Dua anak kecil dengan ayunannya saling mendorong secara bergantian. Ayunan itu berayun kedepan dan ke belakang dibantu dengan tawa renyah anak-anak pada umumnya.
Gadis kecil itu bernama Azura, anak kecil yang manis dari keluarga konglomerat. Hidupnya seperti putri raja. Apapun yang Azura inginkan dapat ia dapatkan dengan muda.
"Kamu mau kan jadi suamiku kelak" kata Azura pada anak lelaki yang bermain bersamanya.
Anak lelaki itu bernama Davanka Kaivan. Anak dari rekan kerja ayahnya Azura. Anak lelaki yang tampan nan ceria. Meskipun hidup bergelimang harta, Davanka adalah sosok anak yang sederhana. Tak terlalu memperlihatkan betapa kaya nya orang tua Davanka. Sifat yang berbanding terbalik dengan Azura.
"Aku? kenapa aku?" jawab Davanka kembali bertanya.
"entah" jawab Azura
Setelah itu Azura mencoba menempelkan bibirnya ke pipi Davanka, membuat Davanka kaget dan mendorong Azura.
"Aduh sakit" pekik Azura yang terduduk ditanah.
"Maaf, kamu mengejutkanku" sahut Davanka
"Aku gak jadi suka deh. Kamu jahat. sakit" kata Azura menangis melihat siku kirinya yang terbaret karena jatuh.
Azura pergi dan meninggalkan Davanka Kaivan sendiri. Davanka juga terlihat sedih kehilangan teman baiknya. Sejak saat itu Azura tak lagi ingin bermain dengannya. Hingga suatu ketika Azura tak lagi tinggal di tempat Davanka.
Terlihat sosok wanita berumur 23 tahun berjalan di mall memakai kaca mata hitam. Berkulit putih dan memiliki tinggi badan 160cm dengan segala ke kece an nya memakai stylish kekinian berjalan begitu arogan. Siapapun bisa menebak, jika dia adalah anak orang kaya. Dia adalah Azura yang kian tumbuh menjadi wanita mempesona.
Saat berjalan di mall, Baju Azura tersangkut di gantungan kunci tas sandang pria yang tengah lewat disampingnya. Pria dengan kardigan putih, memiliki tinggi 180cm dengan berat badan idealnya membuat lelaki tampan ini adalah tipe cowok sempurna di mata wanita. Pria ini adalah Davanka Kaivan. Teman masa kecil Azura.
Suatu kebetulan bagi mereka bertemu ditempat yang tak disangka-sangka. Saat Davanka memutar tubuhnya dengan cepat karena merasa seperti ada yang menariknya, membuat Azura tak dapat menyeimbangkan tubuhnya dan jatuh ke lantai. Orang-orang yang pada awalnya memusatkan perhatian kepada Azura yang cantik, malah berbalik menertawainya.
Baju Azura sedikit robek karena tertarik oleh pengait gantungan tas Davanka. Dengan cepat Azura menutupi bagian bajunya yang robek.
"Hahahaha" suara di sekeliling Azura.
"Huhuhu" Azura menangis seseguk sambil menutupi bajunya yang robek.
"Maaf, aku tak sengaja. Biar aku bantu" kata Davanka melepas kardigan putihnya.
Terlihat otot lengan Davanka yang begitu ketat memakai kaos tak berlengan. Lalu menyelimutkan kardigannya kepada Azura yang tengah menutupi bajunya. Azura yang melihat kegagahan lelaki dihadapannya itupun terdiam dan ternganga tak menyangka ada lelaki setampan ini dengan tubuh proporsional seperti Leonardo Dicaprio aktor Hollywood kesukaannya.
"Kamu pakailah itu. maaf ya, aku harus buru buru soalnya. kamu tidak apa apa kan?" kata Davanka kembali bertanya.
Azura hanya mengangguk dengan sekali anggukan kepala, membuat Davanka pergi setelahnya. Azura yang tersadar mendadak bangun dan memakai kardigan putih itu dengan baik. Berjalan mencari baju ganti yang baru. Segala urusan fashion, Azura haruslah stylish.
