Khanif pelan setelah mereka berada didepan lift khususnya.

Rania menoleh disamping dan menjawab panggilan Khanif yang hampir tidak terdengar di telinganya.

"Iya pak."

"Mulai saat ini, kamu bisa menggunakan lift khusus ini untuk ke lantai duapuluh satu. 1122 adalah

Kode perintahnya."

"Baik pak."

Mereka pun sama-sama masuk kedalam lift kaca itu. Dari dalam sana, mereka bisa melihat segala macam aktifitas dari lantai terendah hingga menuju lantai tertinggi. Rania merasa heran saat setiap karyawan yang melihatnya berada disatu lift yang sama dengan Khanif seperti melihatnya dengan pandangan tidak percaya. Jujur, ia tidak tau apa maksud dari mereka memandangnya dengan pandangan seperti itu. Ia juga tidak ingin bertanya pada Khanif untuk saat ini.

Namun Khanif yang memang memiliki kepekaan yang tinggi, langsung saja berkata, "jangan heran mereka memandangmu seperti itu karena kamu termaksud orang yang beruntung bisa menggunakan lift khusus ini."

Rania menganggukan kepalanya tanda percaya. Pasalnya, ia hanya pernah melihat kalau selain dari orang tua Khanif dan Rendi sahabat Khanif, tidak ada lagi yang pernah memakai lift kaca ini. Bahkan sekretaris sebelumnya, belum pernah menggunakan lift ini selama dirinya berkerja di kantor Khanif.

Tidak tunggu lama disana, akhirnya mereka telah sampai di lantai yang terkesan sepi itu. Khanif pun melangkah lebih awal menuju ruangannya. Belum juga Khanif memutar knop pintu, ia kembali berbalik ke arah Rania yang sudah hampir duduk di kursi kerjanya.

"Rania," panggil Khanif.

"Iya pak."

"Segera datang ke ruangan saya, setelah kamu menyimpan tasmu," ujar Khanif sebelum menghilang dari balik pintu.

Rania mendesah, ia mengira Khanif akan memberikannya waktu jeda walau sedikit untuk beristirahat. Ternyata dugaannya salah. Rania pun menaruh tasnya dan bergegas masuk ke dalam ruangan Khanif tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Pak," panggil Rania saat melihat Khanif yang tengah memandang keluar dari balik kaca ruangannya.

Khanif berbalik dan menyuruh Rania duduk. Ia membuka lacinya, lalu memberikan Rania sebuah flashdisk.

"Isi flashdisk ini adalah rencana kerja perusahaan selama setahun yang akan datang. Lihat isinya dan pelajari, setelah itu buat kontrak kerja sama dengan klien tadi. Hari ini sudah harus selesai."

"Pak, apa tidak sebaiknya saya mempelajarinya dulu," ujar Rania.

"Bukannya kamu sudah mencatat tadi, hal-hal penting apa yang dibutuhkan dalam kontraknya? Saya kira kamu cukup mampu menyelesaikannya dalam waktu singkat." Khanif melihat Rania dengan pandangan tidak ingin dibantah. "Saya tunggu hari ini juga," lanjutnya kemudian mengakhiri pembicaraan mereka.

Rania lalu keluar dari ruangan Khanif tanpa mengatakan apapun. Tentu saja, apa yang ingin dikatakannya lagi, kalau kata-katanya yang belum terucap sudah di blokir duluan oleh atasannya itu. Rania sampai tak habis berpikir, ternyata ini salah satu sifat Khanif yang baru diketahuinya - tidak ingin mendengar alasan apapun.

Sesampainya Rania dimeja kerjanya, Rania tanpa sadar memijit pelipisnya yang kini terasa sakit. Ia lalu mencolok flashdisk dan mulai mencari bahan apa yang ia butuhkan untuk membuat kontrak kerja sama seperti keinginan Khanif.

Beberapa jam telah berlalu, ia bersyukur karena dapat menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu sebelum jam pulang kerja berakhir. Jadi saat ini, ia kembali berdiri didepan ruangan Khanif untuk memberikan dokumen kerja sama mereka dengan pihak perushaan lain yang tadi mereka temui bersama.

"Ini dokumen yang bapak minta."

"Taruh saja disitu," ujar Khanif tanpa melihat Rania.

"Kalau begitu saya permisi pak."

"Hem, kamu bisa pulang sekarang."

"Terima kasih."

Sebuah senyuman terbit diwajah Rania setelah ia keluar dari ruangan Khanif. Inilah yang ia anggap 'usaha tidak akan menghianati hasil' Lihat, tadi dirinya sangat sibuk sampai ia tidak pernah menyentuh ponselnya walau sedetik pun dan sekarang ia bahkan leluasa mengecek notif ponselnya sambil berjalan ke arah lift kaca.

Dengan semangat yang menggebu, ia menekan angka satu dan dua sebanyak dua kali yang membuat lift impian semua karyawan terbuka lebar untuknya. Ia pun melangkahkan kakinya masuk ke dalam lift yang akan membawanya ke lantai satu perusahaan.

Saat dirinya baru saja keluar dari lift, semua mata memandang padanya. Seakan dirinya adalah selebritis yang baru kelihatan setelah sekian lama menghilang. Dalam pandangan itu, Rania bisa menebak pandangan apa saja yang diberikan padanya. Ada pandangan penuh kekaguman, apa pandangan tidak menyangka dan bahkan pandangan iri pun tidak luput dari penglihatan beberapa teman kerja wanita padanya. Rania tidak memusingkan hal tersebut karena dirinya ingin cepat segera sampai dirumahnya.

Jarak antara kantor dan rumah tidaklah terlalu memakan waktu yang lama, sehingga Rania bisa sampai dirumahnya dengan cepat.

Sesampainya Rania dirumahnya, Rania bergegas masuk ke dalam kamar untuk membersihkan diri. Baru setelahnya, ia merebahkan diri ditempat tidurnya yang empuk.

Jujur saja, ia sudah lelah sekali setelah mereka pulang dari pertemuan teman bisnis. Rania mendesah panjang tatkala mengingat kerjaannya dihari pertama. Bagaimana tidak, setelah mereka pulang dari pertemuan bisnis, Khanif menyuruhnya untuk membuat kontrak kerja antara dua perusahan sesampainya mereka di kantor. Padahal, kontrak kerja itu akan ditanda tangani dua minggu kemudian.

Ya, Rania tau memang hal itu adalah tugasnya. Namun, apakah hal tersebut tidak bisa ditunda walau barang sehari saja? Untung saja fisik Rania sangatlah baik. Kalau tidak, entahlah apa yang akan terjadi padanya dengan pekerjaan yang lumayan menguras tenaga dan pikiran itu.

Saat Rania baru saja mau memejamkan matanya, ponsel yang ia letakkan di meja kecil samping tempat tidurnya berdering. Mau tidak mau Rania beringsut dan mengambil ponselnya itu.

"Huft, pak Khanif mau apa lagi sih," ujarnya setelah melihat nama yang tertera di layar ponselnya.

Ia pun menggeser layar yang berwarna hijau ke arah kanan, lalu menempelkan ponselnya ditelinga. "Iya, pak."

"Rania, segera datang ke rumah saya!"

Rania melongo saat mendengar Khanif berbicara dengan nada perintah seperti itu. Ia heran bin pusing saat tau jam tidurnya masih harus terganggu dengan deringan ponsel yang barusan terdengar. Dengan waktu yang sudah lewat jam kantor, ia masih harus mengikuti kemauan dari atasan langsung-nya selama seminggu? Apakah atasannya waras?

"Bapak waras ya? Pak, ini sudah bukan jam kerja saya lagi. Bapak menganggu  waktu tidur saya, tau!"

Rania hendak mengatakan hal itu pada Khanif agar Khanif mengerti perasaanya yang ingin segera beristirahat. Tapi, semua hanya khayalan saat dirinya bergegas berganti pakaian untuk pergi ke rumah Khanif.

