Perjodohan

Alunan piano terdengar dari luar, Azura yang tengah bersantai berada di kamarnya sedikit terusik dengan lantunan piano yang begitu indah. Instrumen itu mampu menghentikan dirinya yang sedang sibuk melukis wajah pangeran berkuda putih impiannya. Azura keluar dan menuruni tangga menuju lantai dasar.

"Plok plok plok" tepukan tangan.

Semua orang menyaksikan Davanka memainkan piano, jari jemarinya yang lentik mampu menghipnotis ayah dan ibu Azura beserta dirinya. Piano yang hanya ayah Azura bisa memainkannya di rumah ini. Kini Davanka dengan baik memainkan instrument yiruma.

"Nah ini dia sudah keluar" kata mama Azura menggandengku.

"Ada apa ma? kok ada om Tante dan Dava?" jawab Azura bingung.

Semua orang terlihat serius saat Azura bertanya mengenai kedatangan orang tua Davanka beserta dirinya. Mereka mulai berbincang di ruang tamu ditemani dengan suguhan yang telah disiapkan oleh bik Ijah. cake red Velvet kesukaan Azura.

"Kamu Azura sudah punya pacar?" tanya om Hartono.

"Mmm belum om" jawab Azura sedikit bingung dengan pertanyaan om Hartono.

"Kamu jangan kaget ya sayang, kedatangan om dan tante serta Davanka kesini meminta kamu jadi calon Davanka. Apa kamu setuju?" jelas mama Azura membuat syok dirinya seketika mematung.

"Apa? gak salah dengar? Davanka mau menjadikanku calon istrinya? Mau. aku mau" kata Azura dalam hati berkhayal telah menjadi nyonya Davanka.

"Azura, zura" suara seseorang membangunkan Azura yang tengah pingsan.

Setelah perkataan mama Azura sebelumnya mengenai calon Davanka, membuatnya syok dan pingsan di saat itu juga. Semua orang mencoba membuat Azura bangun. Davanka mendadak pergi ada urusan penting masalah kuliahnya. Ketika Azura mulai sadar, Davanka malah pergi terburu-buru meninggalkannya.

"Ini dia serius gak sih? atau cuma prank" kata Azura dalam hati.

Memikirkan keputusan dengan baik, membuat Azura meminta waktu untuk memikirkan matang-matang keputusan untuk menjadi calon Davanka. Azura takut salah mengambil langkah, karena pernikahan itu adalah hal yang sakral. Bukanlah sebuah permainan.

"Tante, boleh tidak Azura meminta waktu untuk berpikir dahulu. Secepatnya Azura kabari". kata Azura sambil memegang tangan Tante Winda yang berada disampingnya.

"Tante juga minta maaf ya sayang terlalu cepat dan terburu-buru. Gak papa jika Azura ingin memikirkan hal ini dahulu. Tante tidak memaksa Azura" jawab Tante Winda merangkul Azura.

Davanka tidak menyangka bahwa Azura masih membutuhkan waktu untuk berpikir. Air minum di gelas yang Davanka genggam tiba-tiba lepas dari genggamannya. Sehingga jatuh dan pecah di lantai. Pikiran Davanka mulai kalut apabila Azura memberikan hasil penolakan padanya.

"Hati-hati dong dav. pecah nih" kata Tante Winda pada Davanka yang tengah bengong.

"Berapa lama dia meminta waktu ma?" tanya Davanka.

"Entahlah, dia bilang secepatnya" jawab Tante Winda.

"Kalau begitu, Davanka pergi ke kamar dulu ya ma" sahut Davanka izin ke kamar.

Dengan langkah cepat, Davanka menuju kamar tidurnya untuk mengambil ponsel miliknya. Meraih ponsel yang berada di tempat tidur, mencari kontak Azura untuk memastikan dirinya agar menerima niat baik Davanka dan keluarga menjadikan Azura sebagai istrinya kelak.

"Perlu kamu ketahui, aku melakukan itu semua atas dasar kebahagiaan orang tua. Aku berpikir kita berdua sudah mengenal baik, jadi sebuah hubungan pernikahan tak terlalu buruk di mataku. Kita hanya akan beraktivitas seperti biasa saja, hanya status kita saja suami istri. Kamu juga ingin kan melihat orangtua mu bahagia melihat anaknya menikah dengan anak sahabatnya" kata Davanka mengirimkan penjelasan untuk Azura melalui chat.

Azura baru saja selesai mandi. Handuk di kepalanya bahkan belum mampu membuat rambutnya kering. Mendengar ada pesan masuk, Azura langsung membaca pesan yang berasal dari Davanka. Azura sedikit kaget membaca pesan Davanka, perkiraan Azura sedari tadi semakin memunculkan bahwa Davanka tidak serius untuk hubungan pernikahan yang sesungguhnya. Semua karena kebahagiaan orangtua saja.

"Beri aku waktu untuk berpikir" jawab Azura melalui chat singkat.

"Dia memang tidak serius mencintaiku. semua itu hanya omong kosong didepan ayah dan ibunya. Akan tetapi, jika aku menolak keinginan orang tua. Itu sama saja mematahkan impian para orang tua kami yang ingin melihat anaknya segera menikah. Apa aku terima saja?" kata Azura bergumam sendiri.

