Noda Pengantin
Layaknya senja di sore hari yang memberikan keindahan, senyum seorang gadis bernama Anggreya Mikaila pun selalu memancarkan keindahannya, membuat siapa saja yang melihatnya pasti akan merindukannya lagi. Gadis periang yang sedikit polos itu adalah seorang yatim piatu yang tinggal bersama paman dan bibinya sejak usianya 12 tahun.
Senyum gadis itu semakin berkembang merekah, saat sebuah bunyi notif pesan masuk terdengar dari handphonenya.
Tring ....
Tangan indahnya itu, buru-buru merogoh sakunya celananya, mengambil benda pipih tersebut dengan semangat. Kini kedua bola matanya yang indah berwarna cokelat itu, memandangi layar ponsel yang menunjukkan sebuah pesan singkat dari tantenya. Beberapa kali kelopak mata yang ditumbuhi dengan bulu mata lepat itu, terlihat mengejap. Dan perlahan senyuman indah di wajahnya pun memudar.
From : Tante Sarah
(Grey, kamu siap-siap berangkat sekarang, nanti akan ada pak sopir dari keluarga Aronsky yang menjemputmu untuk pergi ke hotel, pastikan semua perlengkapan dan pakaianmu sudah ada di koper, jangan sampai ada yang ketinggalan.)
Kini kedua ibu jari milik Grey tampak begitu lincah bernari di atas layar ponselnya, membalas pesan dari tantenya.
To : Tante Sarah
(Baik, Tante, aku udah siap kok dari tadi, semua perlengkapanku udah aku cek semua. Tante tenang saja.")
Wanita cantik berumur 20 tahun itu, dia tampak menghela nafas cukup berat, seolah tengah memikul beban berat di pundaknya. Sambil tersenyum getir, mengingat bahwa lusa dia akan segera menikah.
Jujur saja, sebenarnya, Grey sedikit terpaksa akan perjodohannya ini, tapi ia tidak bisa menolak, apalagi ini adalah permintaan dari om dan tantenya. Tentunya, sebagai rasa balas budi dirinya kepada om dan tantenya, Grey harus setuju dan menuruti perintah mereka, termasuk dengan perjodohan ini.
"Huft ... selamat, Grey, sebentar lagi kau akan menemukan dunia barumu dengan lelaki asing itu," gumamnya membuang nafas, lalu bergegas keluar dari kamarnya sambil menarik koper kecil miliknya.
***
Sementara itu, di sebuah hotel ternama di Jakarta, terlihat seorang lelaki dan perempuan yang tengah mengobrol, menampilkan dengan gestur tubuh yang sedikit mencurigakan.
“Nanti jika ada seorang perempuan bernama Grey dan mengatakan dari keluarga Aronsky, tolong beri tahu dia, kalau kamarnya yang F121 ya,” ujar seorang lelaki berhoodie hitam, mewanti-wanti kepada petugas wanita itu untuk melakukan perintahnya dengan baik.
“Iya siap, Tuan,” jawab petugas wanita tersebut dengan sigap.
"Baiklah, kalau sudah selesai, temui aku di belakang."
Lelaki itu pun memberikan beberapa lembar pecahan uang seratus ribu kepada petugas tersebut, sebagai bayaran akan tugasnya nanti.
___
Grey baru saja turun dari mobil yang tadi menjemputnya, lebih tepatnya mobil milik keluarga Aronsky, ia sudah sampai tepat di depan hotel yang ia tuju.
"Terima kasih ya, Pak," ucap Grey sebelum ia melangkah pergi meninggalkan mobil tersebut.
"Iya, Non, sama-sama."
Kaki panjangnya, ia langkahkan memasuki gedung tinggi yang begitu besar dan luas, ini adalah hotel mewah bintang lima, di mana pernikahannya dengan putra sulung dari keluarga Aronsky akan digelar lusa.
“Hm, mentang-mentang orang kaya, sewa tempat pernikahan aja sampai di hotel semewah ini.” Kedua netra indahnya masih fokus mengitari area lobby hotel tersebut.
“Permisi, Mbak." Grey mengembangkan senyuman manis kepada pelayan yang berjaga di meja penerima tamu.
Petugas recepsionist tersebut, sejenak menilik penampilan Grey dari atas hingga bawah. Pakaian Grey yang terlihat biasa dan bahkan penampilannya sudah bisa memperlihatkan bahwa, wanita yang tengah berdiri tersebut adalah wanita dari kalangan bawah, hanya memaki rok plisket pasaran, kaos, blezer dan kerudung phasmina, penampilan grey benar-benar jauh dari kata elegant.
“Oh iya, selamat sore, Nona. Ada yang bisa saya bantu?” tanya petugas tersebut memasang wajah ramahnya.
“Saya Anggreya, sa—” Belum sempat Grey melanjutkan perkataannya. Petugas itu langsung memotongnya.
“Oh, Nona Grey dari keluarga Aronsky?” tanyanya begitu semangat, langsung dibalas anggukkan bingung ole Grey.
“Ah, iya pasti mau check in kamar ya. Baiklah, kalau begitu, mari ... saya antarkan Nona ke kamar.”
Grey mengangguk, dengan pikirannya yang terasa terheran-heran. "Aneh, kenapa bisa recepsionist ini tahu kalau aku dari keluarga Aronsky. Apa mungkin keluarga Aronsky yang memberitahunya ya? Ah, tapi tidak mungkin keluarga itu memberitahukan pelayan di sini soal aku,” gumamnya dalam hati, sedikit merasa curiga. Akan tetapi, buru-buru ia tepis rasa curiganya tersebut dan lebih memeilik untuk mengikuti pelayan tadi.
Mereka berdua pun pergi menuju kamar F121, kamar yang sebelumnya sudah disiapkan oleh seseorang untuk Grey.
"Ini kamar dan kuncinya, Nona, kalau ada apa-apa bisa telepon saja pakai telepon yang ada di dalam." Anggreya mengagguk mengerti.
Setelah pelayan tadi pergi, Grey pun segera masuk ke dalam kamarnya . Ia mendudukkan tubuhnya di tepi kasur, lalu menjatuhkan tubuhnya, terlentang begitu saja, sambil menghirup udara dalam-dalam.
“Hm, kasur yang empuk,” gumamnya tersenyum, karena jujur saja, Grey ini termasuk orang yang jarang sekali pergi ke hotel, kalau pun diajak ke hotel oleh tante dan omnya, itu hanya hotel-hotel biasa dibawah bintang empat.
Ia pun kembali bangun, kedua matanya masih sibuk berkeliling, menyapu seluruh isi ruangan, menatap berbagai hal yang baru dilihatnya.
Setelah beberapa menit beristirahat, sambil menikmati suasana kamar hotel yang teramat memanjakan mata. Diliriknya jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul 18.00 sore, Grey pun memutuskan untuk mandi terlebih dahulu.
___
Seorang pria berhoodie hitam, berdiri menunggu pelayann tadi yang sempat ia suruh, ia menunggu di ruang belakang menuju dapur. Lalu, tak lama kemudian, pelayan yang ditunggunya pun datang menghampirinya.
“Tuan, semuanya sudah beres, Tuan. Sekarang Nona Grey sudah berada di kamarnya,” ujar wanita tersebut kepada lelaki misterius yang berdiri di depannya.
Tampak sudut salah satu bibir lelaki itu naik, menyeringai. “Baiklah, mana kunci gandanya?” tanyanya.
"Ini, Tuan," jawabnya memberikan kunci kamar yang sama dengan kunci kamar milik Grey, kepada lelaki tersebut.
"Kerja yang bagus," pujinya.
Setelah mendapat apa yang diinginkannya, lelaki itu pun langsung bergegas pergi menuju kamar yang kini tengah ditempati oleh Grey.
“Kau tak akan lepas begitu saja dariku, Greya! Dan aku tidak akan pernah merelakan lelaki manapun memilikimu!” gumamnya, dengan urat-urat dikening dan tangannya yang kian mengencang, tampak begitu emosi.
Setelah sampai di depan kamar F121, ia kembali memantapkan niatnya. Ia memandangi kartu kamar yang ada di tangannya. Kedua alisnya tampak saling bertautan, dengan sorot mata yang semakin menajam. Tanpa berlama-lama, lelaki itu pun segera menempelkan kartu kunci tersebut ke sensor pintu, dan pintu pun dapat dapat dibuka.
Perlahan ia memasukkan sedikit kepalanya di celah pintu tersebut, lalu mengitari seisi kamar, memastikan bahwa Grey ada di dalam, tapi ternyata tidak ada siapa-siapa di sana, selain bunyi air yang mengalir dari dalam kamar mandi.
Ia kembali menyeringai. “Haha, moment yang bagus,” gumamnya, kemudian ia menengok ke belakang, melirik ke kanan dan kiri, memastikan tidak ada orang lain yang melihatnya, dan saat situasi dirasa sudah aman, ia pun masuk perlahan ke dalam kamar tersebut, lalu kembali mengunci kamar tersebut rapat-rapat.
___
“Ah... benar-benar menyejukkan sekali,” ucap Grey selagi fokus membersihkan busa sabun yang berlumuran di tubuh moleknya.
Setelah menyelesaikan ritual mandinya, ia menarik kimono putih yang menggantung di hanger dekat westafel, lalu memakainya. Tidak lupa, ia juga mengeringkan terlebih dahulu rambutnya yang basah itu menggunakan hair dryer yang tersedia di dekat westafel.
Setelah selesai, kaki polos yang masih terdapat buliran air itu, ia langkahkan keluar dari kamar mandi. Grey masih sibuk, menunduk membenarkan tali kimononya, tanpa merasa ada hal aneh di sekitarnya.
Selagi fokus membenarkan tali kimononya, tiba-tiba ....
“Hai, Sayang,” ucap seorang lelaki yang kini tengah duduk bersantai di tepi tempat tidur. Sontak membuat Grey yang mendengarnya langsung terkejut tak menyangka.
"Kamu!" pekik Grey, ketakutan.
.
.
.
Bersambung....
Hai readers tercinta, ini karya baru author di Noveltoon, buku ke 6 yang insyaallah akan author tamatkan di sini. Mohon dukungan like, komen dan votenya ya, maaf kalau banyak typo yang bertebaran.
Happy reading and enjoy~~~~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
yanti ryanti
kayak nya menarik
2022-03-13
0
Libra Rahutia
ijin promo ya kaka
silahkan mampir juga ya dikaryaku judulnya JODOHKU SEORANG JANDA KEMBANG?
2022-03-08
0
IKA ATIKA
hadir thor😍
2022-03-01
0