Biarlah ia menderita selama seminggu ini karena ia meyakinkan dirinya kalau ia tidak akan diterima sebagai pengganti sekretaris yang telah mengundurkan diri itu. Memikirkannya saja membuat Rania tersenyum senang.

Ia lalu menyambar kunci mobil papanya yang tergantung digantungkan dekat tv.

"Ma, Rania pakai mobil sebentar, ya."

"Mau kemana sayang," tanya Mama Dahlia.

"Rania mau kerumah atasan Rania, ma."

Mama mengangguk. "Hati-hati dijalan dan jangan pulang kemalaman."

"Iya ma." Rania pun pergi ke rumah Khanif dengan mengendarai mobil papanya.

Diperjalanan, tiba-tiba mobil yang dikendarainya mogok di jalanan. Untung saja ia segera meminggirkannya sebelum mobil itu benar-benar tidak bisa melaju lagi.

Rania takut. Ia sendirian dijalan yang mulai sepi ini. Ia lalu mengambil ponselnya hendak menghubungi seseorang yang dapat menolongnya. Saat dirinya ingin mendial nomor sang papa, sebuah panggilan masuk ke dalam ponselnya.

Ia seketika mengangkatnya dan menangis sejadi-jadinya tanpa melihat lebih jauh siapa orang yang telah menelponnya itu.

"Aaa ... tolong saya. Mobil saya mogok di jalanan," kata Rania membuat seseorang diujung sana terlonjak kaget.

"Kamu berada dijalan mana?"

Rania menyeka air matanya. Walau masih sesegukan ia tetap mengatakan tempatnya berada saat ini.

"Jangan keluar dari mobil. Tunggu saya disana."

Perasaan Rania makin gusar saat ia merasa waktu berjalan kian lambat. Bahkan karena ketakutannya, ia menenggelamkan wajahnya di stir mobil menunggu seseorang datang menjemputnya.

Beberapa menit telah berlalu. Ia terlonjak kaget saat tiba-tiba ia mendengar ada sebuah ketukan di kaca mobilnya. Perlahan ia menoleh, mengangkat wajahnya untuk melihat siapakah yang telah membuatnya semakin ketakutan.

"Ini saya, Rania."

Rania seketika tersenyum haru. Ia lalu bergegas keluar dari mobilnya dan tanpa ia duga, ia tertarik ke dalam pelukan orang yang menolongnya.

"Maaf sudah membuatmu ketakutan."

"Kenapa kamu lama sekali datangnya. A ... aku hampir saja mati ketakutan," ujarnya tanpa bersikap sopan lagi.

"Maaf." Tangannya terulur mengusap kepala Rania agar Rania tenang di sisinya.

Rania tersadar, ia mendongak melihat siapa yang telah memeluknya saat ini.

"Hah!"

To be continued.

Hayo ada yang bisa tebak siapa yang menolong Rania?

Tinggalkan jejak - like dan komentarnya, ya!

By Siska C

Terpopuler

Comments

fifid dwi ariani

fifid dwi ariani

trus semangat

2023-06-05

0

Syifa F

Syifa F

lanjut lagi kak

2022-04-19

2

Syifa F

Syifa F

lanjut lagi

2022-04-15

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Awal Kesulitan
2 Bab 2. Hari Pertama Rania
3 Bab 3. Atasan yang Dingin
4 Bab 4. Kekesalan Rania
5 Bab 5. Kedekatan Mereka
6 Bab 6. Kekhawatiran Papa Rudy
7 Bab 7. Ungkapan isi hati Rania
8 Bab 8. Menantu Seperti Rania
9 Bab 9. Masa lalu Rania
10 Bab 10. Masa Lalu Rania 2
11 Bab 11. Kecurigaan Rania
12 Bab 12. Menjadi Sekretaris Khanif?
13 Bab 13. Percaya Padaku
14 Bab 14. Cara Membungkam yang Baik
15 Bab 15. Ketahuan!
16 Bab 16. Cemburu yang tidak perlu
17 Bab 17. Tentang Zaky
18 Bab 18. Batasan Diantara Mereka
19 Bab 19. Perhatian Kecil Khanif
20 Bab 20. Siapa dia
21 Bab 21. Aksi Penyelamatan yang Tepat
22 Bab 22. Jangan Sungkan Padaku
23 Bab 23. Perhatian vs Kejahilan Khanif
24 Bab 24. Biar Kamu Tidak Kedinginan
25 Bab 25. Aku Cemburu?
26 Bab 26. Kekhawatiran Khanif
27 Bab 27. Aku Cemburu 2?
28 Bab 28. Kekompakan Mereka
29 Bab 29. Kegalauan Hati Khanif
30 Bab 30. Kita Berjodoh?
31 Bab 31. Pesona Khanif
32 Bab 32. Pipi yang Bersemu Merah
33 33. Kencan buta untuk Khanif
34 34. Terlalu Memanjakannya
35 Bab 35. Kapan Mereka Menikah?
36 Bab 36. Rania Cemburu?
37 Bab 37. My Bargain Woman
38 Bab 38. Khanif yang berbeda
39 Bab 39. Tidak Ingin Menjadi Sekretaris Khanif
40 Bab 40. Pangeran Dari Negeri Dongeng
41 Bab 41. Balas Dendam Alex
42 Bab 42. Operasi Hutan Pinus
43 Bab 43. Insting yang Tajam
44 Bab 44. Aksi Penyelamatan Rania
45 Bab 45. Aksi Penyelamatan Rania 2
46 Bab 46. Hubungan Reyhan dan Rania
47 Bab 47. Rania yang Berbeda
48 Bab 48. Masa kecil Rania
49 Bab 49. Masa Kecil Rania 2
50 Bab 50. Niat Awal Rania
51 Bab 51. Kepulangan Rania
52 Bab 52. Tibanya Giliran Lisa
53 Bab 53. Rencana Lisa
54 Bab 54. Motif Khanif
55 Bab 55. Pipi yang merona
56 Bab 56. Surat Cinta yang Telah Usang
57 Bab 57. Pagi yang Heboh
58 Bab 58. Kesalahan yang Fatal
59 Bab 59. Kekompakan Khanif dan Reyhan
60 Bab 60. Perjodohan Khanif
61 Bab 61. Keadaan yang Disengaja
62 Bab 62. Dinner Date
63 Bab 63. Pertemuan Dua Keluarga
64 Bab 64. Akibat Kesalahan Semalam
65 Bab 65. Kecemburuan Rania