"Pria tadi siapa ya? sepertinya tidak asing bagiku. Handsome banget. Tubuhnya sangat berotot" kata Azura mendadak mengingat lelaki yang menolongnya.
Azura dan keluarganya diundang makan malam di kediaman om Hartono, rekan kerja ayah Azura. Kehidupan yang elit begitu juga rekan kerja ayah Azura yang tidak kalah elit. Makan malam yang di gelar didalam rumah, terlihat seperti kastil kerajaan. Banyak barang barang mewah yang ada di dalam rumah tersebut. Azura terlihat sudah biasa dengan suasana penuh kemewahan seperti itu.
Dengan dress berwarna navi,Azura tampak begitu cantik. Azura duduk di kursi sebelah ibunya. Makan malam itu berisikan Azura, ayah dan ibu Azura dan om hartono serta istrinya Tante Winda dan satu kursi kosong terlihat dihadapan Azura.
"Azura, sudah besar ya. Om tau kamu waktu kecil" sahut om Hartono.
"Iya, makannya banyak. gimana gak besar ya kan yah" sambung ibu Azura.
"Mama"sahut Azura sedikit menyenggol ibunya.
"Kamu ingat om Hartono gak? anaknya dahulu sering main bareng kamu" kata ayah Azura.
"Hehe lupa om" jawab Azura.
"Ya gak papa. lagian waktu itu kamu masih kecil banget ya kan ma" kata om Hartono
Davanka turun menuju ruang makan malam. Dengan style biasa saja. Tanpa jas ternama designer ataupun sebuah barang branded ditubuhnya. Hanya menggunakan kaos lengan pendek dengan celana selutut dan selop kucing berbulu hadir ditengah makan malam Azura dan keluarganya.
"Kamu gak sopan banget bajunya" kata Tante inda menegur Davanka.
"Sopan kok. Kan Davanka pakai baju ma. apa salah nya? yang gak sopan kalau Dava cuma pakai celana tanpa baju ma. ya gak Tan, om?" jawab dava membuat orang tua Azura tertawa.
"Kamu lihat dong wanita didepan kamu. cantik pakai gaun, rapi. Ini kamu? ya ampun dav" kata Tante Winda tak habis pikir melihat anaknya.
"Gak papa Tan, walau begitu Dava tetap ganteng kok" sambung Azura membuat Dava sedikit merasa aneh dengan pujiannya.
Seketika itu suasana menjadi hening karena Azura mengatakan Davanka terlihat ganteng. Hingga memutuskan Azura memutar kembali kalimatnya yang menurutnya sangat tidak tepat.
"Mmm maksud aku, ya kali cantik. kan Dava cowok pasti ganteng. nah aku cantik, karena aku cewek" jelas Azura mencoba mengubah suasana agar tidak canggung.
Mendengar penjelasan aneh Azura, mereka semua kembali melanjutkan makan malam tersebut. Sesaat Azura mencuri pandang dengan pria yang berada dihadapannya saat ini. Pria yang ternyata tidak lain adalah sahabat kecil yang dia tinggalkan.
"Kamu yang di mall tadi kan?" tanya Davanka tiba-tiba.
"Iya itu aku. kirain kamu lupa padaku" sahut Azura.
"Siapa yang bisa lupa dengan cewek yang menjadi pusat tontonan orang, karena ke glamoran kamu" jawab Davanka menyindir.
"Haha glamor. itu pujian?" tanya Azura sambil mengernyitkan dahi kesal mendengar kalimat Davanka.
"Enggak" jawab Davanka datar sambil melanjutkan aksinya melahap makanan.
Azura mendadak kesal dengan lelaki yang berada di depannya saat ini. Seolah Davanka mencemoohnya dengan rasa tak bersalah sedikitpun.
"Tan, boleh pinjam toilet? kebelet" kata Azura pada Tante Winda.
"Kamu lurus, lalu belok kekanan" jawab Tante Winda.
Azura menatap dirinya didepan cermin. Begitu kesal mengingat sikap Davanka. Tetapi dia terlanjur cinta. Azura berjanji pada dirinya sendiri untuk memendam rasa sukanya sampai kapanpun. Betapa besar kepala jika Davanka sampai mengetahui dirinya yang tengah suka Davanka dahulu. Azura hanya akan mengatakan suka, jika Davanka juga menyukainya.
