Sembilan Pusaka Nusantara
Siang itu suasana kampus mendadak ramai, dikarenakan hari ini adalah wisuda kampus permata hati, semua orang sibuk dan bersiap menuju kursi masing - masing, orang tua pendamping dan para wisudawan diarahkan oleh panitia kampus penyelenggara. Adapun Deni Mahesa Wijaya termasuk kedalam mahasiswa yang akan diwisuda, Deni adalah mahasiswa jurusan sejarah kepurbakalaan, dimana dirinya senang dan sangat tertarik dengan benda - benda bersejarah, terutama benda- benda pusaka dari tanah nusantara.
Biarpun termasuk mahasiswa cerdas dan berprestasi, orang tua Deni patut khawatir, terutama ibu Deni, karena hobbynya itu pula membuat Deni lebih tertarik terhadap benda pusaka dari pada dengan lawan jenisnya, secara dari segi fisik Deni tergolong pemuda yang tampan.
Setelah pembukaan dan wejangan dari para petinggi kampus, tibalah saatmya mengumumkam siapa saja mahasiswa yang masuk kedalam kategori cumluade, dan tidak diduga nama Deni Mahesa Wijaya menduduki peringkat pertama mahasiswa Cumluade. Kerja keras tidak menghianati hasil, setelah penelitian dan riset yg dilakukannya hampir dua tahun Deni menjadi sorotan, terlebih judul skripsinya agak unik dimana dia mengupas sembilan pusaka nusantara yang konon jika disatukan akan menjadi senjata yang tanpa tanding. Cukup aneh memang, diusianya yang masih sangat muda, deni sangat tertarik dengan benda - benda pusaka. karena biasanya anak - anak muda lebih tertarik dengan hobi variasi sepeda motor, mobil, atau jalan - jalan ketempat - tempat seru lainnya, sedangkan Deni lebih memilih jalan - jalan ketempat mistis dan bertuah
Kekhawatiran ibu Deni karena memang cukup beralasan mengingat sejarah panjang keluarga Wijaya yang merupakan keluarga istimewa, apalagi hobinya itu, merupakan turunan dari eyang kakungnya yang tidak lain adalah ayahnya sendiri Romo
"Ini mas, akibat dari seringnya Deni bergaul sama Romo, aku sudah wanti - wanti jangan sampai Deni berurusan dengan benda - benda mistis itu, ruh penjaga pusakalah, ritual pemandian pusakalah, ini sudah abad 21 mas, dimana banyak anak muda ambil jurusan kedokteran, hukum, ekonomi atau bahasa, eh anak kita malah sibuk dengan klenik, kata ibu Deni sedikit kesal.
'Biar saja lah bu, toh itu pilihan dia, jurusan sejarah juga tidak jelek, lagi pula bapak bangga sama Deni, dia mau menjaga dan melestarikan budaya Indonesia, lagi pula jarang lho ada anak muda yg mau berurusan dengan benda - benda peninggalan seharah kata bapak sambil tersenyum.
"Huuh sampean ini mas, apa tidak khawatir dengan masa depannya, aku ingin Deni ambil jurusan kedokteran atau teknik agar bisa menggantikan kita, tapi mas malah menyetujui saat Deni mengambil jurusan sejarah. Awas saja ya, aku tidak mau anak kita seperti romo atau seperti abak, orang tua kita sudah memberi pengaruh buruk sama Deni"
'Lah kok bawa - bawa romo sama abak?? Ingat mereka orang tua kita bu, romo itu bapakmu, dan abak itu bapakku, mereka tidak salah mereka banyak mengajarkan budi perkerti dan tata krama pada Deni, dan mereka juga yang mengajarkan Deni lebih dekat dengan Allah dan tidak lupa untuk beribadah dan bersedekah lalu...
"lalu mengajarkan ilmu silat, kebatian dan memperkenalkan benda-benda pusaka tidak jelas itu, timpal ibu deni dengan kesal terserahlah mas, jika sampai Deni tidak punya masa depan aku tidak mau tau, kamu yang urus Deni titik.
Perdebatan orang tua Deni menyisakan diam. Ditengah lamunan keduanya mereka dikejutkan oleh Deni yang datang dengan membawa plakat wisudawan terbaiknya, namun hal tersebut tidak membuat ibu Deni senang, wajahnya murung sejak pagi, bapak hanya menggeleng dengan senyum tipis...
"Pak/Ibu Deni lulus"
'Ya selamat ya le, semoga cita - citamu bisa tercapai, Aamiin. .'
"Jadi dukun maksudnya? Anak sama bapak sama saja, kalian itu bikin pusing ibu" tanpa mengucap sepatah katapun ibu Deni beranjak ke mobil, yuk lah pulang, capek dari tadi duduk terus dan melangkah pergi meninggalkan bapak dan Deni...
'Sabar ya ngger, ibumu sedang banyak masalah saja, nanti bapak ajak bicara lagi ibumu, kata bapak menenangkan hati Deni'
Deni paham ketidak sukaan ibunya pada pilihannya yang lebih senang belajar sejarah arkeologi, ibu Deni sangat berharap agar kelak Deni bisa menggantikannya sebagai penerus rumah sakit harapan indah yang telah dirintisnya selama lebih dari lima belas tahun, tapi harapan itu sirna, karena Deni lebih memilih jurusan serajarah kepurbakalaan, ditengah kebimbangan tersebut, angin keberuntungan berpihak pada Deni.
Saat Deni dan keluarganya hendak pulang, mereka didatangi sekelompok orang,
"tunggu kata salah seorang pria berjas hitam, perkenalkan diri, saya Sandi dari Dipaserra Corporate yang bergerak dibidang Arkeologi, kami tertarik untuk mengundang dan berharap nak Deni bisa bekerja ditempat kami, tentu saja nak Deni juga nanti akan diberikan kesempatan untuk mengikuti program beasiswa belajar S2 diuniversitas bergengsi diluar negeri, ini adalah surat undangan resmi dari perusahaan, dan sebagai kompensasi nilai terbaik bos saya bapak Jaya Serra memeberikan sedikit hadiah
Sandi mengeluarkan amplop coklat berisi uang, sebagai kompensasi untuk Deni, ibu dan bapak menatapnya dengan terkejut terimalah hadiah kecil ini nak Deni, uang tunai sebesar 25 juta rupiah, mohon diterima, dan ini kartu nama saya" Sandi berjalan ke arah Deni dan memberikan amplop uang dan juga kartu namanya, sambil berkata kami memiliki suatu yang menarik nak Deni, sambil memperlihatkan foto di handphonenya, seketika Deni terkejut dan terdiam..."
Baiklah nak Deni, kami sangat berharap dengan keahlian yang nak Deni miliki, nak Deni bisa bergabung bersama grup Dipaserra Corporate.
Tak lama sebuah sedan Mercy mendekat dan berhenti didepan Sandi, dan pria itu langsung masuk kedalam mobilnya tanpa berkata apa-apa lagi"
Memecah keheningan bapak bersorak gembira, wah hebat kamu Den, belum kerja sudah dapat kompensasi 25 juta, ini harus dirayakan nih seru bapak, kita makan - makan direstoran ajak kakak kamu dan semuanya, boleh ya Le, seru bapak menatap Deni.
Deni hanya mengangguk, semnetara tanggapan lain diberikan oleh ibu, ibu Deni terlihat makin murung dengan senyum yang dipaksakan
Mereka menuju rumah, dalam perjalanan pulang deni masih terbayang dengan apa yang diperlihatkan oleh Sandi, itu adalah batu giok Es dan jika pengelihatanku tudak salah, yang ada didalamnya adalah Keris Tameng Kegelapan seru Deni dalam lamunnya, seketika bapak mengejutkan Deni.
Kamu mikirin apa le, jika kamu memang ingin bekerja disana, pergilah nak, jangan bebani pikiranmu, masalah ibu biar bapak yang bicara, yang penting bagi bapak kamu bisa bertanggungnjawab dengan keputusan yang sudah kamu ambil,
pesan bapak, dibalik kemampuan dan kekuatan yang besar, ada tanggung jawab yang besar nak.
kamu diberkahi kecerdasan yang bisa memahami benda-benda sejarah, perjuangkan apa yang menurutmu benar nak, semangat ya nak, bapak bangga sama kamu nak, besok pagi kamu boleh pakai mobil mana saja yang kamu mau nak, perhatikan penampilanmu, pakailah pakaian yang baik, nanti malam kita cari pakaian ya, agar anak bapak tambah gagah dan keren hehehe seru bapak.
"Terima kasih banyak pak, tapi Deni rasa tidak perlu, Deni pakai baju yang lama saja dan pakai sepeda motor biasanya saja, Denikan baru akan mulai bekerja pak, Deni ingin belajar mandiri dan buktikan pada ibu bahwa apa yang Deni pilih tidak salah"
'seketika bapak termenung, dan menatap Deni dengan tatapan haru, bapak lalu memeluk Deni, baik nak jika itu maumu, tapi bapak akan selalu mendukungmu, cerita semua sama bapak ya nak, jika ada masalah bapak akan selalu ada buat kamu, jangan sampai kamu terjerumus kepergaulan yang tidak baik ya nak.'
"Lebay amat seru ibu menatap Deni dan bapak, drama apa lagi ini, bukannya masuk lalu ibu mengambil handphonenya yang tertinggal dimobil," bapak dan Deni terkejut dan akhirnya berlalu kedalam rumah...
Seorang gadis berusia sekolah menengah atas, langsung berlari memeluk Deni, selamat ya mas Deni, seru gadis tersebut, wah yang wisuda traktir-traktir nih, seru Ratna, Ratna adalah adik bungsu Deni, Ratna adalah gadis cantik berambut panjang dengan wajah yang manis.
"Beres Ratna, mas mu baru dapat rizky besar, uangnya banyak, dapat uang dua puluh lima juta, tuh hebatkan kakakmu, seru bapak dengan senyum penuh kebanggaan."
'yang bener mas, dua puluh lima juta? wah masnya siapa dulu dong, Ratna mencium pipi kakaknya, sambil berkata, mas ini hp ku sudah lama lho, boleh ya hp ku digantiin yang baru sambil bergelayut manja kepada Deni, ya mas ya, masa tega mas lihat adeknya yang cantik ini dibully karena hpnya sudah kadaluarsa seru Ratna'
" ya nanti mas belikan, sekalian temenin mas cari baju ya, buat besok interview besok, biar masmu tambah ciamik hehehe seru bapak menimpali dengan canda tawa."
"mengenai Ratna dia karena memang hanya berdua, Ratna sangat dekat dengan Deni, dan sikap manjanya kadang sering membuat orang salah sangka jika Ratna adalah pacarnya"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Mas Uan
sejauh ini tidak begitu jauh juga tapi tatabahasamu oke tood..
2024-09-01
0
Pangkas Herman
enjoy
2024-08-25
0
rajes salam lubis
mantap, baru nyimak thor.
lanjutkan
2022-10-08
0