66 Bab 66. Mencari Perhatian Khanif
67 Bab 67. Keputusan Setahun yang Lalu
68 Bab 68. Rania Dimata Khanif
69 Bab 69. Perusak Rencana
70 Bab 70. Siapa yang Cocok Dengan Khanif?
71 Bab 71. Jari-mu, Harimau-mu
72 Bab 72. Tanpa Minat
73 Bab 73. Siapa dia?
74 Bab 74. Beri Aku Sebuah Alasan
75 BAB 75. Berita Hangat Pagi Ini
76 Bab 76. Hidupku, Hidupmu.
77 Bab 77. Rasa Dari Kopi
78 Bab 78. Makan Siang Bersama
79 Bab 79. Akankah Kita Bersama?
80 Bab 80. Kesedihan Davina.
81 Bab 81. Kejutan Yang Tak Terduga
82 Bab 82. Bujuk Aku
83 Bab 83. Memata-matai Khanif
84 Bab 84. Tentang Davina
85 Bab 85. Berbicara Dengan Papa
86 Bab 86. Nonton Film
87 Bab 87. Keseriusan Zaky
88 Bab 88. Sedikit Tentang Papa
89 Bab 89. Sarapan Bersama
90 Bab 90. Perlakuan Khusus Untuk Rania
91 Bab 91. Keberuntungan Rania
92 Bab 92. Maaf, Saya Tidak Bermaksud
93 Bab 93. One More Time
94 Bab 94. Aku Baru Tau
95 Bab 95. Kenapa Harus Cemburu?
96 Bab 96. Sejak Kapan?
97 Bab 97. Terima Kasih
98 Bab 98. Harus Belajar Banyak Darinya
99 Bab 99. Kemunculan Nenek
100 100. Informasi Penting Dari Reyhan
101 101. Rutinitas Dihari Minggu
102 102. Belum Saatnya
103 103. Melamarnya
104 Bab 104. Terlihat Tidak Bersemangat
105 Bab 105. Sudah Terlambat
106 Bab 106. Perlunya Menjaga Image
107 Bab 107. Kedatangan Khanif
108 Bab 108. Selamat Tinggal
109 Bab 109. Tidak Secerah Hati Ini
110 Bab 110. Jangan Buat Aku Panik, Ok
111 Bab 111. Aku Tidak Sengaja
112 Bab 112. Mencoba Menghindarinya
113 Bab 113. Dunia Terbalik
114 Bab 114. Pemikiran Yang Keliru
115 Bab 115. Jangan Mengambil Langkah Itu
116 Bab 116. Siapa Yang Kamu Maksud
117 Bab 117. Kamu Khawatir?
118 Bab 118. Saya Tidak Akan Memaksa
119 Bab 119. Ide Buruk Atau Ide Baik?
120 Bab 120. Aku Memilihmu
121 Bab 121. Nasi Sudah Menjadi Bubur
122 Bab 122. Siapa Wanita Sok Baik?
123 Bab 123. Permintaan Maaf Saya
124 Bab 124. Harapan Baru
125 Bab 125. Berjodoh untuk saat ini saja
126 Bab 126. Saya hanya Ingin Lebih Dekat
127 Bab 127. Hubungan Mereka Memang Aneh
128 Bab 128. Kamu Salah Paham
129 Bab 129. Janji Yang Tak Sampai
130 Bab 130. Pelan-Pelan Saja
131 Bab 131. Pembicaraan Rahasia
132 Bab 132. Absurd
133 Bab 133. Absurd 2
134 Bab 134. If Only You
135 Bab 135. Impian Khanif