Saat Azura keluar dari toilet, betapa terkejutnya melihat Davanka berdiri didepan pintu. Tatapan Davanka sangat tajam, seolah rentenir sedang menagih hutang.
"Kamu Azura kan?" Tanya Davanka.
"Iya. kenapa?" jawab Azura bingung.
"Kamu gak ingat aku siapa?" tanya Davanka kembali.
"Davanka, orang yg menjatuhkan ku di mall" jawab Azura tak mengerti.
"Dasar cewek aneh. Aku Davanka, sahabat kecil yang telah kau lupakan dahulu" jelas Davanka mengingatkan Azura.
"Davanka? teman masa kecil?" Aruza kembali berpikir tentang masa lalunya.
"Ayunan" Davanka kembali mencoba membuat Azura ingat.
"Aha, Davanka cowok resek itu. wah aku gak menyangka kamu masih tetap resek. 2x kamu buat aku jatoh" kata Azura yang telah mengingat.
"Resek? kamu yang resek" jawab Davanka sembari menarik hidung Azura.
"Wangi parfum itu, betapa aku sangat familiar dengan wangi ini" sahut Azura yang tengah duduk di cafe bersama kedua temannya.
Teman Azura yang suka pamer setiap kali keluar negeri. Momo, wanita berambut pirang nan keriting dengan tubuh kurus dan putih perawatan itu adalah sahabat Azura. Momo adalah karakter teman yang ada di saat senang maupun susah dan hanya ingin bergaul dengan orang-orang yang sesuai dengannya.
Berbeda dengan Monic, sahabat Azura memiliki tubuh montok dengan kulit eksotis nya menjadi ciri khas wanita Asia pada umumnya. Wanita yang suka meramal masa depan. Salah satu anak orang kaya, ayah Monic yang memiliki bisnis properti terbesar di daerah Jakarta. Hanya Azura dan Momo lah yang menerima keanehan Monic memiliki indera keenam. Salah satu anak indigo yang sering dijauhi oleh orang-orang. Alasan Azura dan juga Momo menerima Monica menjadi sahabatnya adalah Ayah Monica memiliki kerja sama dengan ayah Azura dan juga Momo.
Meskipun beberapa teman Azura begitu aneh, tetap saja mereka adalah teman yang saling melengkapi satu sama lain.
"Kamu mencium apa?" tanya Momo kepada Azura.
"Stop stop! kalian tenanglah. Aku merasakan ada aura positif yang begitu kuat di kafe ini" sambung Monic menerawang.
Azura mengendus wangi parfum itu. Ternyata berasal dari lelaki yang duduk membelakanginya. Tak sabar mengetahui siapa orang tersebut, Azura melirik lebih dekat kearah lelaki yang membelakanginya. Ternyata lelaki itu adalah Davanka yang tengah ngobrol dengan teman-teman kuliahnya.
Mata mereka berdua saling bertemu, saling menunjuk dengan kaget secara bersamaan membuat Davanka yang tadinya duduk, mendadak berdiri tegak melihat wanita yang dia temui saat ini.
"Kamu?" kata Davanka dan Azura serentak kaget.
Momo dan Monic yang melihat kearah teman-teman Davanka mulai sok kecentilan merapikan riasan mereka. Sedangkan Azura tak begitu bahagia kembali bertemu dengan Davanka yang sangat kasar padanya. Davanka juga terlihat sedikit menghela nafas, seolah dia bertemu dengan biang masalah di dalam hidupnya.
"Ngapain sih ngendus-ngendus gitu?" tanya Davanka yang melihat Azura mengendus kemejanya.
"Kok sepertinya aku mengenal wangi ini" kata Azura.
"Ih apa an sih kamu. Suka dengan wangi tubuhku?" jawab Davanka kembali menggoda.
"Jelas aja kamu familiar, ini kan parfum yang kamu beli untukku waktu kita kecil dahulu. Hingga saat ini aku sangat menyukai wanginya" kata Davanka dalam hati.
Begitu malu dengan tingkah nya yang mendadak melangkah mendekati Davanka, Azura kembali kemejanya tanpa mengatakan sepatah katapun. Monica dan Momo juga akhirnya beranjak dari kursinya mengikuti Azura yang berjalan meninggalkan kafe sambil menebar senyum nakal pada teman-teman Davanka.
Pandangan Davanka hanya tertuju pada Azura yang telah pergi meninggalkannya. Hati Davanka sedikit kecewa, sampai detik ini ia tidak bisa mengungkapkan perasaannya. Dia ingin Azura, tetapi dirinya masih menyimpan rasa kecewa pernah ditinggalkan begitu saja.
"Zura, lelaki itu siapa?" tanya Monic.
"Mantan sahabat kecil" jawab Azura datar.
"Baru tau ada mantan sahabat" sambung Momo pada Azura.
"Mmm bentar. seperti yang aku lihat, dia itu jodoh kamu" jelas Monic menerawang.
"Ah, gak mungkin. jodoh aku pasti lebih baik dari dia" kata Azura menyangkal.
"Tapi Monic kan jarang salah kalau menerawang hal pribadi kita berdua zur. Dahulu aja kamu dan Dika masih pacaran, Monic berkata Dika itu cowok brengsek. nyatanya dika ketahuan selingkuh kan" sambung Momo.
"Ah jangan gitu dong. lagian aku gak mau Monic menerawang diriku lagi. Aku jadi kepikiran nantinya" jelas Azura mencoba tidak percaya.
Didalam mobil mewah Momo, Monic mulai menggoda Momo bahwa lelaki teman Davanka salah satunya akan menjadi pasangan Momo kelak. Momo hanya tersenyum malu-malu mendengarnya, karena lelaki yang dimaksud Monic adalah lelaki yang Momo suka. First Impression Momo bersama sahabat Davanka.
"Amin, semoga ya. Btw, kamu ramal kami berdua. Kamu kapan bisa ramal dirimu?" tanya balik Momo pada Monic.
"Betul itu betul. kapan jodohmu datang Nic?" kata Azura menodongkan pertanyaan pada monic.
"Aku juga gak tau. Selama ini aku hanya bisa meramal orang tanpa tau diriku kedepannya seperti apa" jawab Monic.
"Baiklah lupakan. Tau gak aku punya tas branded bagus dari LA. papi aku kan baru balik dari Los Angles, jadi nitip ini dong" kata Momo menunjukkan tas branded ya.
"Wow cantik beb. Aku saat ini lebih suka shopping ke baju sih sekarang" sambung Azura .
"Aku punya tiket liburan, kalian mau? liburan yuk?" kata Monic.
Obrolan Momo dan Azura kalah dengan tiket liburan gratis yang ditawarkan Monic. Monic bukanlah wanita yang suka ke glamoran. Monic sangat tidak peduli dengan penampilan sejak bullying yang telah dialaminya ketika di bangku sekolah. Temannya hanya ada, karena ingin memanfaatkan Monic. Semua tidak jauh-jauh, karena Monic anak orang kaya nan polos.
Davanka terlihat merenung di kursi teras rumahnya. Dia merenungkan sahabat kecilnya yang telah berubah begitu keras padanya. Seperti tak ada harapan untuknya lebih dekat dengan Azura.
"Dia kenapa sih, gak bisa selembut wanita lain. Aku jadi bingung memulai hubungan baik padanya kembali" sahut Davanka kaivan ditengah lamunannya memikirkan sikap Azura.
Mengingat dirinya yang pernah kecewa, membuat Davanka tersadar seketika agar menjadi lelaki yang kuat. Tak selemah dirinya kala Azura pergi meninggalkan nya.
"Sebaiknya aku mencoba mencari wanita lain. Agar hatiku tak selalu memikirkan Azura" kata Davanka pada dirinya sendiri.
Davanka Kaivan, mudah baginya untuk mendapatkan wanita manapun yang ia mau. Dengan ketampanannya, tidak butuh waktu yang lama untuk menaklukkan wanita. Bahkan di kelas bisnis Davanka, hampir seluruh wanita mengagumi Davanka.
Di dapur rumah Davanka, terlihat mama Davanka yang tengah memasak. Davanka menghampiri dan memeluk mamanya begitu hangat dari belakang dan mengecup pipi mamanya.
"Dav, mama mau tanya sesuatu" kata Tante Winda.
"Apa ma?" tanya Davanka kembali.
"Menurut kamu Azura bagaimana?" tanya Tante Winda kembali.
"Azura? bawel" jawab Davanka berbohong.
"Yah kok gitu sih. Padahal mama lihat kalian berdua cocok loh" sahut Tante Winda.
"Masa sih? sama si bawel itu? cocok? mama gak tau aja sifat asli Azura bagaimana" kata Davanka sambil melahap makanan di meja dapur.
"Nah dari situ saja mama bisa nilai kamu itu cocok banget dengan Azura. Buktinya kamu tau banyak tentangnya" jawab Tante Winda semakin mencoba menjodohkan Davanka dengan Azura.
"Kenapa sih tiba-tiba mama bicara mengenai Azura?" tanya Davanka.
"Jadi, om dan papa kamu berniat menjodohkan kalian berdua" kata mama Davanka yang membuat Davanka terbatuk mendengarnya.
"Apa? mama tau gak. Dia itu kalau jalan suka arogan gitu. Belum lagi liat dia berjalan udah seperti toko branded ma. mulai dari tas, baju, sepatu semuanya barang bermerek. Terlalu glamor ma. sedangkan lihatlah anak mama yang sangat sederhana ini. kami berdua sangat berbeda" jelas Davanka.
"Jadi gak mau nih?" tanya kembali Tante Winda.
"kalau Davanka sih terserah mama papa saja. Selagi mama papa bahagia ya Davanka nurut aja" kata Davanka yang terlihat bahagia dalam hati kecilnya akan menjadi calon suami Azura.
"Heleh, bilang saja kamu suka Azura dav" sahut mama Davanka menyindir anaknya yang terlihat malu mengakui bahwa dirinya suka dengan Azura.
Alunan piano terdengar dari luar, Azura yang tengah bersantai berada di kamarnya sedikit terusik dengan lantunan piano yang begitu indah. Instrumen itu mampu menghentikan dirinya yang sedang sibuk melukis wajah pangeran berkuda putih impiannya. Azura keluar dan menuruni tangga menuju lantai dasar.
"Plok plok plok" tepukan tangan.
Semua orang menyaksikan Davanka memainkan piano, jari jemarinya yang lentik mampu menghipnotis ayah dan ibu Azura beserta dirinya. Piano yang hanya ayah Azura bisa memainkannya di rumah ini. Kini Davanka dengan baik memainkan instrument yiruma.
"Nah ini dia sudah keluar" kata mama Azura menggandengku.
"Ada apa ma? kok ada om Tante dan Dava?" jawab Azura bingung.
Semua orang terlihat serius saat Azura bertanya mengenai kedatangan orang tua Davanka beserta dirinya. Mereka mulai berbincang di ruang tamu ditemani dengan suguhan yang telah disiapkan oleh bik Ijah. cake red Velvet kesukaan Azura.
"Kamu Azura sudah punya pacar?" tanya om Hartono.
"Mmm belum om" jawab Azura sedikit bingung dengan pertanyaan om Hartono.
"Kamu jangan kaget ya sayang, kedatangan om dan tante serta Davanka kesini meminta kamu jadi calon Davanka. Apa kamu setuju?" jelas mama Azura membuat syok dirinya seketika mematung.
"Apa? gak salah dengar? Davanka mau menjadikanku calon istrinya? Mau. aku mau" kata Azura dalam hati berkhayal telah menjadi nyonya Davanka.
"Azura, zura" suara seseorang membangunkan Azura yang tengah pingsan.
Setelah perkataan mama Azura sebelumnya mengenai calon Davanka, membuatnya syok dan pingsan di saat itu juga. Semua orang mencoba membuat Azura bangun. Davanka mendadak pergi ada urusan penting masalah kuliahnya. Ketika Azura mulai sadar, Davanka malah pergi terburu-buru meninggalkannya.