Memikirkan mengenai masalah Azura dan Davanka membuat Azura tidak bisa tidur. Seolah-olah, kalimat Davanka itu memboikot pikiran ku yang lain. Hingga semakin mencoba mengabaikan, maka pikiran itu semakin muncul dan mengambil alih isi kepala Azura.

"Ah ini gak bisa seperti ini terus" kata Azura menutup wajahnya dengan selimut tebalnya tetap saja tidak bisa tidur.

Setelah satu malaman berpikir hal mengenai menjadi calon Davanka, akhirnya Azura berencana mengatakan hasil akhir setelah bergelut semalaman dengan pikirannya sendiri.

"Heh, sini dulu" kata Davanka menarik tangan Azura.

"Apa sih tarik tarik" kata Azura menghempas tangan Davanka.

"Bagaimana? sudah ada keputusan?" tanya Davanka tidak sabar mendengar hasil.

"Aku setuju. Kita akan menikah, tetapi seperti yang kamu bilang dalam pesan kemarin bahwa kita akan bersikap seperti biasa. Hanya membuat orang tua kita bahagia" jawab Azura.

"Ya so pasti. Deal ya" kata Davanka.

"Deal" Azura menjawab dengan tegas.

Setelah kedua belah pihak setuju, Davanka dan Azura melangsungkan pernikahan outdoor di rumah mewah milik Azura. Drama sebelum melangsungkan acara pernikahan. Mulai dari baju sampai segala urusan W.O saling berbeda pendapat membuat Azura dan Davanka membutuhkan waktu lama sampai keduanya sama-sama sepakat.

"Aku maunya biru Dav" kata Azura merengek.

"Hitam lebih bagus" bantah Davanka tak setuju.

"Jangan dong, aku akan terlihat seperti menghadiri pemakaman dav" kata Azura kembali tak sependapat dengan warna baju.

"Ya deh Biru. Tapi modelnya yang ini yah. Gak terlalu mencolok. yang itu terlihat kilat jasnya, Kitakan bukan sedang dangdutan" sahut Davanka menentukan motif jas yang akan ia kenakan nanti.

"Lucu tau dav. Motif ini langkah. Kamu tau apa sih tentang fashion. Yang ini aja ya, kilat gitu jas nya" jawab Azura menolak pendapat Davanka yang tidak terlalu mengerti model.

"Jangan ya Azura. Mending yang Ini, simple" tolak Davanka kembali setelah membayangkan dirinya akan terlihat seperti artis dangdut.

"Ha oke lah yang ini. Gak ngerti style banget" sahut Azura mengakhiri perdebatan.

"Aku maunya nanti acara ini harus perfect, karena aku gak mau acara pernikahan ku terlalu biasa" pinta Azura mengenai acara pernikahannya.

"Udahlah yang biasa aja, ribet tau. nikah itu lelah harus stay sampai acara selesai" jawab Davanka yang suka hal simpel.

"Ya udah gak usah nikah" pekik Azura kesal.

"Oh oke oke terserah kamu. Yang penting kita menikah" kata Davanka kembali mengalah.

"Nah gitu kan senang dengarnya" Kata Azura dengan senyum sumringahnya.

Acara pernikahan Azura dan juga Davanka Raivan berjalan begitu luar biasa. Azura dengan gaun birunya terlihat seperti princess, duduk di sebuah tandu yang diangkat para pengawal. Sedangkan Davanka sangat tampan menggunakan jas menunggangi kuda putih. Sungguh melelahkan bagi Davanka melakukan sesi latihan sebelum acara pernikahan. Davanka sengaja datang dengan Kuda putih agar benar-benar terlihat seperti pernikahan impian Azura. Azura membuat acara pernikahannya sama persis dengan yang ada di Disney.

Seluruh tamu yang hadir terpesona melihat Azura dan juga Davanka begitu keren di acara pernikahan. Terutama Sahabat Azura dan Davanka yang menyaksikan dengan baju couple pemberian Azura sebagai bridemaide mereka berdua.

"Ini benar-benar pernikahan impian para wanita" kata Momo pada Monic.

"Sepertinya besok Aku nikah temanya Indonesia" kata Monic.

"Yah gak hits dong. biasa itu Nic. Lihat nih, jadi princess seperti di film Disney. Uwu banget tau" sambung Momo.

"Boleh kenalan gak, aku Diki" kata pria yang tengah menghampiri Momo. Pria itu adalah sahabat Davanka.

"Tuh jodoh lu minta kenalan" kata Monic berbisik ditelinga Momo.

Momo terlihat salah tingkah dengan pria yang sedari dahulu ia harapkan. Momo membalas jabatan tangan Diki dengan begitu malu.

"Momo" kata Momo memperkenalkan diri.

"Diki" balas Diki memperkenalkan diri kembali.

"Cie. jadi kalian ada rasa nih?" Azura memotong pembicaraan Diki dan Momo.

"Wah wah, diam diam kalian berdua" sambung Davanka semakin meledek Diki dan Momo.

Momo dan Diki semakin terlihat malu-malu di hadapan sahabat mereka.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!