136 Bab 136. Punya Porsinya Masing-masing
137 Bab 137. Saatnya Belum Tepat
138 Bab 138. Panggil Aku ...
139 Bab 139. Katakan Yes!
140 Bab 140. Panggil Saya, Kakak!
141 Bab 141. Petunjuk Dari Khanif
142 Bab 142. Sehangat Hati Ini
143 Bab 143. Berlapang Dada
144 Bab 144. Mencintaimu Tanpa Batas
145 Bab 145. Keseriusan Khanif
146 Bab 146. Keseriusan Khanif 2
147 Bab 147. Gadis Incaran Khanif
148 Bab 148. Mendapatkan Restu Dari Orang Tuanya
149 Bab 149. Aku Tidak Akan Menyerah
150 Bab 150. Masa lalu kita
151 Bab 151. I'm helpless
152 Bab 152. Don't Misunderstand
153 Bab 153. Ada Yang Berbeda Dengannya
154 Bab 154. Persiapan Lokakarya
155 Bab 155. Berita Baik Apanya?
156 Bab 156. Rencana Yang Matang
157 Bab 157. Kecolongan Lagi
158 Bab 158. Emergency Couple
159 Bab 159. Kejahatan David
160 Bab 160. Maaf, Kami Membohongimu
161 Bab 161. Bagaimana Kalau Dia Meninggalkan Aku?
162 Bab 162. Tidak Bersemangat Lagi
163 Bab 163. Penyebab Khanif Sakit
164 Bab 164. Bukan Salah Kamu, Kok
165 Bab 165. Menunggu Sesuatu Hal Yang Tidak Pasti
166 Bab 166. Sekretaris Pilihan Khanif
167 Bab 167. Menjadi Sekretaris Khanif
168 Bab 168. Bidadari Bumi
169 Bab 169. Berpakaian Apapun, Tetap Juga Cantik
170 Bab 170. Hari Bersamanya
171 Bab 171. Lamaran Tak Terduga
172 Bab 172. Calon Istrinya, Aku
173 Bab 173. Rahasia Apa?
174 Bab 174. Bekerja yang Giat, Agar Liburannya Lama
175 Bab 175. Tindakan Yang Paling Jauh Sejak Mereka Bersama
176 Bab 176. Aku Tidak Menunggumu
177 Bab 177. Siapa Wanita Itu?
178 Bab 178. Perasaan Aneh Ini
179 Bab 179. Menjauh Dari Calon Suamiku!
180 Bab 180. Aku Memilihmu
181 Bab 181. Aku tidak Se-matre Itu
182 Bab 182. Kami hanya sepupu saja
183 Bab 183. Aku baik-baik saja
184 Bab 184. Hadiah Terbaik
185 Bab 185. Hari Pernikahan Mereka
186 Bab 186. Hari Pernikahan Mereka 2
187 Bab 187. Kejutan Buat Khanif
188 Bab 188. Resepsi Pernikahan
189 Bab 189. Baju Ganti Ini Sangat Terbuka
190 Bab 190. Pelukan Pertama
191 Bab 191. Rencana Liburan
192 Bab 192. Memulai Honeymoon
193 Bab 193. Rencana Malam Ini
194 Bab 194. First Night
195 Bab 195. Don't Eat Me
196 Bab 196. Kebersamaan Ini
197 Bab 197. Hadiah untuk Istri Tercinta
198 Bab 198. Cemburu Itu Perlu
199 Bab 199. Ma Chérie
200 Bab 200. The End
201 Ekstra Bab
Episodes

Updated 201 Episodes

1
Bab 1. Awal Kesulitan
2
Bab 2. Hari Pertama Rania
3
Bab 3. Atasan yang Dingin
4
Bab 4. Kekesalan Rania
5
Bab 5. Kedekatan Mereka
6
Bab 6. Kekhawatiran Papa Rudy
7
Bab 7. Ungkapan isi hati Rania
8
Bab 8. Menantu Seperti Rania
9
Bab 9. Masa lalu Rania
10
Bab 10. Masa Lalu Rania 2
11
Bab 11. Kecurigaan Rania
12
Bab 12. Menjadi Sekretaris Khanif?
13
Bab 13. Percaya Padaku
14
Bab 14. Cara Membungkam yang Baik
15
Bab 15. Ketahuan!
16
Bab 16. Cemburu yang tidak perlu
17
Bab 17. Tentang Zaky
18
Bab 18. Batasan Diantara Mereka
19
Bab 19. Perhatian Kecil Khanif
20
Bab 20. Siapa dia
21
Bab 21. Aksi Penyelamatan yang Tepat
22
Bab 22. Jangan Sungkan Padaku
23
Bab 23. Perhatian vs Kejahilan Khanif
24
Bab 24. Biar Kamu Tidak Kedinginan
25
Bab 25. Aku Cemburu?
26
Bab 26. Kekhawatiran Khanif
27
Bab 27. Aku Cemburu 2?
28
Bab 28. Kekompakan Mereka
29
Bab 29. Kegalauan Hati Khanif
30
Bab 30. Kita Berjodoh?
31
Bab 31. Pesona Khanif
32
Bab 32. Pipi yang Bersemu Merah
33
33. Kencan buta untuk Khanif
34
34. Terlalu Memanjakannya
35
Bab 35. Kapan Mereka Menikah?
36
Bab 36. Rania Cemburu?
37
Bab 37. My Bargain Woman
38
Bab 38. Khanif yang berbeda
39
Bab 39. Tidak Ingin Menjadi Sekretaris Khanif
40
Bab 40. Pangeran Dari Negeri Dongeng
41
Bab 41. Balas Dendam Alex
42
Bab 42. Operasi Hutan Pinus
43
Bab 43. Insting yang Tajam
44
Bab 44. Aksi Penyelamatan Rania
45
Bab 45. Aksi Penyelamatan Rania 2
46
Bab 46. Hubungan Reyhan dan Rania
47
Bab 47. Rania yang Berbeda
48
Bab 48. Masa kecil Rania
49
Bab 49. Masa Kecil Rania 2
50
Bab 50. Niat Awal Rania
51
Bab 51. Kepulangan Rania
52
Bab 52. Tibanya Giliran Lisa
53
Bab 53. Rencana Lisa
54
Bab 54. Motif Khanif
55
Bab 55. Pipi yang merona
56
Bab 56. Surat Cinta yang Telah Usang
57
Bab 57. Pagi yang Heboh
58
Bab 58. Kesalahan yang Fatal
59
Bab 59. Kekompakan Khanif dan Reyhan
60
Bab 60. Perjodohan Khanif
61
Bab 61. Keadaan yang Disengaja
62
Bab 62. Dinner Date
63
Bab 63. Pertemuan Dua Keluarga
64
Bab 64. Akibat Kesalahan Semalam
65
Bab 65. Kecemburuan Rania
66
Bab 66. Mencari Perhatian Khanif
67
Bab 67. Keputusan Setahun yang Lalu
68
Bab 68. Rania Dimata Khanif
69
Bab 69. Perusak Rencana
70
Bab 70. Siapa yang Cocok Dengan Khanif?
71
Bab 71. Jari-mu, Harimau-mu
72
Bab 72. Tanpa Minat
73
Bab 73. Siapa dia?
74
Bab 74. Beri Aku Sebuah Alasan
75
BAB 75. Berita Hangat Pagi Ini
76
Bab 76. Hidupku, Hidupmu.
77
Bab 77. Rasa Dari Kopi
78
Bab 78. Makan Siang Bersama
79
Bab 79. Akankah Kita Bersama?
80
Bab 80. Kesedihan Davina.
81
Bab 81. Kejutan Yang Tak Terduga
82
Bab 82. Bujuk Aku
83
Bab 83. Memata-matai Khanif
84
Bab 84. Tentang Davina
85
Bab 85. Berbicara Dengan Papa
86
Bab 86. Nonton Film
87
Bab 87. Keseriusan Zaky
88
Bab 88. Sedikit Tentang Papa
89
Bab 89. Sarapan Bersama
90
Bab 90. Perlakuan Khusus Untuk Rania
91
Bab 91. Keberuntungan Rania
92
Bab 92. Maaf, Saya Tidak Bermaksud
93
Bab 93. One More Time
94
Bab 94. Aku Baru Tau
95
Bab 95. Kenapa Harus Cemburu?
96
Bab 96. Sejak Kapan?
97
Bab 97. Terima Kasih
98
Bab 98. Harus Belajar Banyak Darinya
99
Bab 99. Kemunculan Nenek
100
100. Informasi Penting Dari Reyhan
101
101. Rutinitas Dihari Minggu
102
102. Belum Saatnya
103
103. Melamarnya
104
Bab 104. Terlihat Tidak Bersemangat
105
Bab 105. Sudah Terlambat
106
