Seorang gadis berambut panjang, terlihat tengah duduk di tepi ranjang. Ranjang yang penuh dengan taburan kelopak bunga mawar merah.
Gadis itu tak lain ialah Anggreya Mikayla. Gadis yang dua hari lalu terlah terenggut kesuciannya.
Grey tampaknya tengah merasakan gugup, karena malam ini adalah malam pengantin dirinya dengan Wisnu--lelaki yang baru saja menyandak setatus sebagai suaminya.
Tidak lama kemudian, seorang lelaki dengan perawakan tinggi, rambut hitam mengkilap yang sedikit basah, pun wajahnya yang sangat tampan rupawan, baru saja keluar dari kamar mandi. Terlihat di lehernya handuk putih yang mengalung. Ia meggosok-gosok rambut basahnya itu dengan handuk kecil yang ada di lehernya, sambil menghampiri Grey, yang masih duduk termenung di tepi ranjang.
Alih-alih merasa terpukau, Grey justru langsung menundukkan wajahnya dalam-dalam, tatkala melihat penampilan memukau dari lelaki yang berstatus sebagai seuaminya tersebut. Hatinya kembali berdetak, begitu Wisnu menghampirinya dan ikut duduk di sampingnya.
“Kenapa belum tidur?” tanya Wisnu dengan suaranya yang lembut menggoda.
Grey melebarkan kedua matanya, mendengar suara sexy dari pria yang duduk di sebelahnya itu.
“Emh ... i-iya ini mau tidur kok,” jawabnya pelan, langsung beranjak naik ke atas kasur dan membaringkan tubuhnya di tepi ranjang, menyamping membelakangi Wisnu.
“Tenanglah Grey ... tenanglah. Aku yakin dia tidak akan melakukannya malam ini,” batinnya berusaha menenagkan diri.
Alih-alih memberi jarak, Wisnu malah sengaja ikut membaringkan tubuhnya di samping Grey, bahkan posisinya pun begitu sangat dekat.
Jantung Grey terasa sedang berdisko, seolah jedag-jedug tidak karuan, tatkala sebelah tangan Wisnu perlahan melingkar di atas pinggangnya. Rasa hangat pun kian menjulur keseluruh tubuhnya.
“Grey, kenapa tidur membelakangiku?” bisik Wisnu dengan suaranya yang benar-benar lembut menggetarkan jiwa.
Hembusan nafasnya yang terasa hangat menyentuh pori-pori leher, membuat tubuh Grey langsung meremang merasakan sensasi panas dingin yang membuat dirinya langsung menekukkan kepalanya secara refleks. Grey tak menjawab, ia pura-pura tertidur dan kuat-kuat memejamkan matanya.
Namun, semakin lama, tangan lelaki itu terasa semakin erat, seolah menarik tubuh Grey masuk ke dalam dekapanya. Apalagi hembusan nafasnya yang semakin lama, terasa semakin menderu, membuat Grey semakin grogi tidak karuan. Jika ada alat yang bisa mendeteksi pompaan detak jantung, mungkin jantung Grey saat ini tengah tidak baik-baik saja, bahkan suara debarannya saja sangat-sangat tidak terkontrol.
"Tidak!" Grey membulatkan kedua matanya, merasakan sesuatu yang keras menyentuh bagian belakang bokongnya. Jantungnya semakin berdebar kencang, darahnya seolah memanas, dan udara pun terasa begitu menggerahkan, saat bibir Wisnu mulai menyentuh lehernya.
“Mas, a-aku ...." Belum sempat Grey melanjutkan ucapannya, wanita ini langsung diam membisu, saat Wisnu sudah mengungkungnya di atas tubuhnya.
Keadaan pun semakin terasa begitu menegangkan, karena kini Wisnu tengah berada di atasnya, mengungkung tubuh Yura dengan kedua tangannya. Netra indah milik mereka saling beradu pandang dalam radius yang sangat dekat, bahkan benar-benar dekat. Dengan nafas mereka yang saling bersahutan saling berbagi oksigen satu sama lain.
“Anggreya.” Taka memandang manik Grey begitu dalam. Sebelah tangannya membenarkan beberapa helaian anak rambut Grey yang menghalangi wajahnya.
Semakin dilihat, tatapan Wisnu seolah mengisyaratkan suatu keinginan. Grey dalam melihat jelas, apa yang diinginkan oleh Wisnu saat ini.
“Grey, apa aku boleh meminta hakku?” tanyanya lirih, dengan pandangan matanya yang semakin terlihat sayu, mendambakan bibir tipis milik Grey.
Grey tak bisa menolak. Jujur saja, ketampanan dari seorang lelaki bernama Wisnu itu benar-benar di atas rata-rata, hidungnya yang bangir bagai perosotan, maniknya yang sedikit kebiruan, pun bibirnya yang berwarna merah cherry sedikit bergelombang. Dan jangan tanyakan lagi, kulit wajahnya sudah dipastikan sangat mulus dan bening bagaikan embun di pagi hari.
Dan sialnya, alih-alih menggeleng, Grey malah menganggukkan kepalanya dengan refleks. Dan seketika itu pula, Wisnu langsung membenamkan bibirnya dengan bibir Grey. Membuat Grey semakin tak bisa menolak sentuhan dari suaminya.
Suasana kamar yang sunyi dan sedikit dingin itu, kini berubah menjadi hawa panas yang menggerahkan jiwa, di saat dua insan tengah asyik memadu kasih satu sama lain. Bahkan kesunyian itu sudah tergantikan oleh suara deritan ranjang dan ******* Grey yang semakin lama terdengar semakin keras. Hingga pada akhirnya, Wisnu menghentikan semuanya. Membuat Grey yang awalnya tengah terlena akan buaian suaminya itu, langsung sadar akan sesuatu yang selalu mengganjal di hati dan di pikirannya. Perasaan takut itu pun kembali menyelimuti pikirannya.
“Kenapa tidak ada darah?” tanya Wisnu, dengan tatapannya yang tiba-tiba berubah. Bahkan lelaki itu sedikit menjauhkan tubuhnya dari Grey. Wisnu masih mencari-cari, di mana bercak noda merah yang seharusnya ada di atas seprainya itu.
“Ya ampun, bagaimana ini?” batin Grey, ia langsung meraih selimut putih yang sudah berantakan di dekatnya, lalu menutupkannya ke sebagian tubuhnya hingga dada.
“Grey, kenapa kamu tidak berdarah?” Wisnu mulai menginterogasinya. Matanya menilik tajam kedua manik Grey, membuat gadis itu semakin ketakutan.
Grey terdiam, ia bingung harus menjawab apa soal darah yang tidak keluar di malam pertamanya dengan Wisnu.
“Grey, jawab aku! Kenapa kau diam saja?!”
Grey menunduk, dan tanpa terasa air matanya sudah menetes membasahi pipi. “Maafkan aku, Mas,” lirihnya begitu pelan, sambil terisak.
Wisnu langsung tercengang, pundaknya terkulai lemas, begitu mendengar permintaan maaf dari wanita yang ada di hadapanya itu. “Kenapa?” tanyanya lirih.
“Ma-maafkan aku, Mas Wisnu a-aku.” Grey mulai terisak, memelehkan air mata di pipinya.
Lelaki itu menggeleng lemah, ia benar-benar tidak percaya bahwa wanita yang baru dinikahinya itu ternyata sudah tidak perawan lagi.
“Kenapa? Apa kamu pernah kecelakaan?” Wisnu mencoba untuk berfikir positif. Mungkin saja, selaput dara milik Grey robek karena kecelakaan. Dan jika memang hal itu penyebabnya, tentu Wisnu akan memakluminya.
Akan tetapi, jika karena hal lain, entahlah. Namun, ternyata, pertanyaan yang baru saja ia lontarkan, dibalas dengan gelengan kepala oleh istirnya tersebut.
Wisnu semakin tercengang. “Lalu, kenapa? Siapa yang sudah merenggut kesucianmu, Grey?!” Wisnu mengguncang kedua bahu Anggreya, menunggu jawaban dari mulut istirnya.
Grey semakin terisak begitu mengingat kembali kejadian waktu itu. Ia bingung apakah ia harus menjawab jujur atau bohong. Akan tetapi, jika ia berbohong, entah alasan apa yang harus ia buat. Dan entah akan sepanjang apa kebohongannya berlangsung.
“Grey! Jawab aku, Grey! Kenapa? Apa semua ini karena seseorang?” tanya Wisnu kembali mengguncang kedua pundak Grey.
Hal menyakitkan pun harus Grey terima, tatkala istrinya itu kembali menganggukkan kepalanya, sebagai jawaban dari pertanyaannya barusan.
Kedua mata Wisnu membeliak sempurna, dan tampak sedikit memerah seolah menahan kekecewaan dan air mata amarah. “Siapa ... katakan, Grey, siapa?!” tanyanya semakin emosional.
Grey memberanikan diri untuk menatap wajah Wisnu, wajah lelaki yang baru saja membuatnya jatuh cinta. Namun, tatapan cinta di mata suaminya itu hilang entah kemana, berganti dengan tatapan amarah dan kekecewaan yang menggelora.
Meski berat, tetap Greyy merasa, bahkan jujur akan lebih baik, Grey memjamkan matanya dalam-dalam, menarik nafas panjang, lalu mengembuskannya pelan, dan dengan ragu ia pun mengatakan. “Ma-mantanku, Mas."
.
.
.
Bersambung, jangan lupa kasih komentarnya ya di bawah ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Umi Kholifah
gak munafik sih pasti kecewa lah
beda lagi kalo udah jujur dari awal
2022-01-08
0
Wina Yuliani Nurfatonah
😭😭😭😭😭😭😭
2022-01-05
0
🅶🆄🅲🅲🅸♌ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠
lanjut ka 🤗
2022-01-04
0