Land Of Thorns

Land Of Thorns

Terbangun dari ilusi bagian 1

Jalanan ibukota di sebuah kerajaan terlihat begitu ramai, sorak - sorai warga terdengar begitu bahagia melihat sosok Raja yang tengah berdiri di balkon kastil menyapa mereka.

“Raja Edgar!, Raja Edgar!”

Teriakan penduduk terdengar sangat menghormati Raja tua yang tersenyum menyapa rakyatnya.

“Panjang umur selalu Raja Edgar!”

Kembali terdengar teriakan - teriakan penuh doa dan keselamatan untuk Raja mereka, seisi kota penuh dengan kebahagian merayakan ulang tahun Raja mereka yang ke- 68 dengan sebuah festival meriah yang penuh dengan senyuman dan tawa.

Bang!

Duar!

Suara kembang api terdengar begitu meriah, Raja Edgar mengangkat gelas kaca yang tengah terisi anggur bersulang kepada rakyatnya sebagai sebuah seremoni diikuti dengan kembang api yang terlontar ke udara dari tongkat sihir Asisten dibelakangnya, mereka terlihat menikmati festival.

Raja Edgar beranjak masuk ke dalam kastilnya dan terlihat para bangsawan di dalam tengah menunduk memberikan hormat kepadanya seraya dia berjalan masuk kedalam bangunan utama kastil yang megah dengan meja yang penuh dengan hidangan lezat. Raja Edgar mempersilahkan mereka untuk menyantap hidangan menikmati pesta.

“Selamat ulang tahun Raja Edgar, panjang umur dan sehat selalu, sebuah rasa hormat bagi kami melayanimu.”

Seorang bangsawan yang datang menghampiri Raja Edgar memberikan salam, Bangsawan itu mencium tangan Raja Edgar memberikan rasa hormat kepadanya.

Tidak lama dari menikmati pesta, Raja Edgar menaiki tangga utama untuk menuju ruangan pribadinya di ikuti seorang Pengawal dan Asisten dibelakangnya, dia menghentikan langkahnya sejenak dan melihat ke para tamu undangan, yang membuat ruangan menjadi hening.

“Mohon maaf aku harus beranjak dulu, menjadi tua membuatku cepat lelah berdiri.”

“Silahkan nikmati pestanya walaupun tanpa diriku.”

Raja Edgar tersenyum menyapa para tamu saat dia berjalan menuju ruangan pribadinya, membuat rasa kekaguman mata yang melihatnya, apalagi dengan Pengawal laki - laki paruh baya yang begitu gagah auranya memberikan rasa keamanan dan juga Asistennya yang seorang penyihir wanita yang wajahnya tampak selalu awet muda walau bertahun - tahun bersamanya, auranya memberikan rasa nyaman. Melihatnya begitu mendebarkan.

Raja Edgar terlihat begitu lelah dan menghela nafasnya disaat dia memasuki ruangannya, para pelayan membantu melepaskan mantel dan mengganti pakaian yang lebih casual, bekas luka akibat perang di sekujur tubuhnya tidak pernah mengecewakan mata yang melihatnya.

Dia taruh mahkota di sebuah alas yang dipegang oleh pelayannya, dan menyuruh para pelayan itu untuk pergi. Dia duduk di balik meja kerjanya, melihat dokumen - dokumen yang telah ada di meja dan melanjutkan pekerjaannya.

Seorang pengawal dan asistennya tidak pergi karena Raja Edgar tidak menyuruh mereka berdua untuk keluar dari ruangan nya, Asisten itu ikut membantu memilah dokumen yang bertumpuk di meja kerja rajanya.

“Maaf rajaku, hamba pikir anda akan beristirahat saat meninggalkan pesta tadi, bukankah ada baiknya rajaku untuk beristirahat sejenak,”

Raja Edgar hanya tertawa kecil mendengar rasa khawatir dari Pengawal yang dari tadi hanya berdiri memperhatikan rajanya yang tua masih bekerja.

