Diam-Diam 100% Jodoh
Dua anak kecil dengan ayunannya saling mendorong secara bergantian. Ayunan itu berayun kedepan dan ke belakang dibantu dengan tawa renyah anak-anak pada umumnya.
Gadis kecil itu bernama Azura, anak kecil yang manis dari keluarga konglomerat. Hidupnya seperti putri raja. Apapun yang Azura inginkan dapat ia dapatkan dengan muda.
"Kamu mau kan jadi suamiku kelak" kata Azura pada anak lelaki yang bermain bersamanya.
Anak lelaki itu bernama Davanka Kaivan. Anak dari rekan kerja ayahnya Azura. Anak lelaki yang tampan nan ceria. Meskipun hidup bergelimang harta, Davanka adalah sosok anak yang sederhana. Tak terlalu memperlihatkan betapa kaya nya orang tua Davanka. Sifat yang berbanding terbalik dengan Azura.
"Aku? kenapa aku?" jawab Davanka kembali bertanya.
"entah" jawab Azura
Setelah itu Azura mencoba menempelkan bibirnya ke pipi Davanka, membuat Davanka kaget dan mendorong Azura.
"Aduh sakit" pekik Azura yang terduduk ditanah.
"Maaf, kamu mengejutkanku" sahut Davanka
"Aku gak jadi suka deh. Kamu jahat. sakit" kata Azura menangis melihat siku kirinya yang terbaret karena jatuh.
Azura pergi dan meninggalkan Davanka Kaivan sendiri. Davanka juga terlihat sedih kehilangan teman baiknya. Sejak saat itu Azura tak lagi ingin bermain dengannya. Hingga suatu ketika Azura tak lagi tinggal di tempat Davanka.
Terlihat sosok wanita berumur 23 tahun berjalan di mall memakai kaca mata hitam. Berkulit putih dan memiliki tinggi badan 160cm dengan segala ke kece an nya memakai stylish kekinian berjalan begitu arogan. Siapapun bisa menebak, jika dia adalah anak orang kaya. Dia adalah Azura yang kian tumbuh menjadi wanita mempesona.
Saat berjalan di mall, Baju Azura tersangkut di gantungan kunci tas sandang pria yang tengah lewat disampingnya. Pria dengan kardigan putih, memiliki tinggi 180cm dengan berat badan idealnya membuat lelaki tampan ini adalah tipe cowok sempurna di mata wanita. Pria ini adalah Davanka Kaivan. Teman masa kecil Azura.
Suatu kebetulan bagi mereka bertemu ditempat yang tak disangka-sangka. Saat Davanka memutar tubuhnya dengan cepat karena merasa seperti ada yang menariknya, membuat Azura tak dapat menyeimbangkan tubuhnya dan jatuh ke lantai. Orang-orang yang pada awalnya memusatkan perhatian kepada Azura yang cantik, malah berbalik menertawainya.
Baju Azura sedikit robek karena tertarik oleh pengait gantungan tas Davanka. Dengan cepat Azura menutupi bagian bajunya yang robek.
"Hahahaha" suara di sekeliling Azura.
"Huhuhu" Azura menangis seseguk sambil menutupi bajunya yang robek.
"Maaf, aku tak sengaja. Biar aku bantu" kata Davanka melepas kardigan putihnya.
Terlihat otot lengan Davanka yang begitu ketat memakai kaos tak berlengan. Lalu menyelimutkan kardigannya kepada Azura yang tengah menutupi bajunya. Azura yang melihat kegagahan lelaki dihadapannya itupun terdiam dan ternganga tak menyangka ada lelaki setampan ini dengan tubuh proporsional seperti Leonardo Dicaprio aktor Hollywood kesukaannya.
"Kamu pakailah itu. maaf ya, aku harus buru buru soalnya. kamu tidak apa apa kan?" kata Davanka kembali bertanya.
Azura hanya mengangguk dengan sekali anggukan kepala, membuat Davanka pergi setelahnya. Azura yang tersadar mendadak bangun dan memakai kardigan putih itu dengan baik. Berjalan mencari baju ganti yang baru. Segala urusan fashion, Azura haruslah stylish.
"Pria tadi siapa ya? sepertinya tidak asing bagiku. Handsome banget. Tubuhnya sangat berotot" kata Azura mendadak mengingat lelaki yang menolongnya.
Azura dan keluarganya diundang makan malam di kediaman om Hartono, rekan kerja ayah Azura. Kehidupan yang elit begitu juga rekan kerja ayah Azura yang tidak kalah elit. Makan malam yang di gelar didalam rumah, terlihat seperti kastil kerajaan. Banyak barang barang mewah yang ada di dalam rumah tersebut. Azura terlihat sudah biasa dengan suasana penuh kemewahan seperti itu.
Dengan dress berwarna navi,Azura tampak begitu cantik. Azura duduk di kursi sebelah ibunya. Makan malam itu berisikan Azura, ayah dan ibu Azura dan om hartono serta istrinya Tante Winda dan satu kursi kosong terlihat dihadapan Azura.
"Azura, sudah besar ya. Om tau kamu waktu kecil" sahut om Hartono.
"Iya, makannya banyak. gimana gak besar ya kan yah" sambung ibu Azura.
"Mama"sahut Azura sedikit menyenggol ibunya.
"Kamu ingat om Hartono gak? anaknya dahulu sering main bareng kamu" kata ayah Azura.
"Hehe lupa om" jawab Azura.
"Ya gak papa. lagian waktu itu kamu masih kecil banget ya kan ma" kata om Hartono
Davanka turun menuju ruang makan malam. Dengan style biasa saja. Tanpa jas ternama designer ataupun sebuah barang branded ditubuhnya. Hanya menggunakan kaos lengan pendek dengan celana selutut dan selop kucing berbulu hadir ditengah makan malam Azura dan keluarganya.
"Kamu gak sopan banget bajunya" kata Tante inda menegur Davanka.
"Sopan kok. Kan Davanka pakai baju ma. apa salah nya? yang gak sopan kalau Dava cuma pakai celana tanpa baju ma. ya gak Tan, om?" jawab dava membuat orang tua Azura tertawa.
"Kamu lihat dong wanita didepan kamu. cantik pakai gaun, rapi. Ini kamu? ya ampun dav" kata Tante Winda tak habis pikir melihat anaknya.
"Gak papa Tan, walau begitu Dava tetap ganteng kok" sambung Azura membuat Dava sedikit merasa aneh dengan pujiannya.
Seketika itu suasana menjadi hening karena Azura mengatakan Davanka terlihat ganteng. Hingga memutuskan Azura memutar kembali kalimatnya yang menurutnya sangat tidak tepat.
"Mmm maksud aku, ya kali cantik. kan Dava cowok pasti ganteng. nah aku cantik, karena aku cewek" jelas Azura mencoba mengubah suasana agar tidak canggung.
Mendengar penjelasan aneh Azura, mereka semua kembali melanjutkan makan malam tersebut. Sesaat Azura mencuri pandang dengan pria yang berada dihadapannya saat ini. Pria yang ternyata tidak lain adalah sahabat kecil yang dia tinggalkan.
"Kamu yang di mall tadi kan?" tanya Davanka tiba-tiba.
"Iya itu aku. kirain kamu lupa padaku" sahut Azura.
"Siapa yang bisa lupa dengan cewek yang menjadi pusat tontonan orang, karena ke glamoran kamu" jawab Davanka menyindir.
"Haha glamor. itu pujian?" tanya Azura sambil mengernyitkan dahi kesal mendengar kalimat Davanka.
"Enggak" jawab Davanka datar sambil melanjutkan aksinya melahap makanan.
Azura mendadak kesal dengan lelaki yang berada di depannya saat ini. Seolah Davanka mencemoohnya dengan rasa tak bersalah sedikitpun.
"Tan, boleh pinjam toilet? kebelet" kata Azura pada Tante Winda.
"Kamu lurus, lalu belok kekanan" jawab Tante Winda.
Azura menatap dirinya didepan cermin. Begitu kesal mengingat sikap Davanka. Tetapi dia terlanjur cinta. Azura berjanji pada dirinya sendiri untuk memendam rasa sukanya sampai kapanpun. Betapa besar kepala jika Davanka sampai mengetahui dirinya yang tengah suka Davanka dahulu. Azura hanya akan mengatakan suka, jika Davanka juga menyukainya.
Saat Azura keluar dari toilet, betapa terkejutnya melihat Davanka berdiri didepan pintu. Tatapan Davanka sangat tajam, seolah rentenir sedang menagih hutang.
"Kamu Azura kan?" Tanya Davanka.
"Iya. kenapa?" jawab Azura bingung.
"Kamu gak ingat aku siapa?" tanya Davanka kembali.
"Davanka, orang yg menjatuhkan ku di mall" jawab Azura tak mengerti.
"Dasar cewek aneh. Aku Davanka, sahabat kecil yang telah kau lupakan dahulu" jelas Davanka mengingatkan Azura.
"Davanka? teman masa kecil?" Aruza kembali berpikir tentang masa lalunya.
"Ayunan" Davanka kembali mencoba membuat Azura ingat.
"Aha, Davanka cowok resek itu. wah aku gak menyangka kamu masih tetap resek. 2x kamu buat aku jatoh" kata Azura yang telah mengingat.
"Resek? kamu yang resek" jawab Davanka sembari menarik hidung Azura.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments