Hai.. Tentaraku.
Berawal dari pertemuan yang tidak disengaja diantara kami dan tanpa tahu siapa dan apa identitasnya aku mulai merindu seorang diri. Tersenyum manis saat mengingat tangannya yang kuat dan kokoh itu terulur di depan muka ku bermaksud membantuku agar bisa bangun dari jatuh sesaat setelah bertabrakan tubuh dengannya.
"Apa kamu baik-baik saja"
Aku terbengong dan mendongak "oh my god! Malaikatku sudah diturunkan Tuhan untukku. Ya dia pasti malaikat penjaga hatiku yang sering patah ini" Racauku dalam hati girang tak tertolong.
Karena aku hanya diam saja, ia mulai jongkok dan memeriksa kakiku.
"Apakah ini terkilir? " Memeriksa lagi apakah ada yang cedera denganku karena aku tidak merespon satupun pertanyaannya.
"Ampun Tuhan! Jantungku.. Oh tolong kenapa seperti aku mau pingsan?"
Brukk
"Hei mbak. Mbak tolong bangun! "
Aku membuka mata "ah silau sekali. Dimana ini?"
Menoleh ke kanan dan kiri siapa tahu ada orang tapi ternyata hanya aku seorang diri di tempat yang serba putih. "Apakah ini surga? Oh no! Apa aku sudah mati?" Batinku
"TIDAK! " teriakku kencang. Tidak aku berteriak terlampau kencang.
Aku meraung memohon ampunan karena menganggap sudah mati dan akan mendapat hisab yang buruk seperti yang biasa tayang di sinetron-sinetron azab tontonan mama. Aku mulai menangis teringat karena sering mencuri udang goreng mama yang paling mantap itu. "Mama loly minta maaf ma" Berderai-derai sudah air mata ini.
Tiba-tiba aku dikagetkan dengan pelukan yang sangat erat "sayang.. Loly.. Jawab mama nak. Are you okay baby? "
Siapa yang memelukku? Hantu kah?
Ku tengok di sebelah kiriku. Oh mama. Tunggu! Kok di surga ada mama?
"Ma.. Kenapa mama disini? Alam kita sudah beda. Loly sudah mati ma" Lirihku yang masih tak mengerti bahwa kami di kamar rumah sakit kota ku sendiri Jombang.
"Hei bangun dari hayalanmu itu! Dasar anak gadis kok suka halu. Siapa yang mati? Hah. "
Aku terkaget dengan teriakan mama juga dengan pukulan tangannya yang lembut di bahuku.
"Aduh aduh.. Ampun ma. Ikhlaskan Loly ya ma"
"Dasar gadis oneng. Loly kamu masih hidup nak. Ayo sadarlah! " Elus mama kemudian.
"Jadi Loly masih hidup? Loly belum mati? "
"Belum. Kamu itu hanya kecelakaan kecil. Mengapa sampai geser otaknya? "
Ah dasar. Jangan kaget dengan mamaku. Memang orangnya berjiwa muda dan agak konyol sepertiku.. Hehe
Tapi aku bersyukur setidaknya aku tidak mati di usia muda. Aku kan belum bertemu pangeranku.
"Alhamdulillah ma.. Loly kira sudah mati karena disini hanya sendiri" Kulihat seluruh ruangan "dan ruangan ini serba putih. Hehehe. Papa dimana ma? "
Mama hanya menunduk lalu menampakkan senyum manis. "Loly setelah boleh pulang kita pindah ya ke surabaya. Kasihan nenek sendirian disana. Mama kan tidak punya saudara".
Mama mengalihkan pembicaraan seperti ada yang disembunyikan, tunggu.
" Loh kok pindah? Tapi ya sudahlah tidak masalah kita pindah. Kan Loly juga mau daftar beasiswa di universitas bagus di sana. Doakan Loly lulus seleksi beasiswa ya ma. "
"Iya sayangku. Anak gadis mama satu-satunya. Pasti mama doakan semoga anak mama yang cantik jelita tiada tara ini mendapatkan hasil yang terbaik"
"Aamiin" Kami bersama lalu saling menoleh dan tertawa. Entah , beginilah kami karena sering berdua jadi seperti sahabat juga karena mamaku yang tidak kolot serta selalu mengerti aku.