“Setiap orang memiliki tugas masing - masing, tugas seorang asisten adalah membantu serta mengorganisir pekerjaan dari orang yang mempekerjakannya.”

“Tugas seorang pengawal adalah menjaga dan memberikan keamanan untuk orang yang dikawalnya.”

“Lalu apa tugas seorang raja?”

Raja Edgar menjawabnya serius dengan pertanyaan yang membuat Pengawal itu berpikir keras untuk menjawab pertanyaan dari Rajanya.

“Bukankah raja adalah seorang yang memimpin rakyatnya, dan membuat rakyatnya makmur.”

Raja Edgar melihat pengawal itu menjawabnya gugup tidak begitu yakin dan membuat Raja Edgar tersenyum melihat mereka berdua.

“Itu kurang tepat, mereka dapat makmur, bahagia ataupun tersenyum lebar tanpa adanya Raja.”

“Tapi tugas seorang Raja menurutku adalah melihat jauh kedepan memastikan mereka mendapatkan hal tersebut.”

“Itulah alasanku bekerja memastikan masa depan mereka disaat diriku sudah tidak ada.”

Mendengar hal itu, membuat Pengawalnya menjadi tersentuh akan ucapannya, Pengawal itu menunduk seraya memberikan rasa hormat padanya

“Maafkan hamba rajaku, dirimu telah membuat banyak perubahan di negeri ini, pikiranmu yang terbuka menyambut para ilmuan dan mengembangkan teknologi di negeri ini.”

“Kepatuhan dirimu terhadap tuhan membuat para pendeta selalu mendoakanmu.”

“Bahkan kegagahan dan keahlian berpedangmu di medan perang membuat para prajurit menghormatimu.”

Raja Edgar meminta pengawalnya untuk kembali berdiri tegak dengan senyum di wajahnya mendengar pengawalnya memuji terlalu berlebihan seperti itu terhadapnya.

Raja Edgar meminta asistennya untuk mengambilkannya teh dan menuangkan minuman di cangkirnya, asisten itu menuangkannya teh hangat dan diteguknya pelan minuman itu hingga habis.

“Ini teh yang nikmat jika dibandingkan dengan teh tahun - tahun sebelumnya, bisakah kamu tuangkan kembali?”

Asisten itu tersenyum sembari menuangkan tehnya, terlihat asisten itu tengah bergumam mengatakan sesuatu yang membuat Raja Edgar memperhatikannya.

“Suaramu tidak begitu jelas, bisa kamu ulangi?”

Raja Edgar terlihat penasaran melihat Asisten itu masih tersenyum dan mencoba mengulang kembali apa yang dikatakannya,

“Jika memang itu begitu nikmat, hamba mohon maaf, karena Rajaku harus segera bangun.”

“Apa maksudmu, aku tidak mengerti?”

Terlihat penuh kebingungan di wajahnya saat mendengar suara Asistennya begitu sopan terdengar di telinga Raja Edgar, namun dirinya merasa tidak mengerti dengan apa yang Asisten itu maksud.

“Tugasmu selesai dengan baik disini, bangunlah Rajaku!”

Raja Edgar merasa pandangannya semakin gelap, ketika mendengar Asistenya mengatakan hal itu padanya, dia menyadari dia tidak dapat melihat dengan jelas wajah pengawal dan asistennya yang masih diam memperhatikan dirinya, perlahan dia sadari bahwa seluruh ruangan tampak gelap dan begitu hening.

Bangun!

Sebuah suara yang tiba - tiba terdengar di dalam pikirannya.

Edgar berusaha pelan membuka matanya, dia mencoba melihat walau penglihatannya masih tampak berkunang - berkunang. Dia berbicara dalam benaknya.

‘Apa aku sedang bermimpi?’

Edgar melihat langit - langit ruangan yang terlihat begitu mewah tapi tidak semewah kamar yang biasanya digunakan. Dia mencoba meraba area sekitar.

‘Ini begitu empuk. sejak kapan aku berada di atas kasur.’

Terlintas dari benaknya ketika Edgar menyadari bahwa dirinya tengah terbaring di atas kasur dan memperhatikan keliling ruangan kamar yang tidak begitu besar. Edgar merasakan dirinya kesulitan untuk bangun.

“Ahem. Aku rasa menjadi tua memang sesulit ini untuk bergerak.”

Dia berusaha duduk tapi tubuhnya terasa begitu lemah dan tidak memiliki tenaga untuk bangkit. Dia masih berusaha keras untuk bangkit dari tempat tidurnya hingga akhirnya dia dapat berdiri walaupun begitu susah payah.

‘Tunggu dulu, bukannya ini kamar lamaku.’

Saat dia memperhatikan setiap furniture yang ada di dalam ruangan, dan memastikan bahwa ini adalah benar kamar yang dia gunakan dulu sekali, dan betapa terkejutnya Edgar melihat dirinya di cermin.

“Apa ini aku? Tidak mungkin sekurus ini diriku.”

”Kenapa bisa wajahku begitu muda!”

“Bagaimana mungkin!”

Dia melihat dirinya yang begitu kurus dengan rambutnya yang begitu panjang berwarna hitam, namun dirinya lebih terkejut melihat wajahnya yang tampak begitu muda.Tapi Edgar mendengar suara teriakan lain yang berada di dalam ruangan kamarnya.

“A-a amp!”

Sebuah teriakan yang tengah tertahan terdengar dari balik lemari pakaian.

Edgar merasa takut dengan sesuatu yang tidak di ketahuinya termasuk hantu, dan mencoba memberanikan diri mebuka lemari pakaian dan dikejutkan dengan seorang anak kecil yang sedang bersembunyi membuat mereka berdua saling terkejut melihat satu sama lain.

“A-a monster!”

Teriak anak kecil yang bersembunyi dari balik lemari.

“Hei, harusnya aku yang lebih terkejut, bukankah ini kamarku.”

Anak kecil itu terlihat ketakutan yang membuat Edgar mencoba menenangkan anak kecil itu, tangannya menunjuk dirinya seolah berkata ‘Lihat, aku manusia,’ Edgar menyisir rambutnya ke atas dengan tangannya agar wajahnya terlihat jelas dengan senyumnya yang begitu kaku karena otot pipi yang masih lemas.

“Huaaa!”

Namun karena kuku jarinya terlihat panjang - panjang dan senyum kaku itu malah membuatnya terlihat semakin seram yang membuat anak kecil itu semakin takut dan matanya berlinang air mata, ketakutan hingga membuatnya menangis.

“Celine, bukankah sudah kubilang jangan masuk kamar pangeran jika nanti dia terbangun dia akan memakanmu loh!”

Terdengar suara langkah kaki masuk kedalam kamar, terlihat seorang pelayan wanita membuka pintu kamar mencari anak kecil yang bersembunyi itu..

Pelayan wanita itu terkejut melihat Edgar, apalagi dengan sikap yang sama yang membuat anak kecil itu menangis, Edgar menoleh kepadanya.

“A-a monster!”

Teriak pelayan wanita itu terkejut.

“Hoi! Manusia hidup ini hoi!”

Edgar nadanya terdengar kesal melihat kedua orang tersebut berteriak ketakutan seperti itu melihatnya.

Terpopuler

Comments

HIATUS

HIATUS

wkwkwk di teriakin monster 😂

2022-06-09

1

John Singgih

John Singgih

kembali ke masa lalu dengan kondisi yang menyeramkan ? 🤔🤔🤔

2022-05-25

1

Samuel Fernando

Samuel Fernando

hmnnn menarik

2022-04-24

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!