Wajah Azura mendadak kesal setelah Monic menelponnya. Azura kesal, karena Davanka diam-diam telah menemui wanita lain di kampusnya. Setelah mengingat lagi, Azura tak berhak untuk cemburu. Seperti yang dikatakan Davanka, mereka berdua bersikaplah seperti biasa ketika orangtua mereka tidak berada bersama mereka.
"Halo, gimana? udah duduk didekat mereka belum?" kata Azura pada Monic yang disuruh menjadi pengintai.
"Iya. aku lagi di perpustakaan duduk dibelakang Davanka. Kurang jelas mereka ngomong apa, yang ku lihat mereka berdua terlihat akrab" jelas Monic mengintai sambil berbisik ditelepon.
"Dasar Davanka gatal" celetuk Azura kesal.
Monic masih berada di dekat Davanka, berharap mendengar lebih mengenai percakapan Davanka dan teman wanitanya itu. Sikap Monic terlihat begitu mencurigakan, hingga wanita yang biasa disebut Dara yaitu teman Davanka menghampiri Monic yang terlihat membaca buku terbalik.
"Sebentar" kata Dara.
Dara adalah wanita berkulit putih, berambut lurus, memiliki kaki jenjang dan terlihat feminim dengan gaun pendeknya. Dara menghampiri meja Monic alih-alih membaca buku.
"Permisi, mbak kamu bacanya terbalik" kata Dara pada Monic.
Davanka memutar pandangannya ke arah belakang. Melihat Dara telah berbicara pada Monic. Seketika itu Davanka yang mengenal bahwa itu adalah sahabat Azura terlihat menyapa.
"Kamu Monic kan. Sahabat Azura" pekik Davanka.
Sontak melihat Davanka dan Dara menyadari kehadiran dirinya, Monic menurunkan buku yang menutupi seluruh wajahnya. Monic terlihat bingung harus bereaksi seperti apa di situasinya saat ini.
"Eh Davanka suami Azura" sahut Monic sengaja membuka status Davanka didepan Dara.
"Kamu sudah beristri dav?" tanya Dara yang tidak mengetahui status Davanka.
Monic tersenyum memikirkan bahwa dara pasti kecewa dan meninggalkan Davanka. Yang terlihat malah sebaliknya, Davanka begitu jujur berkata dan dara terlihat senang mendengar Davanka telah menikah.
"Wah wah, senang sekali aku mendengar kamu sudah menikah. Akhirnya kamu normal ya dav" kata dara meledek Davanka.
"Btw, kapan kapan aku kenalin sama Azura istri ku ya dar" jawab Davanka.
"Kok gak terlihat kekecewaan apapun ya?" sahut Monic dalam hati.
"Monic, ini dara teman SMA ku dahulu" kata Davanka memperkenalkan.
"Jelasnya kami dahulu satu geng" sambung Dara menjelaskan pada Monic.
Di rumah, Azura masih saja menunggu telepon dari sahabatnya. Azura terlihat cemas, terlihat menggigiti ujung-ujung kukunya. Setelah nya Davanka pulang ke rumah, Azura melihat wajah tak bersalah Davanka. Alih-alih membicarakan mengenai hubungan mereka saat ini, sekaligus memancing Davanka jujur mengenai wanita lain bersamanya.
Di kursi kamar Azura, Davanka duduk dan terlihat lelah, karena jadwal kuliah lumayan padat. Azura membawakan air minum untuk Davanka. Davanka heran melihat sikap Azura begitu hangat padanya. Hal yang jarang terjadi, selama mereka berdua menikah.
"Nih" kata Azura menyodorkan air minum pada Davanka.
"Terima kasih" sahut Davanka.
"Oh ya dav, Mengenai hubungan kita. Meskipun kita tidak saling cinta, kamu tidak akan selingkuh kan ya? Aku takut orangtua kita syok mendadak" terang Azura serius.
"Kenapa? kok tiba-tiba bicara seperti itu?" tanya Davanka.
"Ya karena aku belum siap menyandang status janda, ketika kita berdua bercerai dikarenakan orang ketiga" jawab Azura sedikit menundukkan pandangannya.
Mendengar perkataan itu, Davanka semakin tidak habis pikir dengan Azura. Seolah dirinya adalah lelaki yang suka bermain dengan wanita lain. Padahal Davanka adalah tipe yang sulit untuk akrab dengan wanita manapun. Hanya Azura yang Davanka suka, tetapi berat baginya untuk mengatakan isi hatinya yang sejujurnya. Melihat pembahasan Azura, Davanka malah semakin membuat Azura panas.
"Tergantung sih. Jika ternyata kita menemukan orang yang ternyata cocok, sulit juga bagi kita berdua bersama" jawab Davanka membuat Azura semakin cemas dengan suaminya.
"Jangan begitu dong Dav. Aku paling benci perceraian. Kan kamu yang memintaku untuk menjalani hubungan biasa ini dan sekarang aku terjebak menjadi istrimu. Bahkan sampai sekarang aku belum siap" kata Azura.
"Dia kenapa? pembahasan seolah-seolah aku akan meninggalkan dirinya demi wanita lain" tanya Davanka dalam hati.
Davanka mencoba memijit kepalanya dengan kedua tangannya. Azura mendekati Davanka yang sedang terlihat kelelahan dan tepat duduk disamping Davanka. Tangan Azura mendarat di kepala Davanka, sambil memijit kepala suaminya itu. Davanka hanya terkejut melihat sikap Azura dan terperanjat berdiri.
