10 TAHUN LALU...
Iren diam membisu di kamar mandi, melihat 2 garis merah berada di depan matanya, hatinya terasa kalut, dan dia tidak tahu harus berbuat apa. Satu-satunya yang ada difikiran Iren adalah 'Doni ...' kekasihnya.
Iren mengambil tas dan keluar dari dalam kamar mandi dengan hati dan perasaan pilu, di dalam hati nya terus memanggil nama Doni, laki-laki yang telah menghamili dirinya. Iren pun berdiri di tepi jalan lalu saat dirinya hendak memanggil taxi tiba-tiba sebuah motor berhenti tepat di depannya
"Bayu?'' Gumam Iren menatap ke arah motor yang saat ini berdiri tepat di depan tubuhnya.
"Hai ... mau kemana?" Tanya Bayu membuka kaca helm yang dipakainya.
"Kebetulan lo lewat, ayo antar gue ke rumah Doni " Pinta Iren.
"Ya udah buru naik." Jawab Bayu.
Tanpa berpikir panjang Iren pun segera naik dan duduk di jok belakang motor temannya yang juga sahabat dari kekasihnya. Motor melaju dengan kecepatan tinggi, memecah jalanan yang memang tidak terlalu ramai pengendara, sementara Iren hanya diam membisu sambil memikirkan apa yang akan dia katakan kepada Doni.
Akhirnya mereka sampai di depan rumah Doni, rumah mewah dan besar dengan pagar megah menjulang, dan satu pos satpam di depannya. Keluarga Doni memang berasal dari keluarga berada, orang tuanya pengusaha batu bara dan Doni adalah satu-satunya anak yang mereka punya.
"Pak bisa ketemu sama Doni." Tanya Bayu kepada Bapak satpam yang duduk sambil memegang handphone.
"Eh nak Bayu, kebetulan den Doni nya tidak ada." Jawab Bapak satpam.
Iren terkejut dan langsung menghampiri Bapak satpam tersebut dengan wajah pucat pasi dan perasaan hancur pastinya.
"Pak tolong pak ... Tolong bilangin sama Doni, Iren mau ketemu, please ini penting banget." Ucap Iren dengan mata berkaca-kaca.
"Maaf neng tapi den Doni memang tidak ada, tadi pagi sudah berangkat ke Singapura untuk kuliah di sana ..." Jawab Bapak satpam menatap wajah Iren dengan tatapan penuh tanda y.
"Apaaa?" Tanya Iren merasa tidak percaya.
"Ga mungkin pak? bapak pasti bercanda 'kan?" Tanya Iren dengan perasaan tidak percaya, air matanya nampak bergulir begitu saja membasahi wajah cantiknya.
Bayu yang tidak tahu dan sama sekali tidak mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi dan kejadian yang menimpa Iren hanya bisa menenangkan sahabatnya tersebut.
"Tenang Iren, ada apa sebenarnya? kenapa kamu kayak gini?" Tanya Bayu seraya mengusap lembut pergelangan tangan sahabatnya tersebut.
Iren terus menangis tiada henti, dadanya terasa sesak, hatinya pun begitu hancur mendengar bahwa kekasihnya, ayah dari bayi yang saat ini dia kandung telah pergi tanpa memberitahukan dirinya terlebih dahulu, sampai akhir nya dia terduduk lemas, kedua kakinya seolah tidak dapat lagi menopang tubuhnya, dia pun menutup kedua mata dengan telapak tangan menahan rasa getir dihatinya.
Tiba-tiba sebuah mobil mewah datang dari arah luar, seorang wanita dewasa yang berada di dalamnya merasa heran siapa gerangan yang berada di depan gerbang rumahnya. Mobil pun berhenti tepat di depan pintu gerbang.
Kemudian wanita dewasa itu pun keluar dari dalam mobil. Parasnya terlihat cantik berwibawa namun terkesan jutek, matanya penuh dengan karisma, dengan tas mewah ditenteng di tangan kirinya dia menghampiri Iren dan juga Bayu.
"Siapa kalian, mengapa berada di depan pagar rumah saya?" Tanyanya berdiri tepat di depan dua remaja yang saat ini sedang dalam keadaan duduk di depan pagar.
"Tante ... Saya Bayu teman nya Doni, dan ini Iren pacarnya Doni.'' Ucap Bayu berdiri tepat di depan Nyonya tersebut yang merupakan ibunda Doni.
"Apa pacar ...? Setahu saya anak saya tidak mempunyai pacar," melirik Iren dari ujung kaki hingga ujung kepala dengan mengangkat kedua alisnya.
"Tante saya mohon tante, izinkan saya bertemu dengan Doni, ada sesuatu yang harus saya bicarakan dengan dia, please Tante.'' Pinta Iren dengan tatapan sayu dan mengiba.
Kemudian, ibu Doni yang bernama Nyonya 'Fatma' meminta satpam untuk membukakan pintu pagar, dan mempersilahkan Bayu dan Iren untuk masuk.
Sesampainya di dalam rumah, mata Iren terbelalak melihat betapa megahnya rumah kekasihnya, dengan lampu gantung kristal yang menggantung di langit-langit juga kursi sofa mewah, serta lantai marmer yang mengkilat, tak lupa pula tangga yang menjuntai panjang menghubungkan antara lantai satu dan lantai dua rumah tersebut.
"Silahkan duduk.'' Pinta Nyonya Fatma datar.
Bayu dan Iren duduk berdampingan dengan perasaan berdebar dan jantung yang berdetak tidak beraturan sebenarnya. Apa yang akan dia katakan kepada Nyonya yang sama sekali tidak terlihat ramah itu.
Apa dia harus jujur, kalau saat ini dirinya sedang mengandung darah daging Doni? Akh ... Iren benar-benar dihadapkan pada sebuah dilema.
"Tolong Tante ... Saya harus bertemu dengan Doni.'' Ucap Iren, sedikit terisak.
"Doni tidak ada, dia udah terbang ke Singapura untuk kuliah di sana." Jawab Nyonya Fatma dengan sedikit tersenyum kecut.
"Lagi pula saya tidak percaya kamu pacar anak saya, mana mungkin anak saya jatuh cinta sama perempuan seperti kamu." Ucapnya lagi terdengar begitu menyakitkan bagi Iren.
"Tapi Tante saya sungguh pacar nya Doni, Bayu saksinya. Sebenarnya, saya HAMIL tante, saya hamil anak Doni.'' Lirih Iren tidak ingin terlalu mengulur waktu.
Nyonya Fatma pun terkejut bukan kepalang, dia membulatkan bola matanya seketika merasa tidak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya. Kemudian tanpa berfikir panjang lagi, tiba-tiba saja Nyonya Fatma mengambil segelas air dan menyiramkannya tepat di wajah Iren membuatnya seketika merasa terkejut.
'Byur ...'
Bayu yang juga merasa tidak percaya dengan apa yang baru saja dilakukan oleh ibu dari sahabatnya itu berdiri dan menatap wajah Nyonya Fatma dengan perasaan kesal.
"Tante Fatma? Tante boleh tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh teman saya ini tapi, Tante tidak boleh melakukan hal ini,'' Bayu menaikan suaranya merasa geram.
"Kenapa tidak boleh? apa saya tidak boleh membela anak saya yang di tuduh menghamili wanita tidak jelas.''
"Saya jujur Tante, saya sungguh mengandung anak Doni."
Kemudian dia pun menunjukkan alat tes kehamilan yang tadi dia gunakan.
"Ini buktinya Tante,'' lirih Iren menyerahkan alat tersebut.
Nyonya Fatma pun menatap benda tersebut tanpa meraihnya dan memang benar, ada 2 garis merah di sana tapi, dia tetap tidak percaya bahwa anak yang di kandung Iren adalah anak dari Doni putranya.
"Pergi kamu dari sini, saya tidak percaya dengan semua yang kamu katakan.'' Bentak Nyonya Fatma membulatkan bola matanya.
Seketika Iren pun terduduk di atas lantai memohon seraya menangis tiada henti, dia tidak peduli jika harus memohon sekali pun.
"Tante, saya mohon percaya sama saya, anak ini memang anaknya Doni, saya tidak pernah melakukan nya dengan siapa pun kecuali dengan dia.''
"Lalu kenapa kamu mau melakukan nya dengan anak saya? dasar cewek murahan,'' tanya Nyonya Fatma lalu mengambil segepok uang dari dalam tas miliknya dan melemparkannya tepat di wajah Iren.
"Ini kan yang kamu cari? UANG?'' Ucap Ibu Fatma tanpa memikirkan perasaan Iren yang saat ini benar-benar merasa hancur.
Iren benar-benar terkejut dan dia sama sekali tidak menyangka akan di perlakukan seperti itu oleh Ibu dari kekasihnya sendiri.
"Saya tidak butuh uang, Tante. Yang saya butuhkan adalah Doni, saya ingin dia bertanggung jawab dan menikahi saya.''
Bayu yang tidak tega melihat Iren di rendahkan seperti itu segera membantu tubuhnya untuk berdiri.
"Cukup Iren.'' Lirih Bayu lembut.
"Bayu cepat bawa perempuan ini pergi dari rumah saya,'' teriak Nyonya Fatma penuh penekanan.
Bayu pun memapah tubuh Iren keluar dari dalam rumah mewah tersebut, langkah kakinya terlihat gontai, kedua kakinya pun serasa melayang dengan hati yang benar-benar hancur karena hidupnya terasa telah berakhir sekarang.
Dia sama sekali tidak menyangka akan di perlakukan seperti ini oleh Nyonya Fatma orang tua Doni, dan yang membuatnya merasa sakit adalah, Doni telah benar-benar pergi entah kemana, meninggalkan dirinya yang saat sedang mengandung buah hatinya.
Tanpa di sangka hujan pun seketika turun. Seolah tidak peduli dengan derasnya air hujan, dia pun terus berjalan menerobos guyuran air hujan. Bayu yang memapah tubuh Iren pun seolah pasrah baju nya ikut basah demi menemani sahabat Nya. Sesampai nya di depan pagar tempat motor Bayu berada.
"Bruuuuk..."
Iren ambruk sambil menangis sejadi jadi nya,tangis nya pecah mengalah kan suara gemericik hujan. Bayu hanya terdiam melihat sahabatnya menangis seolah ingin memberi waktu kepada Iren untuk mengeluarkan semua jeritan yang ada di dalam hati nya.
Sakit ... Perih ... Hati Iren bagai di sayat-sayat pisau tajam.
Tanpa di sadari air mata bayu pun ikut tumpah dia memeluk Iren dengan erat, Iren pun menangis sejadi jadi nya di pelukan Bayu. Bapak satpam yang melihat kejadian tersebut hanya bisa diam karena tidak mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi.
Sesekali dia ikut mengusap air mata di pipinya karena merasa iba dengan Iren. Hujan semakin lebat,seolah ikut menemani kesedihan Iren.
...********...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
🌸 andariya❤️💚
kasihan ren🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2022-01-23
3
Aris Pujiono
teka teki nie...dino apa kabat ini
2022-01-22
2
windanor
Sudah aku duga klu itu anak Doni. Aku paling suka partnya si Dino nanti kaget klu tau putri anaknya hahaha😈
2022-01-13
1