Dilema Cinta(Iren)

Dilema Cinta(Iren)

Bagaikan mimpi

Seorang wanita tiba di sebuah Rumah Sakit di Jakarta, membawa Putri satu satu nya yang mengidap penyakit langka, hingga dia akhirnya harus di rujuk ke Rumah Sakit yang peralatan nya lebih modern.

Nama wanita itu adalah Iren,mata nya berkaca-kaca, tapi sebisa mungkin tersenyum agar terlihat kuat demi putri satu-satu nya yang sangat dia sayangi.

Putri, umurnya baru 10 tahun, sekarang dia terbaring lemah di Unit Gawat Darurat. tiga Dokter terlihat sedang memeriksa keadaan Putri, hingga satu Dokter berkata kepada salah satu perawat yang sedang mendampingi'nya.

"Suster Ina, nanti tolong ibu dari pasien ini suruh datang ke ruangan saya, ada yang harus di bicarakan,'' pinta salah satu Dokter.

''Baik, Dok.'' Jawab suster Ina.

Lalu suster Ina pun memanggil Iren dan menunjukan jalan ke ruangan Dokter yang tadi menangani Putri.

Tok Tok Tok

Suster pun mengetuk pintu.

"Dok, orang tua pasien ada di sini." Ucap suster kepada Dokter yang berada di ruangan tersebut.

"Oh, iya suruh masuk.'' Jawab Dokter.

Iren masuk ke ruangan dan duduk di kursi yang berada tepat di depan Dokter tersebut tanpa memperhatikan wajah sang Dokter yang tertunduk membaca hasil catatan medis dari Putri.

Iren pun memulai percakapan.

"Saya orang tua dari pasien yang bernama Putri, Dok." Ucap iren.

Dokter pun akhirnya menoleh dan menatap wajah Iren yang merupakan orang tua dari pasien yang tadi dia tangani.

Dokter tersebut pun terlihat terkejut dan tidak menyangka, menatap dengan rasa tidak percaya tenang siapa yang saat ini sedang berada di hadapan nya.

"Iren...'' Gumam nya pelan.

Begitupun sebalik nya, Iren pun tidak menyangka akan bertemu kembali dengan Doni laki-laki yang pernah di cintai nya 10 tahun yang lalu, namun dia tiba-tiba menghilang entah kemana saat dia sedang mengandung anaknya.

Lutut Iren tiba-tiba saja terasa lemas, tangan nya bergetar dengan keringat yang bercucuran pikirannya pun seketika melayang seolah mengingat kembali kejadian 10 tahun yang lalu, jantung nya pun terasa berdetak dengan kencang, dan bibirnya tiba-tiba membisu seketika.

"Kamu, Iren...?" Tanya Dokter Doni.

"Maaf dok, saya kemari mau menanyakan keadaan anak saya Putri.'' Jawab Iren tanpa menjawab pertanyaan Dokter Doni.

"Oh ia.'' Jawab Dokter Doni dengan nada suara yang sedikit terbata-bata.

"Pasien putri mengidap penyakit langka, tapi insya Allah saya selaku Dokter yang menangani putri akan berusaha sebaik dan sebisa mungkin untuk kesembuhan ananda putri.'' Dokter Doni mejelaskan.

Mata nya tak berhenti menatap wanita yang berada di hadapan nya.

"Kira kira biaya nya berapa, Dok?'' Tanya iren.

"Untuk saat ini pokus saja dulu pada proses penyembuhan, untuk biaya bisa di bicarakan nanti.'' Jawab nya lagi.

"Baik, Dokter,'' jawab Iren datar.

"Saya akan menyuruh perawat untuk memindahkan putri ke ruangan rawat inap.''

Iren hanya terdiam sembari menunduk, seolah ada rasa sakit yg menyusup ke dalam hatinya, sakit karena harus melihat anaknya terbaring, dan sakit karena harus menerima fakta bahwa Dokter yang akan merawat putri adalah Doni, yang tak lain adalah ayah kandung dari putri nya sendiri.

Iren kembali ke Unit Gawat Darurat dan terkejut seketika mendapati bahwa Putri nya sudah tidak ada di sana. Dengan rasa panik dia pun memanggil-manggil nama Putri.

Lalu salah seorang perawat memberi tahu bahwa Putri sudah d pindahkan ke ruangan rawat inap di lantai 2, kamar 107.

Iren bergegas ke kamar 107

Dengan mata berkaca-kaca dan tangan yang terlihat gemetar akhirnya dia sampai di kamar 107.

Dirinya pun membuka pintu kamar, dan di buat terkejut seketika saat melihat ternyata kamar 107 adalah kamar super VIP yang mewah dengan isinya yang lengkap layaknya di kamar hotel.

"Dari mana aku dapat uang buat bayar kamar inap seperti ini?''

Gumamnya dalam hati.

Dia melihat putri nya terbaring dengan infus yang menempel di tangan nya, dan membuat lamunan nya buyar seketika.

"Putri...." Iren bergumam pelan.

"Putri anak ku,'' dengan langkah gontai dia berjalan menghampiri dan memeluk tubuh putri.

Putri pun membuka mata dan melihat ibu nya, dia lega akhirnya bisa melihat ibu nya kembali setelah Berjam jam di ruang Unit Gawat Darurat.

"Ibu... Jangan nangis, aku tidak apa-apa ko. Ibu nggak boleh sedih, ya,'' ucap Putri dengan tersenyum.

Iren pun ikut tersenyum, dia tak menyangka bahwa anak nya akan sekuat itu. Putri masih memikirkan ibu nya saat dirinya sendiri sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja.

"Iya sayang, ibu hanya senang akhirnya bisa bertemu lagi sama kamu, tadi di Unit Gawat Darurat ibu gak bisa menemani kamu sayang.''

"Dokter nya baik-baik kok Bu. Dokter bilang putri pasti sembuh kok, jadi ibu jangan nangis lagi ya." Putri menatap sang ibu.

Iren pun hanya mengangguk sambil tersenyum. Lalu pintu kamar pun d ketuk, Dokter Doni masuk berjalan menghampiri sambil tersenyum kepada Putri.

"Halo Putri..." Sapa Dokter Doni.

"Halo juga om Dokter ganteng". Jawab Putri sambil tersenyum.

"Om dokter kenalin ini ibu aku.'' Ucap Putri sesaat setelah Dokter berdiri di samping ibunya.

"Oh, ia tadi kami sudah bertemu.'' Jawab Dokter Doni sambil melirik Iren, sementara itu iren hanya diam mematung.

"Gimana keadaan kamu? Ada yang sakit tidak?''

"Enggak ko, Dokter. Hanya kaki aja rasanya pegal-pegal. Tangan aku juga rasa nya lemas banget," Jawab Putri.

"Tidak apa-apa sayang, nanti kalau kamu sudah minum obat. Pegal nya pasti hilang.'' Ucap Dokter doni.

"Iya baik, Dokter.'' Jawab Putri sembari tersenyum lebar.

"Putri sayang, ibu mau bicara dulu sebentar sama om Dokter, ya. Nanti ibu balik lagi,'' lirih Iren sembari mengelus rambut panjang Putri.

"Iya, Bu." Jawab Putri.

Iren pun melangkah keluar dengan di ikuti oleh Dokter Doni.

"Maksud kamu apa memasukan putri ke ruangan VIP? Dari mana saya bisa bayar uang sewa kamarnya?" ucap Iren dengan sedikit marah.

"Saya gak bermaksud apa-apa, Iren. Saya hanya ingin memberikan pelayanan yang terbaik untuk kamu dan anak kamu,'' Dokter Doni menjelas kan.

"Saya gak mau dikasihani sama kamu..." Jawab Iren ketus.

"Oke saya mengerti, tapi pikirkan, ini untuk kesehatan putri, dia butuh ruangan yang nyaman untuk proses penyembuhan nya, sebagai seorang ibu sebaik nya kamu tidak egois, hanya karena apa yang telah terjadi di masa lalu kita, sampai-sampai kamu menolak bantuan dari saya.'' Jawab Dokter Doni lagi.

''Apa kamu bilang, hanya masa lalu?" Jawab Iren dengan mata berkaca-kaca.

"Oke, kalau kamu menganggap nya seperti itu, apa kamu tau apa yang terjadi sama aku, hah...?'' Tambah nya lagi sambil menahan air mata.

Iren pun pergi meninggalkan Dokter Doni yang berdiri mematung mencerna perkataan Iren yang baru saja dia dengar.

Akhirnya Dokter Doni pergi seraya termenung.

'Sebenarnya apa yang terjadi dengan kita 10 tahun lalu, hingga kamu sangat membenci aku iren?'

Gumam nya dalam hati.

'Bahkan sampai saat ini rasa itu masih ada di hati aku.'

Gumamnya lagi sambil menahan kesedihan di dalam hati nya.

Ya... Dokter Doni memang tidak tahu bahwa Putri adalah darah daging nya, dia juga tidak tahu kalau Iren hamil 10 tahun yang lalu saat masih menjadi kekasihnya. Semuanya menyimpan tanda tanya di hati Dokter Doni, banyak rahasia yang tidak dia ketahui selama ini. dan sang Dokter hanya bisa menyimpan

semua pertanyaan itu di dalam hati nya.

...*************...

Terpopuler

Comments

morypiee̶

morypiee̶

wah iren nama teman ku! 😂😂

2022-04-23

2

Algeria Bella W

Algeria Bella W

aku mampir

2022-03-08

0

Kidung Mesra

Kidung Mesra

tor udah ku like n pav ya tor... jgn bosan saling dukung😊, karena kita gak akan bosan terima honor hahaha

2022-02-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!