Di dalam kamar, keduanya begitu kaku. Terjebak di ruangan yang sama sebagai pasangan yang sah. Keduanya saling mencuri pandang. Davanka dan Azura melupakan malam pertama, karena mereka beranggapan cinta diantara keduanya hanya bertepuk sebelah tangan. Sedangkan situasi di rumah Azura, Semua orang melihat Keduanya begitu serasi.
"Oke baiklah. Aku tidak ingin merasa canggung. Aku akan tidur dibawah. Akan ku ambil selimut ini dan juga bantal ini" kata Davanka mencoba memulai perbincangan.
"Lalu bagaimana jika nanti malam aku kedinginan. Selimut kan cuma satu!" sahut Azura melihat Davanka menggelar selimut itu sebagai alas tidurnya.
"Ya sudah. Jika kamu kedinginan, turunlah kebawah untuk aku hangatkan" jawab Davanka menggoda Azura.
"Ih PD banget. Sana sana tidur. Aku akan keluar mengambil selimut di kamar tamu diam-diam" kata Azura tidak terpancing dengan perkataan Davanka.
Davanka hanya tersenyum riang melihat dirinya tengah menggoda Azura. Bahkan Davanka berusaha untuk tidak terlihat terlalu kaku pada Azura. Di lubuk hati Davanka yang paling dalam, dirinya begitu salah tingkah berada di satu kamar dengan perempuan. Meskipun status mereka adalah suami istri.
Sama seperti Azura yang terlihat gelisah. Tidak terbiasa tidur di satu kamar dengan lelaki manapun. Meskipun Davanka tidak tidur seranjang dengannya. Mata Azura pelan-pelan melihat kearah bawah. Memandang Davanka yang tengah tidur di samping kasurnya. Bulu mata Davanka yang lentik, hidungnya yang mancung serta parasnya yang menawan mampu membuat hati Azura deg-degan.
"Jangan lihatin aku tidur. Bisa bolong wajahku kamu lihatin terus" kata Davanka yang ternyata masih dalam keadaan sadar.
"Siapa yang lihatin kamu. GR sekali" jawab Azura langsung memutar arah tidurnya.
"Tidurlah. Besok hari pertama mu menjadi istriku" sahut Davanka menyuruh Azura tidur.
"Apa hubungannya tidur dengan diriku yang berstatus istri?" tanya Azura dalam hati.
Terik matahari pagi menyongsong dari arah jendela tepat menembus pandangan Azura yang tengah tidur di kasur. Azura pun mulai terlihat membuka matanya dan melihat jam yang berada di meja. Dengan samar, Azura melihat ke bawah samping kasurnya. Tidak ada tanda-tanda Davanka. Azura mengira bahwa Davanka tengah pergi pagi-pagi sekali.
Azura mengira dirinya hanya sendiri di kamar. Hingga pada saat Azura membuka bajunya untuk berganti pakaian, Davanka keluar dari kamar mandi menyaksikan Azura hanya memakai atasan dan bawahan. Azura tidak menyadari bahwa Davanka tengah berdiri di belakangnya, sibuk meraih pakaian yang hendak di pakai nya di lemari paling atas. Melihat Azura , Davanka mencoba mengontrol dirinya yang tiba-tiba terpancing. Kini tubuhnya begitu panas. Davanka mengambil handuk yang berada tak jauh darinya lalu berjalan kearah Azura dan menyelimutkan handuk tersebut.
Sontak Azura terkejut melihat Davanka yang tiba-tiba berada di belakangnya. Hal itu membuat Azura mendadak malu dan berlalu kearah kamar mandi meninggalkan Davanka.
"Untung bisa kontrol diri. Kalau tidak entah apa yang terjadi" kata Davanka berbicara sendiri.
Azura melihat dirinya di cermin kamar mandi, melihat detail dirinya di cermin itu. Sungguh aneh yang ada di pikiran Azura saat ini.
"Malu. Davanka melihat diriku tanpa pakaian. Sungguh aku benar-benar malu" kata Azura berbicara pada dirinya di depan cermin.
Sembari melihat dirinya di depan cermin, Azura mulai memutar-mutar tubuhnya. Sisi mana yang Davanka lihat tadi, apakah sisi yang dia lihat begitu tidak patut dipandang mata?.
Azura turun ke bawah, di meja makan terlihat ayah dan ibu Azura serta suami nya Davanka tengah menunggu untuk sarapan bersama. Mengingat hal tadi membuat Azura terlihat begitu canggung pada Davanka.
"Zura, ambilin dong suami kamu" kata ibu Azura memerintah.
"Tidak usah Tante. Dava bisa ambil sendiri" sambung Davanka pada ibu Azura.
"Ih kok Tante dav. Mama!" jawab ibu Azura.
"Eh lupa. iya mama maksud Dava" kata Davanka kembali memperbaiki.
Azura melayangkan se centong nasi ke piring Davanka, dan satu bagian dada ayam goreng kecap ke piring Davanka. Mereka tak berkata apapun. Masih malu dengan kejadian sebelumnya. Davanka hendak menyuap makanan ke mulutnya, tiba-tiba kaki Davanka terasa geli dibawah seperti ada sesuatu yang menempel di kakinya. Davanka mengira istri yang berada di depannya saat ini sedang menggodanya menggunakan kaki. Davanka menatap Azura dengan tatapan aneh.
"Apa?" kata Azura tanpa suara.
Melihat reaksi Azura membuat Davanka bingung. Ibu Azura meminta Azura untuk mengambilkan minum di dapur, membuat Azura beranjak dari kursinya. Dari situ Davanka bingung ketika melihat Azura beranjak pergi, kakinya masih terasa geli. Davanka mencoba menoleh kearah bawah meja makan. Tak disangka, Davanka terkejut melihat ada seekor kucing.
"Kenapa dav?" tanya ayah Azura melihat Davanka menunduk.
"Kucing om" kata Davanka setelah menemukan kucing dibawah meja makan mereka.
"Itu kucing Azura. namanya Miku" sambung ibu Azura.
Davanka hanya sedikit menertawakan dirinya tengah salah sangkah dengan Azura. Dia mengira Azura telah berubah menjadi wanita yang agresif padanya. Ternyata Dalang dibalik semua itu adalah Miku si kucing lucu ikut menemani sarapan.
Azura tidak sibuk kuliah, karena menurutnya itu tidak dibutuhkan. Sampai saat ini, kehidupan Azura terpenuhi. Untuk apa baginya kuliah, toh banyak orang kuliah untuk bekerja. Sebaliknya malah yang terjadi pada Davanka. Meskipun dia telah memiliki segalanya, baginya kuliah dapat menunjang kepribadian nya jauh lebih baik. Apalagi Davanka seorang yang akan meneruskan bisnis keluarganya.
"Ma, pa Davanka berangkat dulu ya" kata Davanka pamit ke kampus.
Mama Azura memberikan kode pada Azura agar mengantar suaminya kedepan dan bersikap layaknya seorang istri. Azura tidak mengerti dengan kode yang dimaksud ibunya hingga ibunya semakin menggelengkan kepala tidak habis pikir melihat tingkah putrinya.
"Sudah sana, antar suami kamu ke depan" seru ibu Azura mendorong bahu anaknya.
Mau tidak mau Azura melangkahkan kakinya mengantar Davanka sampai depan pintu. Davanka berjalan 2 langkah didepan Azura. Azura terlihat meremas tangannya begitu canggung dengan apa yang dia lakukan saat ini. Haruskah Azura selalu bersikap seperti layaknya istri seterusnya?
"Aduh" pekik Azura menabrak punggung belakang Davanka yang tengah berhenti mendadak.
"Sudahlah, bersikaplah biasa jika tidak ada orang tua kita" Davanka memutar tubuhnya menghadap Azura.
"Fyuu syukurlah. Aku juga merasa aneh harus melakukan tugas-tugas para istri diluar sana. Kan ada buk Ijah. mintalah pada nya jika kamu membutuhkan sesuatu" jelas Azura begitu lega.
" Ya ya baiklah. Masuklah kedalam, aku akan terlambat jika meladeni kamu berbicara" sahut Davanka.
"Oke hati hati suami" kata Azura meledek hubungan mereka sekarang.
Davanka hanya tertawa mendengar kalimat terakhir Azura. Kalimat yang ingin Davanka dengar dengan penuh ketulusan dan tanpa paksaan.
Di dalam kamar, Azura memikirkan sesuatu cara agar dirinya tak perlu menjadi robot kembali yang harus melakukan tugas seorang istri sesungguhnya. Lamunan Azura pecah saat panggilan grup chat sahabatnya terdengar ditelinga Azura.
"Halo beb, gimana malam pertama?" kata Momo begitu kepo.
"Sakit gak sih zur? kata orang-orang sakit" sambung Monic begitu polos.
"Apaan sih kalian?. Gak layak untuk diperbincangkan" jawab Azura menolak mengatakan detail dirinya bersama Davanka.
"Yah, gak seru" kata Monic dengan nada kecewa.
"Padahal kami benar-benar penasaran loh" jelas Momo kembali.
Seperti yang terjadi pada Azura, menanggapi pertanyaan sahabatnya. Hal sama juga terjadi pada Davanka di kampus, teman satu geng nya bertanya mengenai malam pertama itu rasanya bagaimana.
"Kuat gak tadi malam" kata Diki pada Davanka.
"Ya kuatlah. Percuma otot ini gede" sambung Reza menggoda Davanka.
Mendengar Diki dan Reza mengenai hubungannya dengan Azura, membuat Davanka mengingat kejadian di kamar yang tengah melihat istrinya tanpa pakaian dan begitu sangat seksi.
"Ingin rasanya aku memeluk Azura dari belakang. Menikmati deru nafas Azura. Merasakan kehangatan di setiap tubuhnya" kata Davanka dalam lamunannya sendiri.
"Sudahlah. Kalian begitu kepo. Seharusnya kalian berdua rasakan saja sendiri. Menikahlah" jawab Davanka pada pertanyaan teman-teman nya tersebut.
Di perpustakaan kampus, jalan Davanka terhenti karena melihat wanita yang sedari tadi memperhatikannya. Pandangan Davanka juga terlempar kearah yang lainnya. Davanka tidak ingin merasa ke GR an dengan sikap perempuan yang terlihat memantaunya itu. Melanjutkan langkahnya dan duduk di bangku kosong menghadap ke jendela. Jendela yang dari tempat Davanka melihat begitu hijau dan asrinya di luar ruangan.
Wanita itu mencoba duduk didekat Davanka dan benar-benar memperhatikan Davanka terang-terangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments