Penerbangan dari Jakarta baru saja mendarat di Bandara Polonia, Medan, Sumatra Utara.
"Jordan, cek kembali bagasi atas, jangan sampai ada yang tertinggal," ucap Jorrian sesaat sebelum turun dari pesawat.
Setelah turun, Jorrian dan ketiga putranya berbaris untuk mengantri bagasi.
Jovanka dan Riska duduk menunggu bagasi mereka, sedangkan Marissa asyik memperhatikan kesibukan bandara.
Hari itu, wajah Marissa penuh dengan senyum, matanya berbinar dan sangat bersemangat, karena ini adalah perjalanan pertamanya menaiki pesawat dan pergi ke luar pulau Jawa.
Ia asyik memperhatikan kesibukan di bandara di tengah kota Medan itu.
Setelah menunggu cukup lama, akhirnya semua barang bawaan mereka telah terkumpul di troli lalu Jorrian mengajak rombongannya
menuju pintu keluar kedatangan.
Terlihat seorang pria memegang tulisan 'Jorrian A. Chen' diantara para penjemput, Jorrian pun menghampirinya.
"Saya Jorrian, dari Jakarta. Apakah Anda Togar Simatupang??" tanya Jorrian.
"Iya Pak, saya Togar dari Hotel Toba. Mari Pak, saya bantu. Kendaraannya telah menunggu," jawab Togar sambil membantu membawakan barang-barang bawaan Jorrian.
Togar mengarahkan rombongan keluarga Jorrian menuju ke mobil penjemputan, sebuah minibus berwarna putih buatan Jepang.
Kemudian mereka pun segera menuju ke kendaraan yang akan membawa mereka menuju Danau Toba. Mereka bertujuh menaiki sebuah minibus yang cukup mewah, yang kembali membuat mata Marissa berbinar.
"Gimana Cha, senang??" tanya Jovanka.
Marissa pun menjawab dengan mengangguk-anggukan kepalanya tanpa suara dengan mata yang fokus pada jalanan yang mereka lewati.
"Ini pertama kalinya Icha pergi jauh, naik pesawat, naik minibus, bahkan menginap di hotel. Jadi Icha senang sekali yaa," jawab Riska untuk mewakili putrinya.
Ketiga putra Jorrian yang duduk pada baris ketiga minibus, tampak tersenyum melihat Marissa.
"Cha, nanti sampai di hotel mau ngapain??" tanya Jovanka.
"Ga tahu, memangnya disana ada apa aja??" jawab Marissa dengan balik bertanya.
"Ada tempat buat main air," jawab Jovan sekenanya yang mendapat lirikan tajam dari kedua abangnya.
"Lhoo kan, emang bener banyak air ??!!" ucap Jovan membela diri.
"Ga nanyaa!!" ucap Jordan dan Josie kompak.
Canda dan tawa pun mengisi perjalan mereka menuju Danau Toba, yang mereka tempuh dalam waktu 1,5 jam.
Marissa dengan senyumnya menikmati pemandangan hijau selama perjalanan.
Sesampainya di hotel, ketiga anak Jorrian mulai tak sabar untuk bermain.
Walaupun mereka bukan anak-anak lagi, tetapi semboyan 'boys will be boys' tetap melekat pada diri mereka bertiga.
Setelah mendapatkan kamarnya, mereka berlarian menuju bibir danau.
Tak lupa, Josie mengajak Marissa ikut serta.
"Yuk kita naik sepeda air, kan bisa berempat pakai yang besar," usul Jordan sambil menunjuk ke arah penyewaan sepeda air.
"Icha nanti duduk di samping Abang yaa, duduknya harus tenang," ucap Josie sambil menggandeng tangan Icha.
Tak lama kemudian, mereka berempat telah menaiki sepeda air bersama.
Jorrian segera menuju ke bibir danau untuk mengawasi anak-anaknya.
"Hati-hati!! Di pinggir aja!!" teriak Jorrian yang dijawab dengan teriakan oleh ketiga putranya.
"Iya Yaaaah!!" jawab kompak 3 Jo bersaudara.
Jordan dan Jovan duduk berdampingan di depan sedangkan Josie duduk di belakang bersama Marissa.
"Bang, kaki Icha ga nyampe," ucap Marissa.
"Ga papa, Abang yang ngayuh, Icha diam aja ga usah ngayuh," jawab Josie lembut.
"Bang, bawa kameranya ga??" tanya Jovan kepada Jordan.
"Bawa nih, di tas," tunjuk Jordan pada tas sling packnya.
"Foto-foto lah Bang," pinta Jovan.
Jordan pun mengambil kamera sakunya dan mengambil gambar pemandangan sekitarnya dan tentu saja ketiga adiknya tak lupa ia abadikan dalam kameranya.
Setelah hampir 30 menit mengayuh, mereka memutuskan kembali.
"Udahan yuk, pegel Bang," keluh Jovan.
"Yuk, Abang juga sudah capek," jawab Jordan.
Mereka berempat pun kembali ke tempat penyewaan sepeda air di bibir danau, kemudian kembali ke tempat orang tua mereka berkumpul.
Hari semakin siang, Jorrian pun memutuskan untuk kembali ke hotel.
"Sudah semakin panas, lebih baik kita istirahat di dalam, sekalian shalat dzuhur. Nanti kita kumpul lagi di restorannya untuk makan siang," ucap Jorrian sesaat sebelum mereka masuk kembali ke dalam hotel.
Riska bersama Marissa pun beristirahat di kamar mereka.
"Tadi Icha main apa aja??" tanya Riska.
"Naik sepeda air, tadi Icha duduk sama bang Josie. Sebelum main sepeda air, tadi main pasir, ayunan, ada prosotannya juga lho Bu," jawab Marissa penuh semangat.
"Icha senang ??" tanya Riska lagi.
"Icha senang sekali. Bang Josie dari tadi
yang nemenin Icha main," jawab Marissa.
"Eh Cha, ini ada roti, kamu makan dulu, pasti lapar kan??" ucap Riska.
"Iya Bu," jawab Marissa sambil memakan roti pemberian ibunya.
Mereka pun beristirahat di kamar masing-masing sebelum makan siang.
1 jam kemudian, mereka kembali berkumpul di rumah makan Toba, yang terletak di belakang hotel, dengan pemandangan kolam renang dan saung-saung di sekitarnya.
Jorrian telah memesan 1 saung untuk mereka semua.
"Yah, boleh berenang ga??" tanya Jovan.
"Nanti sore saja, selepas Ashar," jawab Jorrian.
"Cha, ikut berenang yaa," ajak Josie.
"Tapi Icha ga bawa baju renang," jawab Marissa.
"Nanti kita beli, sekarang kita makan dulu," ucap Jovanka.
"Mbak, ga usah, jadi ngerepotin," ucap Riska menolak usulan Jovanka dengan halus.
"Ga repot, kan cuma beli. Repot itu, kalau harus njahit sendiri, belum beli kainnya. Itu baru repot, " canda Jovanka yang membuat Jorrian tertawa.
"Bunda bener, Te!! kan cuma beli doang!! ga pakai guntingin bahan!!" tambah Jovan.
Sontak tawa pun semakin pecah.
"Sudah, ayo cepat makannya jangan kelamaan," ucap Jorrian mengingatkan.
"Yah, nanti beli roti buat di kamar yaa," pinta Jovan.
"Iya, nanti sebelum naik, kalian boleh jajan dulu. Icha juga sekalian," jawab Jorrian.
"Nanti Icha sama Abang aja, biar ibu istirahat," ucap Josie.
"Iya Te, selama liburan, biar kita yang jagain Icha," tambah Jordan.
"Hmmm pasukan pengaman Icha akhirnya muncul juga," canda Jovanka.
Marissa hanya celingukan tidak mengerti akan apa yang dibicarakan, sehingga membuat Jordan tertawa.
"Cha, kamu santai aja. Disini semuanya lagi ngelawak," tambah Jordan yang membuat Marissa semakin bingung.
"Sudah, Ichanya jadi tambah bingung, kasian. Ayo segera selesaikan makan siangnya, setelah itu terserah mau apa. Yang jelas, kalau bunda mau istirahat di kamar," ucap Jovanka.
Mereka pun bersegera menyelesaikan makan siang mereka dan tanpa menunggu, Jovan segera menuju ke minimarket yang terletak di lobby hotel.
"Jovan jajan duluan yaaa," ucapnya sambil berlalu.
"Memangnya dia bawa uang?? " tanya Jovanka.
"Ga, itu artinya kita harus segera menyusul!!" jawab Jorrian sambil mempercepat makan siangnya dan segera menyusul putranya ke minimarket.
"Cha mau jajan juga ga?? Nanti Abang temenin," ajak Josie.
"Ibu, Icha boleh??" tanyanya pada Riska.
"Iya, boleh," jawab Riska.
"Dah yuk, makannya diselesaikan dulu, baru jajan," ucap Jovanka.
Sesudahnya mereka pun menuju minimarket untuk membeli aneka makanan ringan dan minuman untuk di kamar.
Di dalam minimarket, Jovan sedang asyik memenuhi keranjang dengan aneka snack dan minuman, yang membuat Jorrian menggelengkan kepalanya.
"Kalau jajan, cepet banget geraknya," gumam Jorrian.
"Sudah belum??" tanya Jorrian.
"Eh Ayah, hmmm sudah," jawab Jovan sambil menyerahkan keranjang belanjaan ke ayahnya.
Jorrian pun menerimanya sembari menggelengkan kepalanya kembali.
"Eh tunggu Yah!!" ucap Jovan sambil kembali mengambil 1 keranjang dan mengisinya dengan berbagai macam makanan ringan dan minuman.
"Ini juga,Yah!!" ucap Jovan sambil menyerahkan keranjangnya.
"Kok 2 ??" tanya Jorrian.
"Yang 1 buat Icha," jawab Jovan.
"Oke," ucap Jorrian sambil membayarnya di kasir.
Setelah selesai membayar, Jovan mengambil plastik belanja yang akan ia berikan kepada Marissa.
Ketika ia hendak keluar, Josie dan Marissa baru akan masuk ke dalam minimarket.
"Cha, ini buat kamu," ucap Jovan sambil memberikan plastiknya dan tanpa menunggu ia segera berlari keluar minimarket menuju pinggir danau untuk bermain kembali.
Josie tersenyum melihat adiknya yang terlihat cuek tetapi tetap perhatian kepada Marissa.
"Cha, kamu lihat dulu isinya. Ada yang mau ditambahin lagi, ga?? kalau ada, ambil aja, nanti Abang belikan," ucap Josie.
Marissa pun memeriksa isi plastiknya, dilihatnya 2 susu kotak rasa strawberry, 1 biskuit selai strawberry, 2 kripik singkong dan 2 roti keju.
Ia pun tersenyum, Jovan memang selalu tahu apa kesukaannya.
"Sudah Bang, ga usah beli lagi," ucap Marissa.
"Oke, kalau begitu kita ke pinggir danau yuk, lihat Bang Jovan main apa," ajak Josie.
Keduanya pun menyusul Jovan ke pinggir danau. Jovan yang enerjik dan tak bisa diam, sudah sibuk dengan layang-layang yang baru dibelinya.
Ia pun berusaha untuk menerbangkannya, tetapi berulang kali jatuh kembali.
Josie pun menghampiri.
"Van, aku bantu terbangin!!" teriak Josie sambil berlari menghampiri Jovan.
"Makasih Bang!!! Abang pegang yang ujungnya yaa!!" ucap Jovan penuh semangat.
Keduanya pun mulai menerbangkan layangannya. Hembusan angin yang cukup kencang, menerbangkan layang-layang yang berbentuk ikan itu cukup tinggi.
Marissa bersorak kegirangan melihatnya, membuat kedua Jo bersaudara tersenyum.
Di sisi yang lain, Jordan asyik mengabadikan liburannya dengan kamera sakunya.
Ketika ia melihat kedua adiknya sedang bermain layangan, ia pun segera mengambil gambarnya. Tak ketinggalan, ia juga mengambil gambar Marissa yang tersenyum dan bersorak bahagia.
Marissa pun menyadari jika Jordan berada tidak jauh darinya.
"Iiii, Abang ngapain??!!" tanya Marissa.
"Nih, mau lihat??" jawab Jordan sambil memberikan kamera sakunya.
"Ngeliat apa Bang??" tanya Marissa.
"Lihat gambar yang ada di kotak ini, nah itu untuk melihat gambar di depannya. Kamu mau foto yang mana, kamu arahkan kameranya ke sana. Trus kalau sudah dapat gambarnya, kamu tekan tombol di atasnya, yang ini," jawab Jordan menerangkan cara menggunakan kameranya.
Marissa pun mencoba mengikuti petunjuk yang diberikan Jordan.
"Pencet aja ya Bang??" tanya Marissa.
"Iya, kalau kamu sudah nemu gambar yang mau kamu ambil," jawab Jordan.
Marissa pun mengambil gambar Jovan dan Josie yang sedang bermain layangan.
"Nanti, sepulang dari liburan kita cetak yaa," ucap Jordan lagi.
Marissa pun menganggukkan kepalanya.
Jordan yang berusia hampir 8 tahun lebih tua dari Marissa memang lebih suka menyendiri dan menyukai ketenangan.
Sedangkan Josie yang pendiam, ia menjadi cukup berisik jika sudah bermain bersama Jovan.
Kala itu Marissa yang baru berusia 8 tahun, sedangkan Jovan 11 tahun, Josie 14 tahun dan Jordan 17 tahun.
Ketiga bersaudara itu pun sering menjadi pusat perhatian dikarenakan paras ketiganya layaknya model.
Setelah cukup puas menyaksikan kedua adiknya bermain layangan, ia memilih untuk menyewa jet ski.
" Cha, ikut Abang naik jet ski yuk," ajak Jordan.
"Ga ah Bang, takut, " jawab Marissa.
"Abang bawanya pelan aja kok, yuk!! Daripada kamu sendirian, kan nanti dipakaikan jaket pelampung, in syaa Allah aman," ucap Jordan untuk menyakinkan Marissa.
Setelah berfikir sesaat, akhirnya Marissa menyetujui tawaran Jordan.
Mereka berdua pun menuju tempat penyewaan jet ski.
Tak lama, mereka berdua pun sudah berada di atas air dengan jet skinya.
Jordan mengendarai dengan perlahan, lalu sedikit demi sedikit ia menambah kecepatannya.
Marissa yang pada awalnya cukup takut, menjadi bersemangat sehingga Jordan kembali menambah kecepatannya.
Sementara itu di pinggir danau, Jovan mulai menyadari jika Marissa tidak lagi berada di sekitar mereka berdua.
"Eh, mana Icha??" gumam Jovan.
"Bang!! Icha ga kelihatan!! Kemana yaa, Abang lihat?? " tanya Jovan ke Josie.
Josie pun segera menurunkan layangannya dan mulai mencari Marissa.
"Terakhir aku lihat dia duduk di situ," tunjuk Jovan pada rerumputan tak jauh dari lokasi mereka bermain layangan.
"Kamu lihat Bang Jordan?? tadi ke sini atau ga??" tanya Josie.
"Ga tahu, Bang, aku ga merhatiin," jawab Jovan.
Keduanya pun mulai panik dan segera mencari Marissa dengan meneriakkan namanya.
Sementara itu, Jordan membawa Marissa sedikit lebih jauh, melewati kapal yang menyeberang ke pulau Samosir.
Setelah beberapa menit mencari dan tidak menemukan keberadaan Marissa, kepanikan pun mulai bertambah.
Mereka meneriakkan nama Marissa berulang-ulang, tetapi tetap tidak menemukannya.
Hingga seorang operator jet ski mendengar teriakan mereka.
"Dek!! Kamu lagi nyari anak perempuan sama Abangnya, bukan?? yang putih tinggi agak Chinesse?? " tanya operator jet ski.
"Iya Bang," jawab keduanya.
"Tadi barusan mereka nyewa jet sky, terus mereka jalan ke arah sana," jelas operator jet ski menunjukkan arah kemana Jordan pergi.
"Bang, kita sewa 1 juga," ucap Josie.
Tak lama kemudian, keduanya berboncengan dan mulai mengitari sekitar danau.
Tak lama mencari, mereka pun menemukan Jordan dan Marissa.
Josie pun menambah kecepatannya untuk mendekati Jordan.
Marissa merasa ada yang mendekati ia pun meminta Jordan untuk berhenti.
"Bang berhenti dulu, sepertinya ada yang mendekat, tuh yang jet sky biru," tunjuk Marissa.
Jordan pun mengurangi kecepatannya hingga berhenti.
"Hmmm paling tuh anak 2," gumam Jordan.
Tak lama kemudian, Josie berhasil mendekati posisi Jordan.
"Waaa, Abang curang main jet sky ga ngajak-ngajak!!" protes Jovan.
"Laaa kamu main layangan juga ga ngajak-ngajak, tuh Icha ditinggal sendiri nonton kalian berdua. Alhamdulillah ada Abang yang menyelamatkan, ya Cha!!" jawab Jordan.
"Iya Bang, tadi aku ditinggal sendirian!!" ucap Marissa menambahkan.
"Yaa, maaf. Khilaf sedikit," jawab Jovan dan Josie.
"Yowes, kita muterin sekali lagi trus udahan yuk," ajak Jordan.
"Yaa, Abang mah sudah dari tadi, laaa kita kan baru, tungguin laaa," protes Jovan.
"Ya terserah, pokoknya Abang setelah ini udahan. Yuk Cha, kita lanjut lagi!!" ucap Jordan sambil mulai melajukan jet skynya kembali.
"Ayo Bang!!" jawab Marissa semangat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
leneva
sebuah pertanyaan yg ga perlu, tapi perlu juga 😆
2023-06-14
0
The Lucky
pake tanya" lagi😁senang apa nggk. jwbnnya pasti senanglahhh😆
2023-06-14
0
vhieh
aku sudah mampir kasih vote+ bunga buat kakak
ceritanya bagus kak👍
nyicil dulu ya kak, mau revisi dulu kak, belum beres😅
2022-04-18
2