Bab 106. Perlunya Menjaga Image
107
Bab 107. Kedatangan Khanif
108
Bab 108. Selamat Tinggal
109
Bab 109. Tidak Secerah Hati Ini
110
Bab 110. Jangan Buat Aku Panik, Ok
111
Bab 111. Aku Tidak Sengaja
112
Bab 112. Mencoba Menghindarinya
113
Bab 113. Dunia Terbalik
114
Bab 114. Pemikiran Yang Keliru
115
Bab 115. Jangan Mengambil Langkah Itu
116
Bab 116. Siapa Yang Kamu Maksud
117
Bab 117. Kamu Khawatir?
118
Bab 118. Saya Tidak Akan Memaksa
119
Bab 119. Ide Buruk Atau Ide Baik?
120
Bab 120. Aku Memilihmu
121
Bab 121. Nasi Sudah Menjadi Bubur
122
Bab 122. Siapa Wanita Sok Baik?
123
Bab 123. Permintaan Maaf Saya
124
Bab 124. Harapan Baru
125
Bab 125. Berjodoh untuk saat ini saja
126
Bab 126. Saya hanya Ingin Lebih Dekat
127
Bab 127. Hubungan Mereka Memang Aneh
128
Bab 128. Kamu Salah Paham
129
Bab 129. Janji Yang Tak Sampai
130
Bab 130. Pelan-Pelan Saja
131
Bab 131. Pembicaraan Rahasia
132
Bab 132. Absurd
133
Bab 133. Absurd 2
134
Bab 134. If Only You
135
Bab 135. Impian Khanif
136
Bab 136. Punya Porsinya Masing-masing
137
Bab 137. Saatnya Belum Tepat
138
Bab 138. Panggil Aku ...
139
Bab 139. Katakan Yes!
140
Bab 140. Panggil Saya, Kakak!
141
Bab 141. Petunjuk Dari Khanif
142
Bab 142. Sehangat Hati Ini
143
Bab 143. Berlapang Dada
144
Bab 144. Mencintaimu Tanpa Batas
145
Bab 145. Keseriusan Khanif
146
Bab 146. Keseriusan Khanif 2
147
Bab 147. Gadis Incaran Khanif
148
Bab 148. Mendapatkan Restu Dari Orang Tuanya
149
Bab 149. Aku Tidak Akan Menyerah
150
Bab 150. Masa lalu kita
151
Bab 151. I'm helpless
152
Bab 152. Don't Misunderstand
153
Bab 153. Ada Yang Berbeda Dengannya
154
Bab 154. Persiapan Lokakarya
155
Bab 155. Berita Baik Apanya?
156
Bab 156. Rencana Yang Matang
157
Bab 157. Kecolongan Lagi
158
Bab 158. Emergency Couple
159
Bab 159. Kejahatan David
160
Bab 160. Maaf, Kami Membohongimu
161
Bab 161. Bagaimana Kalau Dia Meninggalkan Aku?
162
Bab 162. Tidak Bersemangat Lagi
163
Bab 163. Penyebab Khanif Sakit
164
Bab 164. Bukan Salah Kamu, Kok
165
Bab 165. Menunggu Sesuatu Hal Yang Tidak Pasti
166
Bab 166. Sekretaris Pilihan Khanif
167
Bab 167. Menjadi Sekretaris Khanif
168
Bab 168. Bidadari Bumi
169
Bab 169. Berpakaian Apapun, Tetap Juga Cantik
170
Bab 170. Hari Bersamanya
171
Bab 171. Lamaran Tak Terduga
172
Bab 172. Calon Istrinya, Aku
173
Bab 173. Rahasia Apa?
174
Bab 174. Bekerja yang Giat, Agar Liburannya Lama
175
Bab 175. Tindakan Yang Paling Jauh Sejak Mereka Bersama
176
Bab 176. Aku Tidak Menunggumu
177
Bab 177. Siapa Wanita Itu?
178
Bab 178. Perasaan Aneh Ini
179
Bab 179. Menjauh Dari Calon Suamiku!
180
Bab 180. Aku Memilihmu
181
Bab 181. Aku tidak Se-matre Itu
182
Bab 182. Kami hanya sepupu saja
183
Bab 183. Aku baik-baik saja
184
Bab 184. Hadiah Terbaik
185
Bab 185. Hari Pernikahan Mereka
186
Bab 186. Hari Pernikahan Mereka 2
187
Bab 187. Kejutan Buat Khanif
188
Bab 188. Resepsi Pernikahan
189
Bab 189. Baju Ganti Ini Sangat Terbuka
190
Bab 190. Pelukan Pertama
191
Bab 191. Rencana Liburan
192
Bab 192. Memulai Honeymoon
193
Bab 193. Rencana Malam Ini
194
Bab 194. First Night
195
Bab 195. Don't Eat Me
196
Bab 196. Kebersamaan Ini
197
Bab 197. Hadiah untuk Istri Tercinta
198
Bab 198. Cemburu Itu Perlu
199
Bab 199. Ma Chérie
200
Bab 200. The End
201
Ekstra Bab

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!