Cinta Yang Hilang

Cinta Yang Hilang

Episode 1 Masa Kecil di Jakarta

Seketika itu pun terdengar suara letusan senjata yang membuat kepanikan para tamu undangan dan mereka pun berhamburan keluar dari lokasi pernikahan Jovan dan Marissa.

Polisi menyamar dan para pengawal pun segera meringkus pria yang tersenyum sinis dan tertawa bagaikan orang tak waras.

Sementara itu di panggung pelaminan, Jovan terkapar dengan darah segar mengalir dari punggungnya, yang ia gunakan sebagai perisai untuk melindungi Marissa dan Mario.

Marissa pun berteriak histeris ketakutan, air matanya pun mengalir deras melihat Jovan yang baru saja menjadi suaminya tergolek tak berdaya di depannya.

Kedua orang tua Jovan pun tak kalah panik, mereka segera memeriksa keadaan putranya dan menantunya.

Mario, ayah Marissa berteriak meminta bantuan ambulan. Sambil menghampiri putrinya dan kemudian memeluknya erat.

Tubuh Marissa bergoncang hebat karena tangisnya.

Jovan merasa semua berjalan dengan lambat, semua tampak dalam gerakan yang sangat lambat, ia pun tersenyum melihatnya kemudian ia pun menutup matanya.

Bayangan kehidupannya sedari kecil pun muncul dihadapannya.

"Jooo!! jangan lupa jemput Icha," teriak Jovanka dari ruang makan.

Jovan yang sedang menalikan sepatu sekolahnya pun menjawab dengan malas.

"Iya, Bun."

Sang bunda yang memahami putra bungsunya ini pun menghampiri.

"Tante Riska masih sakit, jadi belum bisa antar jemput Icha. Kamu kan tahu sendiri, mereka cuma tinggal berdua. Tolong ya, Sayang."

"Iya Bun, aku tahu kok. Aku berangkat sekarang ya Bun, assalamu'alaikum," ucap Jovan sambil mencium tangan Jovanka sebagai rutinitasnya sebelum berangkat ke sekolah.

"Wa'alaikumsalam, hati-hati, jangan ngebut!!" ucap Jovanka mengingatkan.

"Iya, Bun," jawab Jovan sambil melambaikan tangannya dan segera mengayuh sepedanya menuju rumah Marissa yang terletak di samping depan rumahnya.

Marissa adalah anak tunggal dari Riska. Riska sendiri adalah ibu tunggal untuk putri semata wayangnya, yang dikarenakan pengkhianatan suaminya dan kemudian menceraikannya di saat Marissa berusia 4 tahun.

Semenjak saat itu, Riska menopang kehidupannya dan buah hatinya dengan menerima pesanan makanan dan jahitan.

Marissa yang telah melihat Jovan, pun segera berpamitan.

"Bu, Icha berangkat yaa, Bang Jovan sudah di depan."

"Iya, hati-hati. Jangan lupa bilang terima kasih yaa," jawab Riska sambil mengantarkan putri tunggalnya hingga teras rumahnya.

"Iya Bu. Assalamu'alaikum," jawab Marissa.

"Wa'alaikumsalam. Makasih ya Jo, tante titip Icha," teriak ibu Marissa dari teras rumahnya.

"Iya Tante, ga papa, kan sekalian jalan. Jovan berangkat, Te, assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Setelah Marissa menaiki sepeda, Jovan mulai mengayuh sepedanya menuju sekolahnya yang berjarak hampir 2 km.

"Cha, pegangan yang bener dong, Abang ga mau tanggung jawab lho kalau kamu jatuh," ucap Jovan yang hafal betul akan Marissa yang selalu berpegangan pada jok sepedanya.

"Aku sudah pegangan kok, Bang," jawab Marissa.

"Pegangan baju Abang deh, Abang juga jadi lebih ngeh kalau kamu masih duduk di belakang," ucap Jovan lagi.

"Ih Abang, emangnya aku mau pindah kemana?? udah ah aku pegangan sadel aja," jawab Marissa.

Jovan pun tak mendebat ucapan Marissa lebih lanjut, karena hanya akan membuat Marissa lebih kesal, ia pun melanjutkan kayuhannya menuju SD Mutiara Insani yang berjarak sekitar 2 km dari rumah mereka.

Sesampainya di sekolah, mereka segera menuju kelas masing-masing.

Jovan merupakan siswa kelas 6, yang sebentar lagi akan menjalani ujian nasional.

Sedangkan Marissa adalah adik kelasnya, yang masih duduk di kelas 2.

Persiapan menuju UN membuat Jovan lebih serius belajar, ketimbang biasanya. Jovan memang dikenal sebagai siswa yang cerdas, tetapi ia hanya belajar jika ujian atau ulangan.

"Jo!! lo berangkat sama Icha lagi??," tanya Arman teman sekelasnya.

"Iya, emangnya kenapa??" jawab Jovan yang juga balik bertanya.

"Tumben sudah sepekan, berangkat bareng terus, biasanya cuma sehari dua hari," jawab Arman.

"Ibunya masih sakit, yaa mau ga mau gue di suruh jemput Icha, jadi yaa berangkat bareng deh," ucap Jovan.

"Nasib tetangga yaa. Hati-hati naksir!!" goda Arman.

"Yeee ngapain naksir sama anak kecil !!" ucap Jovan setengah kesal.

"Yaa siapa tahu. Eh iya, pekan depan kan kita sudah ujian, lo sudah siap ??" tanya Arman.

"In syaa Allah, eh sudah mau bel, yuk buruan," ucap Jovan.

Jovan dan Arman pun segera memasuki kelasnya. Tak lama bel tanda masuk berbunyi, aktifitas belajar di sekolah pun di mulai seperti biasa.

Bulan-bulan berlalu, Jovan mulai menghadapi ujian akhir sekolahnya.

Selesai ujian, Jovan memilih bersantai di rumahnya sambil membaca komik kesukaannya.

"Van, tolong kamu antar kain ini ke ibunya Icha," panggilan sang bunda membuatnya meletakkan komik yang sedang dibacanya.

"Kain untuk apa Bun??" tanya Jovan.

"Seragam untuk nikahannya mbak Tanti nanti," jawab Jovanka.

"Hah?? mbak Tanti mau nikah?? sama siapa??" tanya Jovan.

"Sudah, kamu anterin aja, ga usah pakai banyak tanya, ibu juga ga tahu siapa calonnya," jawab Jovanka.

Jovan yang merasa sedikit terganggu karena harus meninggalkan komik kesukaannya pun berjalan dengan malas ke rumah Marissa yang berada di depan rumahnya yang hanya dipisahkan oleh jalan komplek.

Sampai di depan rumahnya, Jovan segera memasuki pekarangan rumah Marissa, karena pintu pagarnya memang sering tidak dikunci ketika siang hari.

"Assalamu'alaikum," sapa Jovan sambil mengetuk pintu rumah Marissa.

Riska, ibu dari Marissa yang sedang di dapur pun segera menuju ruang tamu untuk membukakan pintu.

"Wa'alaikumsalam, eee Jovan, masuk," ucap Riska.

"Ga Te, aku cuma ngasih ini aja kok," tolak Jovan sambil menyerahkan 2 lembar bahan kain.

"Yakin ga mau masuk dulu?? padahal tante lagi manggang brownis lho," ucap Riska.

Dengan cepat, Jovan segera masuk menuju ruang makan, karena menurut Jovanka dan Riska hanya tamu yang duduk di ruang tamu ketika bertamu.

Riska pun tertawa kecil melihat tingkah laku Jovan.

"Tunggu ya Jo," ucap Riska sambil berjalan menuju dapur.

"Chaaa, temenin Bang Jo di ruang makan gih!! sekalian aja tanya, katanya ada PR matematika, minta tolong Bang Jo ajarin aja !!" teriak Riska dari dapur.

Jovan pun tertawa kecil mendengar ucapan Riska.

Marissa yang sedang mengerjakan PRnya di dalam kamarnya pun mengintip dari pintu kamarnya yang tidak di tutup.

"Napa Cha, mana PRnya??" tanya Jovan yang melihat sebagian kepala Marissa muncul dari pintu kamarnya.

"Tunggu, Bang," jawab Marissa yang segera mengambil buku matematikanya dan membawanya ke meja makan.

"Nih Bang, tolong ajarin!! Aku ga ngerti caranya."

Jovan mengambil buku matematika Marissa dan mulai membacanya.

"Oooo pecahan.Cha, Abang langsung ngerjain soalnya yaa, nanti sekalian Abang jelasin caranya," ucap Jovan.

"Oke!!" jawab Marissa dengan mata berbinar.

Jovan kemudian mengerjakan soal matematika Marissa sambil menerangkan caranya.

Setelah itu,

"Nah, sudah ngerti belum??" tanya Jovan.

"Hmmm sudah sih," jawab Marissa.

"Yuk, kamu kerjain PRnya yang ini, Abang tungguin sampai selesai," ucap Jovan.

Sembari Marissa mengerjakan PR sekolahnya, Jovan memperhatikan Marissa.

"Tulisannya semakin rapi aja nih bocah," gumam Jovan dalam hati.

Riska kemudian datang membawakan beberapa potong brownies yang baru matang dan minuman untuk Jovan.

"Dimakan dulu Jo," ucap Riska.

"Makasih Te, Jo makan yaa," jawab Jovan.

Jovan paling menyukai brownies buatan Riska karena rasanya yang pas menurutnya. Bahkan ia pernah menghabiskan setengah loyang sendiri, namun ia pun berhenti memakannya lagi karena ditegur oleh Jovanka, tetapi Riska yang sudah menganggap Jovan sebagai putranya sendiri itu, tak pernah keberatan jika Jovan menghabiskan seluruhnya.

Dengan lahap Jovan pun menikmati brownies buatan Riska.

"Habiskan saja, masih banyak kok di belakang. Nanti tante bawain juga buat di rumah," ucap Riska.

"Makasih Te, jadi keenakan nih," jawab Jovan yang masih menikmati brownies kesukaannya.

Sementara itu, Marissa masih berkutat dengan PR matematikanya.

Jovan yang masih menikmati brownies buatan Riska, tetap memperhatikan Marissa mengerjakan PRnya.

Lalu,

"Eeee salah nih, coba di cek lagi angkanya," tegur Jovan ketika melihat Marissa salah mengerjakan soalnya.

"Bukannya bener Bang, kan ini..... ooo iya deng, salah. Hihihi makasih Bang," ucap Marissa.

"Yang teliti ngerjainnya," ucap Jovan mengingatkan.

Beberapa saat kemudian, ketika Marissa telah selesai mengerjakan tugas sekolahnya, ia mendapati browniesnya tinggal satu potong.

Timbul niat iseng Jovan untuk mengganggu Marissa, dengan cepat ia memasukkan potongan terakhir ke dalam mulutnya dan sesuai dengan perkiraannya Marissa marah sambil memukulinya.

"Abang jahat!!! iseng!!! aku kan mauuuu!!! Abaaaaang!!!!" teriak Marissa sambil terus memukuli lengan Jovan.

Bukannya kesakitan, Jovan malah tertawa geli melihat ekspresi kesal Marissa.

Riska pun menghampiri keduanya setelah mendengar keributan kecil di ruang makan.

"Ada apa sih, Cha??? browniesnya masih banyak, dibelakang juga masih ada kok. Sudah, Bang Jovan jangan dipukulin terus, kasian nanti memar lho," tegur Riska kepada putrinya.

"Biarin!!!" jawab Marissa yang masih kesal.

"Eh, Jo pulang dulu ya, Te. Makasih browniesnya Te!!" pamit Jovan.

"Iya, makasih juga sudah bantuin Icha ngerjain PRnya," ucap Riska.

"Sama-sama Te," ucap Jovan.

Jovan pun tak lupa untuk berpamitan kepada 'adik' kecilnya.

"Aduuuh adik manis ini ngambek karena brownies, maafin yaaa. Sekarang, Abang pulang yaa, besok-besok kalau ada PR lagi, langsung ke rumah aja, cari para Abang yang bisa ngebantuin, Icha jadinya bebas bisa pilih, mau sama Bang Jordan, Bang Josie, atau yang iniiii!! ya ya ya. Ish cemberut muluk niii, yowes Abang pulang dulu yaa," ucap Jovan sambil mengacak-acak rambut Marissa juga mencubit pipinya.

Kemudian ia pun segera berlari menuju rumahnya untuk menghindari amukan Marissa.

Marissa yang semakin kesal segera berlari mengejar Jovan sambil berteriak.

"Abaaaang !!!!" teriak Marissa.

Jovan tertawa sambil terus berlari menuju kamarnya.

Sedangkan langkah Marissa terhenti di teras rumahnya, ia pun kembali masuk ke dalam kamarnya dengan rasa kesal.

Jovanka pun menghampiri putranya masih tertawa di dalam kamarnya.

"Kamu ngapain lari-lari pakai ketawa-ketawa gitu?? pasti habis ngerjain Icha lagi yaa??" tanya Jovanka.

Bukannya menjawab, ketika mendengar pertanyaan Jovanka, ia malah tertawa semakin kencang.

"Eh kamu, anak gadis digangguin terus, nanti lama-lama naksir lho," goda Jovanka.

"Ih bunda, apaan sih. Naksir Icha?? hahaha mana mungkin, bocah pendek, aneh, kerjanya ngerengek muluk, ' Abaaaang pelan bawa sepedanya!! , Abaaang jangan dihabisin browniesnya!! , Abaaang bantuin tuh ada yang isengin aku lagi!!, Abang... Abaaaang muluuuuk!!! hadeee naksir dari Hongkong !!" ucap Jovan sedikit kesal.

"Terserah deh, tapi sering tuh kejadian, kecilnya berantem aja kerjanya, eh gedenya nikah," goda

Jovanka.

"Aaah Bunda ada-ada aja mengarang indahnya. Aku baru mau masuk SMP, sudah diomongin mau nikah," ucap Jovan sambil berbaring di tempat tidurnya.

"Sudah sore, mandi sana!! nanti jangan terlambat ke masjid," ucap Jovanka.

" Siaaaap Ndan!! " jawab Jovan lengkap dengan posisi hormat tetapi tetap sambil berbaring, yang membuat Jovanka menggelengkan kepalanya.

"Oiya Bu, ada brownies dari tante Riska," ucap Jovan sebelum masuk ke kamar mandi.

Jovanka pun segera memindahkan tempatnya dan meletakkannya kembali di meja makan.

Bulan-bulan berlalu, Jovan telah memasuki SMP yang berada di samping SDnya dulu.

Sehingga, ia masih berangkat ke sekolah bersama Marissa.

Hingga suatu waktu, dipertengahan kelas 7, Jorrian, ayah Jovan mengumpulkan anggota keluarganya selepas makan malam.

"Ayah mau buat pengumuman. Ayah dipanggil kembali ke Singapore, untuk itu kita semua akan pindah ke sana, tetapi nanti setelah ayah mendapatkan rumah dan sekolah untuk kalian semua," ucap Jorrian.

Ketiga putranya pun saling berpandangan.

"Kita semua Yah?? balik ke Singapore??" tanya Jordan, kakak pertama Jovan yang baru akan memasuki bangku kuliah di Singapura.

"Iya, Ayah ga mau kita pencar-pencar, semuanya ikut ke Singapore," ucap Jorrian lagi.

"Pekan depan Ayah berangkat, kalian nanti menyusul bersama Bunda, setelah Ayah dapat tempat tinggal dan sekolah untuk kalian," jelas Jorrian.

Ketiga bersaudara itu pun hanya terdiam tanpa kata kembali ke kamar mereka masing-masing.

Pikiran Jovan mulai berkelana, sudah lama ia ingin pindah ke negara asal ayahnya, yang hanya ia kunjungi di saat lebaran atau liburan sekolah.

Berbeda dengan kedua kakaknya yang lahir dan sempat tinggal di sana hingga Josie berusia 2 tahun, sehingga kepindahannya ini tidak terlalu spesial buat mereka atau Jordan yang baru saja di terima di Singapore Aviation Academy yang hanya tinggal menunggu jadwal masuk beberapa pekan lagi.

Jovan pun tak sabar untuk segera pindah ke Singapura dan mendatangi tempat-tempat favoritnya di saat berlibur, seperti kebun binatang, pulau Sentosa dan masih banyak lagi.

Seperti yang Jorrian katakan, pekan berikutnya Jorrian berangkat menuju Singapura.

Satu bulan kemudian, rumah Jovan telah dipenuhi dengan box-box barang yang akan dikirim ke Singapura karena Ayah Jovan telah mendapat tempat tinggal dan sekolah untuk Josie dan Jovan.

Untuk itu, mereka sekeluarga akan bertolak menuju Singapura dengan penerbangan pertama di akhir pekan, di hari Sabtu pagi.

"Hari ini kita pamitan ke tante Riska dan Icha. Bunda sudah sempat ngobrol sama tante Riska tentang kepindahan kita, yaaa tante Riska terlihat sedih. Kita bertetangga sudah cukup lama, hmmm berapa tahun yaa??" tanya Jovanka.

"10 tahunan ??" jawab Jordan.

"Hmmm iya sekitar itu," ucap Jovanka.

"Iya, kan dari Icha belum lahir," lanjut Jordan lagi.

"Aaaaah, aku bakalan kangen sama princess Icha," ucap Josie.

Jovan memandang Josie dengan tatapan penuh tanya.

"Princess?? Princess Icha??? waaa Abang demen yaa ama Icha??", goda Jovan.

Dengan santainya, Josie pun menjawabnya,

"Iya, siapa yang ga suka sama bocah semanis Icha. Lucu, nggemesin lho, manjanya bakalan bikin kangen!!"

"Memangnya kamu ga bakalan kangen sama Icha?? lihatin aja nih, sebulan setelah pindah pasti bakalan kepikiran, ga ada yang tiba-tiba ketuk pintu dengan wajah memelas minta dianterin beli buku.. " lanjut Josie.

"Beli buku, minta dibantuin bikin PR, prakarya...," potong Jordan sambil mengingat kenangan mereka bersama Marissa.

"Eh, foto-foto liburan kita bareng Icha jangan sampai hilang!!! Bu, tante Riska juga ada fotonya kan?? " tanya Jordan.

"Ada, bunda kan selalu cetak 2 kali, untuk mereka simpan," jawab Jovanka.

"Yowes, yuk kita pamit ke sana sekarang. Barang-barang buat Icha sudah disiapin kan??" tanya Jovanka.

"Sudah, Bun," jawab ketiga putranya.

Mereka pun berjalan beriringan menuju rumah Marissa.

"Assalamu'alaikum," sapa Jovanka kepada ibu Marissa yang sedang menyapu halaman rumahnya.

"Wa'alaikumsalam, eeee masuk-masuk," jawab ibu Marissa sambil membuka pintu pagarnya.

"Ada apa ini rombongan pangeran datang ke rumah upik abu??" canda Riska.

"Waaa pangeran dan upik abu, hmmm bakalan ada yang nikah nih!!" canda Josie.

"Ih memangnya Abang mau sama Icha?? " tanya Jovan.

"Maulah, sama princess mungil itu, siapa sih yang ga mau," jawab Josie santai.

"Hah?? serius Bang??" tanya Jovan.

"Tunggu saja 15 tahun lagi, lihat siapa yang bakalan jadi suaminya Icha," tantang Josie yang membuat Jordan tertawa.

"Sip, kita lihat nanti, fair play yaa!!" ucap Jordan menjawab tantangan Josie.

"Deal !!" ucap Josie sambil menjabat tangan Jordan.

Kedua ibu hanya tertawa mendengarkan anak-anaknya bercanda.

"Didengar malaikat trus diaminin, bisa jadi beneran lhoo!!" tambah Jovan.

"Terus?? memangnya kenapa?? ga papa kan Te??" tanya Josie.

"Tante sih setuju-setuju saja punya mantu yang ganteng seperti kalian semua," ucap Riska.

"Oke deal, tunggu kita paling cepat 15 tahun lagi ya, Te, " ucap Josie.

"Hush, ngawur kamu, jangan menjanjikan sesuatu yang belum tentu bisa ditepati!! Ris, jangan diambil perduli yaa," ucapJovanka yang merasa tidak enak dengan percakapan putranya.

"Santai aja Mbak," jawab Riska.

Setelah mereka masuk ke dalam rumah,

"Ris, aku mau pamit yaa. Besok pagi kami berangkat dengan penerbangan pagi. Maafkan kalau selama kita bertetangga ada salah, maafkan anak-anak juga, kalau mereka berbuat salah," ucap Jovanka sambil menggenggam tangan Riska.

"Ga Mbak, keluarga Mbak sudah seperti keluarga saya. Mbak sudah seperti kakak saya sendiri. Keluarga Mbak sudah banyak membantu saya dan Icha. Icha pasti akan sangat kehilangan ketiga Abang gantengnya ini," jawab Riska penuh rasa haru.

"Oiya, Ichanya mana Te, kok ga, kelihatan??" tanya Jordan yang tidak melihat kehadiran Marissa.

"Ada kok, seharian Icha uring-uringan aja, karena Abangnya mau pindah," jawab Riska.

"Cha, sini dong Sayang. Abang semua sudah ngumpul lho, seperti lebaran aja," panggil Riska.

Marissa pun berjalan dengan malas menuju ruang keluarga.

"Sini Sayang, mana senyum manisnya buat Bunda?" ucap Jovanka.

Jovanka memang selalu menyebut dirinya bunda kepada Marissa, karena ia sudah menganggap Marissa seperti putrinya sendiri.

Terlebih lagi, Marissa adalah putri yang diidamkannya karena ia tidak memiliki seorang putri.

Marissa pun mendekati Jovanka dan memberikan pelukan hangat.

"Icha sayang, bunda sama abang pamit yaa. Maafin bunda dan abang kalau suka ngisengin Icha yaa," ucap Jovanka sambil memeluk dan membelai kepala Marissa.

Marissa tidak menjawab, ia hanya menunduk dan menggelengkan kepalanya.

"Tapi in syaa Allah, suatu saat nanti kita bisa bertemu lagi. In syaa Allah tiap lebaran nanti pulang ke Jakarta," ucap Jovanka lagi.

"Bener, Bun??" tanya Icha.

"In syaa Allah, kan saudara bunda tinggalnya di Jakarta semua," jawab Jovanka.

Wajah Marissa pun terlihat sedikit lebih ceria mendengar bahwa keluarga abangnya akan tetap berkunjung ke Jakarta.

Setelah bercakap-cakap, Jovanka pun berpamitan kepada Riska.

" Yowes, Ris, aku pamit yaa. Ini ada sedikit kenang-kenangan untuk kamu dan Icha," ucap Jovanka sambil menyerahkan kenang-kenangan berupa foto-foto mereka bersama dan beberapa barang yang dapat digunakan oleh Marissa nantinya.

"Ah Mbak kok repot, aku ga nyiapin apa-apa buat Mbak," ucap Riska.

"Ga repot, kan cuma beli di toko," jawab Jovanka.

"Terima kasih, terima kasih sekali. Oiya, ini ada brownies spesial untuk Jovan dan untuk yang lain juga," ucap Riska sambil memberikan 3 kotak brownies.

"Eh kok spesial buat Jovan aja, yang lain ga spesial Te??" protes Josie.

"Spesial untuk Jovan, karena tante bikin di loyang yang besar jadi lebih banyak, biar puas makannya," jawab Riska.

"Yaaa bakalan kangen sama browniesnya tante Riska nih!!" ucap Jovan.

"Tenang, tante sudah bagi resepnya ke bunda kok," jawab Riska.

Setelah beberapa saat, Jovanka pun memeluk Riska dan Marissa bergantian.

Air mata pun mengalir, menandai perpisahan mereka.

"Pamit ya Ris, assalamu'alaikum," ucap Jovanka sambil melambaikan tangannya.

" Wa'alaikumsalam," jawab Riska dan Marissa dari depan pintu pagar rumahnya.

Terpopuler

Comments

ma" athif 😊

ma" athif 😊

assalamu'alaikum thor dah mampir nich mksh recomend nya ya semoga ceritanya bagus.... fbku atas nama apis

2023-07-15

2

leneva

leneva

yah seperti cerita2 kebanyakan, di mulai dari kecil akhir tumbuh menjadi besar
begitu jg kasih sayang yg tumbuh menjadi cinta

2023-06-13

0

The Lucky

The Lucky

eh beneran berjodoh dong dewasanya😁

2023-06-13

1

lihat semua
Episodes
1 Episode 1 Masa Kecil di Jakarta
2 Awal Kisah
3 Berlibur Bersama
4 Biking and Trekking
5 Singapura
6 Pindah
7 Cha, Kamu Dimana??
8 Icha Yang Dirindukan
9 Josie
10 Selamat Jalan Josie
11 Rasa Yang Tidak Dapat Dijelaskan
12 The Writer
13 Ketika Harus Memilih
14 Episode 14 Flight to Jakarta
15 Episode 15 Hello Jakarta
16 Episode 16 Hari Pertama Bekerja
17 Episode 17 Tak Sengaja Bertemu
18 Episode 18 Meet and Greet
19 Episode 19 Bertemu Kembali
20 Episode 20 Kegalauan Jovan
21 Episode 21 Come Back Home
22 Episode 22 Rumit
23 Episode 23 New Project
24 Episode 24 Trip to Manado
25 Episode 25 Makan Siang
26 Episode 26
27 Episode 27 Kembali ke Jakarta
28 Episode 28 Persiapan ke Jakarta
29 Episode 29 You Found Her
30 Episode 30 Kerinduan
31 Episode 31 Proposal
32 Episode 32 Mencari Ayah
33 Episode 33 Rahasia Ayah
34 Episode 34 The New Icha
35 Episode 35 Komisaris Utama
36 Episode 36 Bisnis Keluarga Sofyan
37 Episode 37 Persiapan Pernikahan 1
38 Episode 38 Farewell Party
39 Episode 39 Persiapan Pernikahan 2
40 Episode 40 Busana Pengantin
41 Episode 41 Talk to Talk
42 Episode 42 Kekayaan Keluarga Sofyan
43 Episode 43 Another Secret
44 Episode 44 Rahasia yang Tak Ada Habisnya
45 Episode 45 He's not Dead
46 Episode 46 Pertemuan yang Mengharukan
47 Episode 47 Bukti-Bukti Yang Meyakinkan
48 Episode 48 Strategi
49 Episode 49 Akad Nikah
50 Episode 50 Bian
51 Episode 51 Tidak Nyaman
52 Episode 52 Pengamanan Diperketat
53 Episode 53 Izin Keluar
54 Episode 54 Bebas Sesaat (Visual Tokoh)
55 Episode 55 Home Sweet Home and The Story Behind
56 Episode 56 First Night
57 Episode 57 After First Night
58 Episode 58 Bertemu Pakde
59 Episode 59 Mario vs Aryo
60 Episode 60 Makan Malam
61 Episode 61 Menjelang Akad
62 Episode 61 Menjelang Akad
63 Episode 62 Akad Nikah
64 Episode 63 Jumpa Pers
65 Episode 64 Penembakan
66 Episode 65 Resepsi yang Tak Biasa dan Pertemuan Perdana
67 Episode 66 Menaklukan si Kembar
68 Episode 67 Perkenalan
69 Episode 68 It's Shopping Time and Make Over
70 Episode 69 The Penthouse
71 Episode 70 First Night at The Penthouse
72 Episode 71 Just Another Day
73 Episode 72 Meeting
74 Episode 73 Cadar
75 Episode 74 Premiere Film
76 Episode 75 Cinta yang Hilang The Movie
77 Episode 76 Balada si Kembar
78 Episode 77 Goes to Singapore
79 Episode 78 Orchard Road
80 Episode 79 Meet and Greet
81 Episode 80 Menuju Pulau Sentosa
82 Episode 81 Welcome to Kuala Lumpur
83 Episode 82 Gala Dinner
84 Episode 83 Tawaran
85 Episode 84 Harry's Resort Batam
86 Episode 85 Gagal Romantis
87 Episode 86 Mimpi Buruk
88 Episode 87 Jelajah Batam
89 Episode 88 Mobil Gowes
90 Episode 89
91 Episode 90 Dimanakah Jovan?
92 Episode 91 Tragedi yang Tanpa Henti
93 Episode 92 Strategi Awal
94 Episode 93 Pembebasan Jovan
95 Episode 94 Diagnosis dan Rahasia Mario
96 Episode 95 Semi-Koma
97 Episode 96 Konferensi Pers RS
98 Episode 97 Semangat!!
99 Episode 98 Beristirahat
100 Episode 99 Sadar
101 Episode 100 Pasrah
102 Episode 101
103 Episode 102
104 Episode 103
105 Episode 104
106 Episode 105
107 Episode 106 Pertemuan Kembali
108 Episode 107 I'm Happy with Cinta yang Hilang
Episodes

Updated 108 Episodes

1
Episode 1 Masa Kecil di Jakarta
2
Awal Kisah
3
Berlibur Bersama
4
Biking and Trekking
5
Singapura
6
Pindah
7
Cha, Kamu Dimana??
8
Icha Yang Dirindukan
9
Josie
10
Selamat Jalan Josie
11
Rasa Yang Tidak Dapat Dijelaskan
12
The Writer
13
Ketika Harus Memilih
14
Episode 14 Flight to Jakarta
15
Episode 15 Hello Jakarta
16
Episode 16 Hari Pertama Bekerja
17
Episode 17 Tak Sengaja Bertemu
18
Episode 18 Meet and Greet
19
Episode 19 Bertemu Kembali
20
Episode 20 Kegalauan Jovan
21
Episode 21 Come Back Home
22
Episode 22 Rumit
23
Episode 23 New Project
24
Episode 24 Trip to Manado
25
Episode 25 Makan Siang
26
Episode 26
27
Episode 27 Kembali ke Jakarta
28
Episode 28 Persiapan ke Jakarta
29
Episode 29 You Found Her
30
Episode 30 Kerinduan
31
Episode 31 Proposal
32
Episode 32 Mencari Ayah
33
Episode 33 Rahasia Ayah
34
Episode 34 The New Icha
35
Episode 35 Komisaris Utama
36
Episode 36 Bisnis Keluarga Sofyan
37
Episode 37 Persiapan Pernikahan 1
38
Episode 38 Farewell Party
39
Episode 39 Persiapan Pernikahan 2
40
Episode 40 Busana Pengantin
41
Episode 41 Talk to Talk
42
Episode 42 Kekayaan Keluarga Sofyan
43
Episode 43 Another Secret
44
Episode 44 Rahasia yang Tak Ada Habisnya
45
Episode 45 He's not Dead
46
Episode 46 Pertemuan yang Mengharukan
47
Episode 47 Bukti-Bukti Yang Meyakinkan
48
Episode 48 Strategi
49
Episode 49 Akad Nikah
50
Episode 50 Bian
51
Episode 51 Tidak Nyaman
52
Episode 52 Pengamanan Diperketat
53
Episode 53 Izin Keluar
54
Episode 54 Bebas Sesaat (Visual Tokoh)
55
Episode 55 Home Sweet Home and The Story Behind
56
Episode 56 First Night
57
Episode 57 After First Night
58
Episode 58 Bertemu Pakde
59
Episode 59 Mario vs Aryo
60
Episode 60 Makan Malam
61
Episode 61 Menjelang Akad
62
Episode 61 Menjelang Akad
63
Episode 62 Akad Nikah
64
Episode 63 Jumpa Pers
65
Episode 64 Penembakan
66
Episode 65 Resepsi yang Tak Biasa dan Pertemuan Perdana
67
Episode 66 Menaklukan si Kembar
68
Episode 67 Perkenalan
69
Episode 68 It's Shopping Time and Make Over
70
Episode 69 The Penthouse
71
Episode 70 First Night at The Penthouse
72
Episode 71 Just Another Day
73
Episode 72 Meeting
74
Episode 73 Cadar
75
Episode 74 Premiere Film
76
Episode 75 Cinta yang Hilang The Movie
77
Episode 76 Balada si Kembar
78
Episode 77 Goes to Singapore
79
Episode 78 Orchard Road
80
Episode 79 Meet and Greet
81
Episode 80 Menuju Pulau Sentosa
82
Episode 81 Welcome to Kuala Lumpur
83
Episode 82 Gala Dinner
84
Episode 83 Tawaran
85
Episode 84 Harry's Resort Batam
86
Episode 85 Gagal Romantis
87
Episode 86 Mimpi Buruk
88
Episode 87 Jelajah Batam
89
Episode 88 Mobil Gowes
90
Episode 89
91
Episode 90 Dimanakah Jovan?
92
Episode 91 Tragedi yang Tanpa Henti
93
Episode 92 Strategi Awal
94
Episode 93 Pembebasan Jovan
95
Episode 94 Diagnosis dan Rahasia Mario
96
Episode 95 Semi-Koma
97
Episode 96 Konferensi Pers RS
98
Episode 97 Semangat!!
99
Episode 98 Beristirahat
100
Episode 99 Sadar
101
Episode 100 Pasrah
102
Episode 101
103
Episode 102
104
Episode 103
105
Episode 104
106
Episode 105
107
Episode 106 Pertemuan Kembali
108
Episode 107 I'm Happy with Cinta yang Hilang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!