"Ini dia serius gak sih? atau cuma prank" kata Azura dalam hati.
Memikirkan keputusan dengan baik, membuat Azura meminta waktu untuk memikirkan matang-matang keputusan untuk menjadi calon Davanka. Azura takut salah mengambil langkah, karena pernikahan itu adalah hal yang sakral. Bukanlah sebuah permainan.
"Tante, boleh tidak Azura meminta waktu untuk berpikir dahulu. Secepatnya Azura kabari". kata Azura sambil memegang tangan Tante Winda yang berada disampingnya.
"Tante juga minta maaf ya sayang terlalu cepat dan terburu-buru. Gak papa jika Azura ingin memikirkan hal ini dahulu. Tante tidak memaksa Azura" jawab Tante Winda merangkul Azura.
Davanka tidak menyangka bahwa Azura masih membutuhkan waktu untuk berpikir. Air minum di gelas yang Davanka genggam tiba-tiba lepas dari genggamannya. Sehingga jatuh dan pecah di lantai. Pikiran Davanka mulai kalut apabila Azura memberikan hasil penolakan padanya.
"Hati-hati dong dav. pecah nih" kata Tante Winda pada Davanka yang tengah bengong.
"Berapa lama dia meminta waktu ma?" tanya Davanka.
"Entahlah, dia bilang secepatnya" jawab Tante Winda.
"Kalau begitu, Davanka pergi ke kamar dulu ya ma" sahut Davanka izin ke kamar.
Dengan langkah cepat, Davanka menuju kamar tidurnya untuk mengambil ponsel miliknya. Meraih ponsel yang berada di tempat tidur, mencari kontak Azura untuk memastikan dirinya agar menerima niat baik Davanka dan keluarga menjadikan Azura sebagai istrinya kelak.
"Perlu kamu ketahui, aku melakukan itu semua atas dasar kebahagiaan orang tua. Aku berpikir kita berdua sudah mengenal baik, jadi sebuah hubungan pernikahan tak terlalu buruk di mataku. Kita hanya akan beraktivitas seperti biasa saja, hanya status kita saja suami istri. Kamu juga ingin kan melihat orangtua mu bahagia melihat anaknya menikah dengan anak sahabatnya" kata Davanka mengirimkan penjelasan untuk Azura melalui chat.
Azura baru saja selesai mandi. Handuk di kepalanya bahkan belum mampu membuat rambutnya kering. Mendengar ada pesan masuk, Azura langsung membaca pesan yang berasal dari Davanka. Azura sedikit kaget membaca pesan Davanka, perkiraan Azura sedari tadi semakin memunculkan bahwa Davanka tidak serius untuk hubungan pernikahan yang sesungguhnya. Semua karena kebahagiaan orangtua saja.
"Beri aku waktu untuk berpikir" jawab Azura melalui chat singkat.
"Dia memang tidak serius mencintaiku. semua itu hanya omong kosong didepan ayah dan ibunya. Akan tetapi, jika aku menolak keinginan orang tua. Itu sama saja mematahkan impian para orang tua kami yang ingin melihat anaknya segera menikah. Apa aku terima saja?" kata Azura bergumam sendiri.
Memikirkan mengenai masalah Azura dan Davanka membuat Azura tidak bisa tidur. Seolah-olah, kalimat Davanka itu memboikot pikiran ku yang lain. Hingga semakin mencoba mengabaikan, maka pikiran itu semakin muncul dan mengambil alih isi kepala Azura.
"Ah ini gak bisa seperti ini terus" kata Azura menutup wajahnya dengan selimut tebalnya tetap saja tidak bisa tidur.
Setelah satu malaman berpikir hal mengenai menjadi calon Davanka, akhirnya Azura berencana mengatakan hasil akhir setelah bergelut semalaman dengan pikirannya sendiri.
"Heh, sini dulu" kata Davanka menarik tangan Azura.
"Apa sih tarik tarik" kata Azura menghempas tangan Davanka.
"Bagaimana? sudah ada keputusan?" tanya Davanka tidak sabar mendengar hasil.
"Aku setuju. Kita akan menikah, tetapi seperti yang kamu bilang dalam pesan kemarin bahwa kita akan bersikap seperti biasa. Hanya membuat orang tua kita bahagia" jawab Azura.
"Ya so pasti. Deal ya" kata Davanka.
"Deal" Azura menjawab dengan tegas.
Setelah kedua belah pihak setuju, Davanka dan Azura melangsungkan pernikahan outdoor di rumah mewah milik Azura. Drama sebelum melangsungkan acara pernikahan. Mulai dari baju sampai segala urusan W.O saling berbeda pendapat membuat Azura dan Davanka membutuhkan waktu lama sampai keduanya sama-sama sepakat.
"Aku maunya biru Dav" kata Azura merengek.
"Hitam lebih bagus" bantah Davanka tak setuju.
"Jangan dong, aku akan terlihat seperti menghadiri pemakaman dav" kata Azura kembali tak sependapat dengan warna baju.
"Ya deh Biru. Tapi modelnya yang ini yah. Gak terlalu mencolok. yang itu terlihat kilat jasnya, Kitakan bukan sedang dangdutan" sahut Davanka menentukan motif jas yang akan ia kenakan nanti.
"Lucu tau dav. Motif ini langkah. Kamu tau apa sih tentang fashion. Yang ini aja ya, kilat gitu jas nya" jawab Azura menolak pendapat Davanka yang tidak terlalu mengerti model.
"Jangan ya Azura. Mending yang Ini, simple" tolak Davanka kembali setelah membayangkan dirinya akan terlihat seperti artis dangdut.
"Ha oke lah yang ini. Gak ngerti style banget" sahut Azura mengakhiri perdebatan.
"Aku maunya nanti acara ini harus perfect, karena aku gak mau acara pernikahan ku terlalu biasa" pinta Azura mengenai acara pernikahannya.
"Udahlah yang biasa aja, ribet tau. nikah itu lelah harus stay sampai acara selesai" jawab Davanka yang suka hal simpel.
"Ya udah gak usah nikah" pekik Azura kesal.
"Oh oke oke terserah kamu. Yang penting kita menikah" kata Davanka kembali mengalah.
"Nah gitu kan senang dengarnya" Kata Azura dengan senyum sumringahnya.
Acara pernikahan Azura dan juga Davanka Raivan berjalan begitu luar biasa. Azura dengan gaun birunya terlihat seperti princess, duduk di sebuah tandu yang diangkat para pengawal. Sedangkan Davanka sangat tampan menggunakan jas menunggangi kuda putih. Sungguh melelahkan bagi Davanka melakukan sesi latihan sebelum acara pernikahan. Davanka sengaja datang dengan Kuda putih agar benar-benar terlihat seperti pernikahan impian Azura. Azura membuat acara pernikahannya sama persis dengan yang ada di Disney.
Seluruh tamu yang hadir terpesona melihat Azura dan juga Davanka begitu keren di acara pernikahan. Terutama Sahabat Azura dan Davanka yang menyaksikan dengan baju couple pemberian Azura sebagai bridemaide mereka berdua.
"Ini benar-benar pernikahan impian para wanita" kata Momo pada Monic.
"Sepertinya besok Aku nikah temanya Indonesia" kata Monic.
"Yah gak hits dong. biasa itu Nic. Lihat nih, jadi princess seperti di film Disney. Uwu banget tau" sambung Momo.
"Boleh kenalan gak, aku Diki" kata pria yang tengah menghampiri Momo. Pria itu adalah sahabat Davanka.
"Tuh jodoh lu minta kenalan" kata Monic berbisik ditelinga Momo.
Momo terlihat salah tingkah dengan pria yang sedari dahulu ia harapkan. Momo membalas jabatan tangan Diki dengan begitu malu.
"Momo" kata Momo memperkenalkan diri.
"Diki" balas Diki memperkenalkan diri kembali.
"Cie. jadi kalian ada rasa nih?" Azura memotong pembicaraan Diki dan Momo.
"Wah wah, diam diam kalian berdua" sambung Davanka semakin meledek Diki dan Momo.
Momo dan Diki semakin terlihat malu-malu di hadapan sahabat mereka.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!