Waktu menunjukan jam 8 pagi,
Iren keluar dari kamar mandi
di tatapnya putri cantiknya yang masih tertidur lelap. Jarum infus masih terpasang di tangannya yang mungil.
Iren menghela nafas, menahan sesak di dada yang ingin dia sembunyikan dari buah hatinya. Dia ingin terlihat kuat walau sebenarnya hatinya lelah, ingin terlihat tegar walau sebenarnya kakinya lemas seolah tidak kuat menahan beban yang tersimpan di pundaknya.
Beban masa lalu yang harus terungkit dan beban masa kini yang harus rela melihat Putri kesayangan nya terbaring lemah tak berdaya di ranjang rumah sakit.
Andai bisa memilih, dia akan memilih menggantikan posisi Putrinya di ranjang rumah sakit.
Menukar kesehatannya dengan kesehatan putrinya.
Apapun akan dia lakukan demi buah hatinya. Putri pun membuka mata, melihat ibunya duduk di samping sembari menggenggam erat jemari tangan manisnya.
"Selamat pagi ibu sayang.'' Ucap Putri seraya menguap menahan kantuk.
"Selamat pagi sayang ... Gimana tidurnya nyenyak?" Jawab Iren dengan lembut mengusap tangan mungil Putrinya.
"Nyenyak Bu, serasa di hotel, kasurnya empuk.'' Jawab Putri tersenyum kecil.
"Sebentar ya, ibu ambilkan kain basah untuk mengelap badan kamu biar seger.''
"Iya Bu .." Jawab Putri.
Tak lama kemudian Iren pun kembali dengan membawa kain basah, membersihkan wajah cantik putri dengan lembut dan penuh kasih sayang, mengikat rambut Putrinya juga mengganti pakaiannya dengan yang baru.
"Wah cantiknya putri ibu." Ucap Iren tersenyum senang.
Putri membalas dengan tersenyum bahagia. Tak lama kemudian pintu pun di ketuk. Dokter Doni dengan 1 orang suster masuk untuk pemeriksaan.
"Selamat pagi putri cantik ..." Sapa Dokter Doni.
"Pagi om Dokter ganteng ..." Jawab Putri tersenyum senang.
"Gimana tidur nya sayang, nyenyak?"
Tanya Dokter Doni
"Nyenyak dokter, ruangan nya nyaman, makasih ya om dokter ganteng." Jawab putri dengan senyum manisnya.
"Sekarang kita periksa dulu ya,apa keadaan kamu sudah membaik apa belum ..." Ucap Dokter Doni.
Hampir setengah jam Putri mendapat kan perawatan. Iren Hanya duduk memperhatikan dengan wajah khawatir. Setelah itu Dokter Doni pun menghampiri Iren.
"Kondisi Putri sudah mulai membaik tapi, masih perlu d pantau, masih jangan terlalu banyak bergerak, kalau duduk masih di perbolehkan tapi, jangan terlalu lama, di sarankan berbaring lebih baik, nanti pengecekan berikut nya akan kita lihat kembali apakah kaki nya masih terasa pegal atau tidak." Dokter Doni menjelaskan.
"Baik dok ..." Jawab Iren datar.
"Kalau begitu saya permisi ..." Pamit Dokter Doni pada Iren.
Dokter Doni memang terlihat tenang, tapi sesungguhnya jauh di lubuk hatinya yang paling dalam dirinya merasa bergejolak, ada banyak pertanyaan yang ingin dia tanyakan pada mantan kekasihnya tersebut.
'Apa?'
'kenapa?'
'Ada apa?'
atau hanya sekedar ingin mengatakan..
'Apa kamu baik baik saja?'
atau
'Apa kabar?'
Semua pertanyaan itu menari nari di atas kepala Dokter Doni tanpa di bisa dia tanyakan langsung kepada Iren. Dia menghela napas panjang dan kembali ke ruangannya.
Dokter doni duduk termenung di dalam ruangannya, di ambilnya sebuah dompet dari dalam laci meja. Lalu dia pun membuka dompet tersebut, dengan tatapan sayu dia menatap selembar poto Iren 10 tahun yang lalu, waktu masih bersama-sama duduk d bangku SMA.
2 Tahun menjalin hubungan bagi nya adalah kenangan yang tidak bisa dia lupakan sampai sekarang. Hingga tepat di hari kelulusan dia harus terbang ke Singapura tanpa bisa berpamitan terlebih dahulu kepada Iren.
tok tok tok
Pintu ruangan pun di ketuk
membuyarkan lamunannya. Seorang suster masuk dan mengatakan harus melakukan pemeriksaan kepada pasien. Dokter Doni pun beranjak dari duduknya dan melanjutkan tugasnya sebagai seorang Dokter.