Esoknya aku sudah diperbolehkan untuk pulang ke rumah dari rumah sakit itu oleh dokter yang bertugas.
Sesampainya kami di rumah dibuat heran oleh banyaknya barang yang morat marit (berantakan) dimana-mana.
"Ma ini tas Loly kok dibuang? Dan semua ini barang Loly kan ma? "
"Sebentar sayang kita periksa dulu ke dalam. Semoga tidak benar"
Saat kami berjalan memasuki rumah terdengar suara tawa dua orang berjenis kelamin perempuan. Tawa yang renyah dan bahagia seperti telah memenangkan undian lotre miliaran rupiah.
"Hahaha.. Biarkan saja. Salah sendiri mamanya yang sudah usang itu melarang kamu memindahkan barang-barang anaknya ke gudang belakang".
" Iya mi. Kan jena maunya kamar itu untuk jena. Lagian harusnya dua orang itu tidak tinggal disini lagi. Bukannya papa dan orang jelek itu sudah bercerai? "
Belum juga terjawab sudah keduluan Loly menyahuti obrolan dua orang asing yang sedang duduk santai dan oh tidak gadis itu. Bukannya dia jena sahabat kecilnya?
"Jena kok kamu disini? Dan apa maksud kata-kata kalian tadi?"
Menoleh ke arah mama "siapa yang bercerai ma? "
Loly sedikit bingung.
Baru kemarin sore ia diminta mamanya untuk membeli tepung pisang goreng di salah satu minimarket dekat rumah lalu ia bertabrakan dengan seseorang dan masuk rumah sakit karena pingsan. Tapi setelah pulang kenapa semuanya sudah berubah? Apa yang salah sebenarnya? Ini tidak beres pikirnya.
"Ma kenapa diam saja. Siapa yang bercerai? Dan.. "
Belum selesai Loly bertanya pada mamanya yang terlihat sudah pucat sudah dipotong oleh mami Jena.
"Hei gadis buangan. Sama seperti mamanya. Cih merepotkan saja. Kalian itu sudah tidak dibutuhkan lagi disini. Dan oh ya Ronald papa kamu itu sudah menikah denganku dua tahun yang lalu. Jadi sesuai janjinya setelah dua tahun dia bercerai dengan mamamu yang bodoh dan kalian harus keluar dari rumah ini" Sarkas mami Jena.
"Ada apa ini ribut-ribut? " Papa Ronald turun dari lantai dua.
"Pa, kenapa tidak pernah pulang? Loly rindu papa. " Loly bergegas ke arah papa dan memeluknya.
"Papa sedang sibuk nak. Setelah ini tolong pindah ke kamar dekat gudang ya. Kamarmu biar ditempati oleh Jena. Dia menyukai nya"
Loly mendongak menatap tak percaya papanya akan berkata begitu.
"Kenapa Loly harus pindah? Itu kamar Loly".
" Tidak Loly, itu menjadi kamar Jena sekarang. Jadi bersikaplah lebih dewasa. Dia saudaramu sekarang. Papa minta akurlah kalian berdua"
Lantas Loly melepas pelukannya pada sang papa. Lalu menatap mamanya yang hanya terdiam membeku ditempat semula ia berdiri.
Apakah ini alasan papa jarang pulang dan hanya sesekali saja bahkan sehari pun tidak pernah menginap lagi di rumah. Kini sang papa telah pulang dengan membawa bom yang seketika memporak porandakan impiannya. Keluarga bahagia layaknya novel yang selalu ia baca.
Seketika Loly luruh merosot ke lantai. Air mata tak dapat terelakkan. Semuanya hancur. Mimpinya ingin pergi ke negara ginseng bersama mama dan papa untuk merayakan kelulusan. Ia mendapat juara satu seperti yang selalu papa bilang harus berprestasi untuk membuat papa bangga dan bahagia agar kerja kerasnya tidak sia-sia.
Kembali mendongak dan berjalan ke arah mamanya "Apa mama sudah tahu? "
Mama hanya menganggukkan kepala bahkan mengusap air mata sendiri saja sudah tak sanggup. Mama pasti lebih hancur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Susi Ana
semangat tentaraku
2022-01-07
2