Dia Imamku !
Adinda putri malindo
Seorang gadis lulusan terbaik di Oxford University, jauh berbeda dengan gadis lugu yang dikenal oleh abi dan umminya. Karna pengaruh pergaulan bebas di negara sana, Adinda merubah style pakaiannya dan mengesampingkan syariat agama yang di anutnya. Dia merupakan anak tunggal yang menjadi harapan satu - satunya oleh ummi dan abinya. Namun, apa dikata hanya dunia saja yang bisa ia capai, tidak dengan akhirat. Sekarang dia menjabat sebagai CEO di perusahaan besar "Malindo grup" perusahaan milik abinya yang berpusat di Kota Jakarta. Jabatan itu dipercaya pada Adinda karna abinya harus mengurus ibu Adinda yang harus cuci darah 2 kali seminggu karna gagal ginjal.
Hamzah ismail putra, merupakan pewaris tunggal perusahaan Putra. Namun, dia kurang tertarik dengan dunia bisnis. Karna, menghargai Ayah dan Ibunya Hamzah mau mengelola perusahaan, dibimbing oleh ayahnya sendiri dan meninggalkan pesantren yang ia bangun pada temannya Sakhi.
Adinda yang tengah sibuk meneliti berkas, tiba tiba terperanjat mendengar dentingan suara ponsel, yang menelusup melalui celah telinganya.
Dert dert dert
"Huh, mengganggu pekerjaan ku saja." ujar Adinda sambil meraih ponselnya. Ia pun menatap layar ponselnya, membaca nama yang tertera pada layar ponselnya.
"Abi maaf kan anakmu ini, Bi." gumam Adinda sambil mengangkat telponnya.
"Assalamualaikum Din." ujar Abi.
"Waalaikumsalam Bi." ujarnya
"Ada apa Abi menelpon? apa ummi baik baik saja bi?" timpalny lagi.
"Segeralah kerumah sakit nak !, ummi mu merengek ingin bertemu denganmu."
"Kenapa ummi bisa begitu Abi?" tanya Adinda lagi.
"Abi juga tidak tau, Nak! cepatlah kemari ya, Nak! Abi sudah dipanggil ummimu, sudah dulu ya, Nak. Assalamualaikum." ujar abi
" Baiklah abi aku akan kesana sekarang, walaikumsalam."
Mereka pun mengakhiri panggilannya masing-masing, Adinda pun menyimpan telpon pribadinya. Kemudian, meraih gangang telepon kantor dan menelpon sekretarisnya untuk memberikan perintah. Tak lama mereka pun terhubung.
"Hallo Billy bereskan berkasku! aku akan kerumah sakit!" ujar Ceo muda itu.
"Baik, Nona muda." ujar sekretaris tersebut.
Adinda memang terkenal dingin, enggan memberikan salam atau tersenyum kepada orang lain, kecuali abi dan umminya. Karna, litulah, terlihat jelas ketegasan dan kewibawaannya walaupun dalam balutan kefeminiman wanita. Adinda berjalan ke arah knop pintu dan membukannya, ia berjalan ke arah lift untuk turun menuju loby. Kemudian, langsung masuk ke mobilnya dan melajukan kendaraannya, membelah jalanan jakarta menuju rumah sakit.
"Abi apakah Adinda sudah diperjalanan ...?" lirih ummi dengan mata yang sayu.
"Iya ummi, sebentar lagi dia akan sampai! Jadi, bersabarlah." Mengelus kepala istrinya yang terbaring lemah itu.
Dalam waktu 20 menit, Adinda pun sampai di depan rumah sakit milik keluarganya itu. Adinda pun memarkirkan mobilnya, dan berjalan menyusuri koridor rumah sakit, menuju keruangan VVIP tempat ibunya terbaring.
Tok tok tok
"Masuk!" ujar Abi.
"Assalamualaikum Abi, Ummi!" sapa Adinda
sambil menutup pintu ruangan.
"Walaikumasalam." ujar mereka serentak.
Adinda pun berjalan mendekati bangkar rumah sakit, tempat ibunya terbaring. Kemudian, menyalimi Abi dan Umminya. Memang, ini kebiasaan Adinda dari dia masih kecil hingga dewasa.
"Bagaimana keadaan ummi? Apa lebih baik? Apa ummi sudah makan? Minum obat?" tanyanya tak henti - henti, hingga membuat umminya pun tersenyum.
"Yang mana yang harus ummi jawab, Nak! ummi baik baik saja dan ummi sudah makan dan minum obat ...." jawab ummi lirih.
"Syukurlah Ummi Dinda ikut senang." ucap Adinda.
"Dinda, apa kamu sangat menyayangi Ummi, Nak ...?" ujarnya lirih.
"Pertanyaan apa itu Ummi? Tentu saja Dinda menyayangi Ummi. Apapun akan Dinda lakukan buat Ummi." ucapnya sambil mencium tangan wanita yang tak berdaya itu.
"Benarkah, Nak! apapun akan kamu lakukan untuk Ummi?" ucapnya.
"Tentu Ummi, apa yang Ummi inginkan?" tanya Adinda.
"Apa Abi juga boleh, Nak?" celetuk Abi.
"Tentu Abi, karna kalian yang merawatku, bersusah payah menjagaku, hingga aku seperti ini." Adinda membuat mereka pun berlinang air mana.
"Nak! Ummi ingin kamu berubah, lebih taat agama, menutup aurat, dan belajar agama di pesantren milik teman Abi, karna ummi ingin sekali melihatmu lebih baik dari pada yang sekarang, Nak ...!" lirih Ummi sambil menghapus air matanya.
"Ya Adinda, Abi juga sangat berharap sama seperti ummimu, Nak." ujar Abi setuju dengan perkataan Ummi Adinda.
"Ummi, Abi! Maafkan Adinda, Adinda hanya belum bisa menerima permintaan Ummi dan Abi." ucap Adinda.
"Ummi mohon Adinda, kali ini saja! Agar kita bisa berkumpul lagi disana." Menggengam tangan anak tunggalnya itu.
"Beri Adinda waktu Ummi Abi!" ujarnya tertunduk karna merasa bersalah.
"Baiklah, Nak! Apakah kamu sudah makan, Nak?" ujar ummi yang sangat menyayanginya.
"Belum Ummi, karna Dinda buru buru kesini." ucapnya.
"Baiklah, Abi akan beli sebentar ke resto depan ya, Nak!" ujar Abi hendak berdiri.
"Tidak usah Abi, Adinda saja sendiri! Dinda juga mau pamit ke kantor, karna ada meeting sore ini." ujar Adinda tertunduk lesu.
Padahal, Adinda sangat ingin menemani Umminya, karna kondisi Umminya yang semakin memburuk saja.
"Baiklah, Nak! berhati hatilah, Nak!" ujar Abi sambil menjulurkan tangannya ke Adinda.
"Iya Abi! jika ada apa apa, kabari Adinda. Assalamualaikum Ummi, Abi! Adinda ke kantor dulu." ujarnya sambil menyalimi kedua orang tuanya dan meninggalkan ruangan Umminya.
Tok tok tok
"Masuk!" ujar tuan muda yang duduk di ruang kebesaran itu.
"Assalamualaikum Pak Hamzah" ujar sekretaris David.
"Waalaikumsalam, ada apa David?" jawabnya dengan lembut.
"Begini Pak Hamzah, tuan besar memerintahkan anda untuk membereskan permasalahan restoran yang ada di Bali Tuan! "ujarnya.
"Oh baiklah David, atur saja jadwalku, dan siapkan berkas yang akan ku bawa!" ujarnya.
"Baik tuan, saya permisi keruangan saya."
"Silahkan" ujar Hamzah yang masih sibuk dengan laporan keuangan hotel dan resto miliknya yang terkenal di Jakarta.
Adinda yang baru saja, menindih kursi kebesarannya dikagetkan oles suara ketukan pintu.
Tok tok tok
" Ya masuk!" ujar dinda
"Permisi Nona muda, rapat akan segera dimulai!" ujarnya.
"Baiklah saya akan menyusul." ujar Nona mudanya itu.
Adinda pun keluar dari ruangannya dan pergi menuju keruangan rapat yang akan segera berlangsung. Setelah 2 jam berlalu, rapat pun selesai dengan baik. Hasil keputusan dari pertemuan tersebut , mengharuskan Adinda untuk meninjau perusahaannya di Kota Bali. Satu sisi dia sangat senang, akan kemajuan perusahaan furniturenya di Bali berkembang cukup pesat. Disisi lain, dia tidak ingin meninggalkan umminya, dengan kondisi yang semakin menurun. Namun, bagaimana lagi, dia harus memenuhi tanggung jawab yang dipercayakan abinya untuknya.
Tak terasa hari pun berlalu begitu cepat, sekarang sudah menunjukkan pukul 8 pagi saja, dimana 1 jam lagi dia harus keluar kota dan meninggalkan umminya.
Adinda pun bersiap siap dan bergegas kerumah sakit Malindo, untuk berpamitan pada abi dan umminya. Sesampainya dirumah sakit dia memarkirkan mobilnya dan berjalan ke ruangan umminya.
"Assalamualaikum Ummi, Abi." ujarnya sambil menyalimi orang tuanya. Terlihat ummi yang tengah disuapi abi.
"Abi, sini Adinda yang akan menyuapi Ummi!" ujarnya meraih piring ditangan abinya.
Dinda pun menyuapi Umminya dengan telaten.
"Ummi Abi! kemarin kan Adinda sudah bilang Adinda, akan ke Bali hari ini, untuk melihat perusahaan kita. Jadi, Adinda pamit ya! karna 1 jam lagi pesawat akan lepas landas." ujar Adinda.
"Baiklah, Nak! jaga dirimu baik baik, jangan sampai menyusahkan Abimu, dan jangan telat makan karna terlalu sibuk berkerja. Satu hal lagi, jangan lupa pesan Ummi tempo hari, Nak! karna Ummi sangat berharap padamu." lirih Ummi
Adinda pun terdiam menatap raut wajah Umminya.
"Betul kata Ummimu, Nak! Abi juga punya harapan yang sama dengan Ummimu, Nak!" ujar Abi.
"Baiklah, Abi! Adinda akan berusaha, Adinda harus pergi sekarang." Ia pun memeluk Umminya dengan sangat lama.
"Sudah sudah, ayo berangkatlah! nanti kamu terlambat, Nak!" ujar Abi.
"Sebentar saja Abi, Adinda akan merindukan Ummi." ujarnya sambil mencium tangan ummi.
"Apa Ummimu saja yang dipeluk?" celetuk Abi.
Adinda dan Ummi pun terkekeh dibuatnya, karna sifat Abi yang iri atas perlakuan Adinda terhadap umminya.
"Kemarilah Abiku sayang!" Adinda pun memeluk Abinya dan pamitan kemudian keluar dari ruangan umminya, untuk pergi ke bandara.
>>>>
"Cepatlah pak! kita sudah terlambat, cepat sedikit!" ujar tuan muda.
"Baik Tuan, 15 menit lagi kita sampai." ujar
sopir pribadi tersebut, sambil mempercepat laju kendaraannnya.
BRAAK
Tiba tiba mobilnya menyerempet mobil mewah disebelahnya.
"Allahuakbar, berhati hatilah pak! ayo kita turun untuk meminta maaf!" ujar Hamzah.
"Maaf Tuan muda." Sambil turun mengikuti Tuan mudanya.
"Apa kau tidak bisa berhati hati?" ucap wanita berpakaian minim tersebut.
"Maaf Nona, saya buru buru karna saya sudah terlambat, sekali lagi saya minta maaf." Sambil menunduk karna malu melihat pakaian wanita tersebut dan merasa bersalah.
"Apa kau saja yang buru buru, aku juga buru buru tapi tidak seceroboh kau." ujarnya yang terkenal ketus.
"Baik Nona, saya akan bertanggung jawab, ini kartu nama saya, silahkan Nona hubungi! mohon maaf Nona saya tidak ada waktu assalamualaikum." ujarnya berlalu pergi dan sopirnya mengikuti dibelakang
"Dasar tidak punya tanggung jawab."gerutu gadis itu sambil melempar kartu nama tersebut ke sembarang arah.
>>>
_
_
_
_
kenalin nama auhtor arin, sekarang author ada dibangku perkuliahan 😌oh iya ini karya pertama author doaain ya supaya semangat🤗🤗 terus nulisanya
makasih udah baca 😘😘
reader : sama sama thor semagat terus😁😁
author : Adinda jangan lupa jadiin faf abis tu like komen and share yak😁😁
adinda : ogah akh tor😏
author : pecat ni yaa😏
adinda : ya deh😑
soalnya reader author jarang
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Selvy Anggraini
ok💏
2020-09-02
0
Toni Farid
bagus banget ceritanya🤗
jangan lupa mampir kak di cerita ku
"SELAMAT DATANG CINTA"😆
2020-08-05
0
Nita Ve
Keren ceritanya😍
Semangat update bab barunya thor😍
Salam dari
"Infinity" (romance)
"Ve" (mystery thriller)
"Aku (Bukan) Pelakor" (young-adult romance)
2020-08-05
0