Malam pun tiba Iren melihat putri nya sudah tertidur, diciumnya kening putri kesayangannya itu. Tanpa di sangka perutnya pun terasa lapar, dirinya lupa kalau seharian ini dia belum makan apa pun. Bukan tanpa alasan, Iren tidak bisa meninggalkan putrinya sendirian di kamar.
Bahkan saat ini pun meski dia merasa lapar, dirinya tak kuasa meninggalkan Putrinya walau dalam keadaan tertidur. Hingga tiba-tiba saja Dokter Doni masuk, membawa sekantong makanan.
"Iren ... kamu sudah makan?" Tanya Dokter Doni.
"Sudah kok ..." Jawab Iren berbohong tapi ternyata, perutnya sama sekali tidak bisa berbohong dan terus berbunyi seolah minta diisi oleh makanan.
Dokter Doni pun mendengar suara di perut Iren dan tersenyum.
"Gimana mau ngejagain yang sakit kalo nantinya ibunya juga ikut sakit karena tidak makan?" Ucap Dokter Doni sambil duduk dan mengeluarkan makanan yang dia bawa.
"Kantor aku dekat sini, dan aku perhatiin kamu tidak keluar kamar dari pagi, aku sengaja bawain kamu makanan supaya kamu bisa makan di kamar." Ucap Dokter Doni lagi.
Kemudian Dokter Doni mengeluarkan sekantong roti, air mineral, dan sebungkus nasi Padang, tidak lupa pula dia pun membawa cemilan-cemilan kecil yang sudah dia siapkan untuk Iren.
Iren hanya membisu menatap pria yang ada di hadapannya, rasanya ingin sekali dia memeluk dan bersandar di bahunya, berharap pria itu bisa mengurangi beban yang saat ini sedang dia tanggung.
Tapi apalah daya, hatinya sudah terlalu sakit. Rasa sakit yang sepertinya tidak akan bisa di obati oleh apapun. Dokter Doni pun balik menatap Iren hingga membuatnya merasa gugup karena mata mereka bertemu di satu titik yang sama.
"Sudah jangan melamun." Ucap Dokter Doni seraya membuka sebungkus nasi Padang tangannya pun menggenggam sebuah sendok dan memberikan kepada Iren.
"Kamu harus makan, kamu harus kuat, anggap saja bukan demi kamu tapi demi Putrimu, kalau kamu ikut sakit siapa yang akan menjaga putri kamu, kasian dia." Ucap Dokter Doni menatap lekat wajah wanita yang sebenarnya masih sangat dia cintai itu. Iren pun menerima sendok tersebut dan mulai makan makanan itu dengan begitu lahapnya.
'Aku harus makan yang banyak,aku harus sehat" (batin Iren)
''Uhuuuukkk ...''
Tiba-tiba saja tenggorokannya tersedak karena makan terlalu cepat. Dokter Doni pun segera memberikan air minum sambil berkata dan tersenyum.
''Pelan-pelan makannya, ga bakalan di minta ko ..." ucap Dokter Doni seraya tersenyum kecil.
Iren hanya tersenyum sembari meneguk air mineral yang di berikan oleh Dokter Doni.
"Kamu gak makan ...?" Tanya Iren.
"Akh ... ngeliatin kamu makan juga udah kenyang ..." canda Dokter Doni.
Iren melirik sebal sambil meneruskan makan nya.
'Rasanya seperti mimpi aku bisa melihat kamu lagi, meski dalam keadaan berbeda, tapi di hati ku kamu masih tetap sama Iren.' (batin Dokter Doni)
Akhirnya Iren pun menghabiskan satu bungkus nasi Padang tanpa sisa. Tanpa sadar ia pun bersendawa saking kenyangnya membuat Dokter Doni sedikit tersenyum lucu menatap wajah Iren.
Nasi Padang memang makanan kesukaannya dari dulu, dia tidak menyangka kalau Dokter Doni masih ingat makanan yang dia suka. Entahlah sepertinya hati Iren sedikit tersentuh dengan apa yang di lakukan mantan kekasihnya tersebut dan sedikit mengobati rasa kecewa yang pernah dia dapatkan dahulu.
...*****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
morypiee̶
doni, terlalu sweet yaaaa🤨🥰🥰😁😁😆
2022-04-23
0
🌸 andariya❤️💚
dokter Doni, baik banget💞💞💞💞
2022-01-23
3
Aris Pujiono
doni terlalu
2022-01-22
2