"Kenapa? bukankah kamu sakit kepala. Biarkan aku memijit kepalamu" kata Azura melihat Davanka mendadak berdiri.
Dava mulai deg-deganan dengan sikap manis Azura. Davanka yang tadinya sakit kepala, mencari-cari alasan agar tidak begitu dekat dengan Azura. Dia hanya tak ingin Azura bersikap terlalu manis, hingga Davanka tak bisa mengontrol diri.
"Aku sebaiknya mandi saja. Setelah itu beristirahat" kata Davanka mulai terlihat salah tingkah.
Azura menerima satu panggilan masuk. Azura mulai terlihat melirik Davanka, dan berusaha menjawab telpon sambil jalan keluar kamar. Azura tidak ingin pembicaraannya dengan Monic sampai diketahui oleh Davanka.
"Nic, kemana aja sih? ditungguin dari tadi malah gak ada kabar" kata Azura kesal.
Davanka curiga dengan sikap Azura mendadak keluar kamar untuk menerima panggilan. Wajah Davanka menyimpan sebuah kecurigaan pada istrinya. Davanka mengira, obrolan mereka tadi adalah tanda-tanda bahwa Azura ingin berselingkuh.
"apa Azura berniat selingkuh?" kata Davanka bertanya dalam hati.
Setelah Monic menceritakan segalanya pada Azura, membuat Azura lega. Kini dirinya tidak akan menyandang status Janda muda, karena perceraian. Meskipun Azura dan Davanka tak saling memperlihatkan diri mereka sama-sama menyayangi, mereka berdua sama-sama takut kehilangan. Azura menutup telepon dan kembali ke kamarnya yang masih menemukan Davanka belum juga beranjak ke kamar mandi.
"Kamu gak jadi mandi?" tanya Azura.
"Lagi chatting. Telepon dari siapa itu? sepertinya penting banget" sahut Davanka sembari pura-pura sibuk dengan ponselnya.
"Oh itu, ada deh teman" jawab Azura sedikit terbata-bata.
Melihat sikap Azura, Davanka malah mencurigai Azura. Davanka mengernyitkan dahinya dan memandang tajam pada Azura. Tidak percaya dengan Azura, Davanka mulai menyindir.
"Teman apa teman?" tanya Davanka.
"Ya kalau kamu ada pria lain jujur saja. Pantas saja pembahasan kamu mengenai perceraian. Apa kamu berniat meninggalkan diriku?" sahut Davanka dengan jujur.
"Kok gitu sih? Aku bukan tipe wanita yang bisa selingkuh. Apalagi saat ini aku terikat dengan hubungan suami-istri ini. Sungguh menyebalkan" kata Azura menggerutu.
Davanka sedikit lega mendengar kata-kata Azura, bahwa dirinya bukan tipe wanita yang bisa berselingkuh. Melihat Davanka tersenyum, membuat Azura memalingkan pandangannya ketempat lain. Davanka berjalan kearah Azura dan menggoda istri polosnya itu.
"Aku mau mandi, kamu mau ikut" sahut Davanka.
"Sana-sana" Azura mendorong suaminya menjauh darinya.
"Hahaha" Davanka tertawa melihat reaksi Azura dan masuk ke kamar mandi.
"Syukurlah Davanka tidak ada hubungan apapun dengan wanita itu. Apa aku harus berlatih menjadi istri yang baik, agar aku tak kehilangan Davanka?" kata Azura begitu lega mengetahui dirinya tidak akan menyandang status janda muda.
Ayah dan ibu Davanka memberikan 2 tiket pesat untuk keberangkatan Davanka dan Azura ke Maldives untuk berbulan madu. Negara yang terkenal dengan keromantisan itu menjadi salah satu tempat yang cocok untuk menghabiskan waktu berdua. Azura setuju saja, tetapi Davanka menolak di karenakan dirinya masih ada kelas ditanggal itu. Davanka meminta pada orangtuanya untuk mengundur niat baik mereka sampai akhir semester genap.
"tidak bisa pa, aku masih ada kelas" kata Davanka menolak.
"gak bisa dikosongkan dahulu kuliah kamu seminggu dav?" tanya om Hartono.
Davanka hanya menggelengkan kepalanya pertanda tidak ada kelas yang bisa dia kosongkan. Azura terlihat kecewa, padahal Maldives adalah tempat yang sangat indah. Orangtua Davanka tidak memaksa keputusan Davanka yang memilih untuk tidak berangkat.
"Kalau begitu ya mau bagaimana lagi. Kasihan sekali menantu mama punya suami masih berstatus mahasiswa. Sabar ya sayang" kata Tante Winda memegang tangan Azura begitu hangat.
Davanka juga kecewa dengan dirinya yang tidak bisa mengikuti keinginan istri dan juga orang tuanya. Hal itu membuat Davanka berjanji setelah akhir semester, mereka berdua akan berbulan madu ditempat yang di inginkan istrinya.
"Serius 2 Minggu lagi?" tanya Azura.
"Iya, ujian akan berakhir 2 Minggu lagi. Setelah itu kita pergi ketempat yang kamu suka" kata Davanka.
"Kamu berkata seperti ini karena ada mama papa kan?" sahut Azura berbisik ke telinga Davanka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments