Catatan sebelum membaca, cerita ini hanyalah cerita fiksi, semua hanyalah hasil imajinasi penulis saja, jangan sampai gagal paham ya, selamat membaca.
Malam harinya selepas sholat magrib Deni, dan Ratna pergi kesebuah pusat perbelanjaan di ibu kota, mas kita ke mall Ambasador aja yuk, aku mau cari Handphone dulu, ya mas boleh ya mas, Deni hanya mengangguk melihat tingkah adiknya, malam itu suasana langit cukup cerah, Deni memacu motornya dengan kecepatan sedang, lima belas menit kemudian tibalah ia di Mall Ambasador, setelah memilih handphone yang disukainya, Ratna bergegas menemani Deni memilih beberapa pakaian untuk interview besok pagi, sebuah kemeja lengan panjang biru cerah menjadi pilihan Deni.
"Lho tumben mas pakai baju warna cerah, biasanya serba hitam seru Ratna"
Biar masa depanku cerah, gak surem dek, maklum ibu uring-uringan terus, mas jadi bingung
"Yang sabar ya mas, Ratna pasti akan selalu dukung mas Deni, bapak juga dukung mas Deni, ibu jangan terlalu dipikir mas, mas kan tau sendiri ibu seperti apa, mas tenang aja, aku yang akan ambil jurusan kedokteran, biar mas gak dimusuhi lagi sama ibu, sambil mengedipkan matanya, Ratna lalu menarik lengan Deni dan menggandengnya, mas laper nih, masa jalan-jalan gak beli makan, tega apa adeknya yang cantik ini mati kelaperan, seru Ratna sambil merengek kembali.
Tak lama handphone Deni berbunyi, bapak dek, ya diangakat mas kata Ratna.
Halo pak, "Halo le, sudah dapat belum yang dicari, bapak sama ibu sudah buat acara untuk syukuran wisuda kamu, bapak sama ibu ada di restoran biasanya, buruan ajak adikmu kesini ya nak," baik pak seru Deni langsung menutup telpon.
Kita kerestoran biasanya ya dek, bapak sama ibu sudah disana katanya merayakan wisudanya mas, yuk nanti ibu berubah pikiran, mas yang repot.
"Aneh cepet banget berubahnya, semoga saja ibu sudah baik ya mas,"
'Ya semoga saja dek, yuk lah cus,'
"Ok mas, terima kasih ya mas handphonenya, Ratna pasti akan tambah semangat belajarnya, seru Ratna sambil tersenyum dan melangkah bersama Deni."
Setelah 15 menit mereka tiba direstoran JavaFood langganan keluarga Deni, terlihat bapak, ibu, sudah menunggu mereka, Deni dan Ratna langsung sungkem pada ibu dan bapaknya, kebiasaan ini tetap dijaga dan dipertahankan oleh keluarga Deni, mereka makan diselingi dengan canda tawa, "Pak Ratna dapat Handphone baru dari mas Deni, bagus deh pak"
'Wah le, kamu belikan adikmu Handphone baru, bagian bapak mana le, seru bapak sambil terkekeh disusul tawa semuanya, nasib mu bener-bener sial ya le, baru juga dapat uang sudah ditodong jatah preman, hahaha kata bapak sambil tertawa.'
"Ih bapak ini, anaknya yang cantik dari lahir sepanjang masa ini, masa dibilang preman, kata Ratna sambil memonyongkan bibirnya," lah kalo premannya cantik seperti ini, Deni pasrah pak, apa daya diriku yang lemah ini, disambung tawa kecil oleh Deni, "ih mas nyebelin, jadi gak rela nih, beliin Ratna Handphone?" Gimana ya dari pada mas dingambekin seminggu, dan gak ada yang bikinin mas mie instan lagi kalo laper, ya jadi, ya, sambil mencubit manja hidung Ratna"
Sudah-sudah ayo kita makan, ibu sudah lapar ini, Kata ibu, seketika suasana hening...
"Le pergunakan uang itu dengan baik, ibu kasih waktu tiga tahun untuk kamu membuktikan bahwa pilihanmu adalah pilihan yang tepat, tapi jika dalam kurum waktu tiga tahun kamu belum jadi apa-apa, kamu harus ikut aturan ibu, kata ibu dengan nada dingin menatap kearah Deni."
'Baik bu, Deni akan berusaha yang terbaik,'
"Bagus, jadi ibu tunggu janjimu, dan kamu Ratna, karena masmu sudah salah jalan, kamu harus nurut sama ibu, selepas sekolah kamu harus masuk jurusan kedokteran, ibu sudah atur semuanya untuk kamu, jika kamu tidak mau, ibu juga tidak akan perduli lagi sama kamu, seru ibu sambil menyeruput teh,"
Bapak coba memecah keheningan tersebut, yuk makanannya sudah dingin nih nanti tidak enak, akhirnya acara makan malam berlangsung canggung, selesai makan Ratna ikut bapak dan ibunya dengan mobil, sementara Deni menggunakan motornya
Ditengah perjalanan pulang Deni terus memikirkan perkataan ibunya, dia bertekat untuk membuktikan bahwa pilihannya bukan pilihan yang salah, setelah sampai dirumah Deni langsung tertidur karena lelah seharian, biarpun sebenarnya netranya masih sulit dipejamkan namun besok adalah kesempatan besar yang tidak ingin dilewatkannya.
Keesokan paginya Deni bersiap menuju Dipa Serra Corporate, perusahaan baru yang berkembang dan mendapatkan sokongan dana dari pemerintah dan dari pihak asing ini melambungkan namanya apa lagi setelah perusahaan tersebut memiliki niat mulia dengan ingin melestarikan peninggalan Budaya Indonesia, sebenarnya Dipa Serra sendiri bergerak dibidang pertambangan, dengan niatan menjaga dan mencari situs - situs purbakala membuat perusahaan ini mendapatkan lampu hijau dari pemerintah karena beberapa barang peninggalan sejarah banyak yang ditemukan, seperti keris Empu Gandring, pusat Keraton Majapahit yang tidak bisa ditemukan, dan masih banyak lagi, dimana pemilik perusahan tersebut bapak Jaya Dipa Serra diakui memiliki ilmu kebatinan yang cukup tinggi, bahkan diusia mudanya dia bisa berkomunikasi dengan banyak ruh - ruh pusaka yang dia temukan, itu juga yang akhirnya membuat pusat keraton Majapahit bisa ditemukan lokasi pastinya dan setelah digali situs tersebut akhirnya menjadi warisan budaya paling berharga dan telah membuat pemasukan devisa cukup tinggi bagi Indonesia.
Penampilan bapak Jaya Dipa Serra sendiri tidak terlalu mencolok, beliau adalah sosok sederhana dan rendah hati yang dikenal sering membantu masyarakat miskin.
*****
Diperusahaan Dipa Serra (sudah kau temui anak itu Sandi, tanya bapak jaya pada orang kepercayaannya tersebut)
"Sudah pak, sesuai yang bapak katakan, awalnya dia acuh tak acuh, tapi setelah saya memperlihatkan Foto Batu Giok Putih, dia cukup terkejut, ditambah lagi setelah zoom pada tengah batu yang memperlihatkan Keris Tameng Kegelapan, dia sangat terkejut, dan tadi malam dia berkata akan datang pagi ini"
'Dibuat santai saja Sandi, jangan terlalu formal, karena anak ini agak berbeda, aku sudah mengamatinya sejak lama, terutama ruh penjaganya, dia salah satu ruh terkuat dari daratan Sumatra sang Panglima Kumbang.'
"Tak lama bunyi telpon terdengar, resepsionis mengabarkan jika bapak Deni Mahesa Wijaya telah sampai di lobi."
Dia datang pak, saya akan turun dan menyambutnya, "baiklah Sandi bawa anak itu ke tempat tersebut, dan batalkan semua pertemuan hari ini, aku sudah menunggu lama untuk hari ini dan aku berharap anak tersebut bisa bergabung dengan kita, dan kita bisa segera menggumpulkan ketujuh pusaka yang tersisa."
Baik pak, saya mengerti, saya mohon diri, setelah membukukan badan Sandi langsung menuju lobi untuk menemui Deni
"Wah nak Deni sudah lamakah?"
' belum pak, baru saja tiba.' "Saya senang nak Deni mau singgah ditempat kami yang sederhana ini, seru Sandi sambil menuntun Deni ketempat pak Jaya'
"Bapak terlalu merendah, tempat megah dan besar seperti ini masa di bilang sederhana pak", 'senyum dan tawa hadir sepanjang perjalan mereka, oh iya nak Deni bapak Jaya Dipa Serra ingin segera bertemu dengan nak Deni, beliau sedang sarapan dan saat ini menunggu kita untuk sarapan bersama, kata sandi sambil terus berjalan menuju sebuah ruang yang telah secara khusus dipersiapkan, tak lama terlihat oleh Deni, seorang pria berusia sekitar 50an, sedang menikmati sebatang cerutu dan secangkir teh, itu Bapak Jaya seru sandi menunjuk pria tersebut.
Ini beneran bapak Jaya Dipa Serra pak Sandi? Bapak Jaya yang terkenal di Tv itu?
"Kamu berlebihan nak Deni, itu hanya kebetulan saja, sahut bapak Jaya sambil tersenyum hangat, mau minum apa nak Deni? Kebetulan saya baru saja mendapat teh embun pagi, ini sangat baik untuk kesehatan, sambil menuangkan air teh kedalam cangkir, dan menyuguhkannya kepada Deni.
Silakan nak Deni...
'Deni agak sungkan langsung di suguhkan teh oleh bapak Jaya Dipa'
Silakan duduk nak Deni, tidak perlu sungkan, sandi memberikan beberapa berkas untuk ditanda tangani oleh bapak Jaya.
Minumlah nak Deni, ini adalah teh langka, Teh Embun Pagi, teh ini banyak dicari karena kasiatnya yang luar biasa, aromanya yang khas membuat yang menghirupnya merasa segar sepanjang masa, hehehe seru bapak Jaya Serra.
Silakan duduk nak Deni, ayo jangan malu-malu, seru bapak Jaya Serra mempersilahkan Deni untuk duduk.
Deni duduk disebelah bapak jaya Serra, dirinya menatap penuh kagum pada bapak jaya, orang besar ini sangat rendah hati dan juga ramah, pantas saja suasana kantor ini sangat nyaman, dan juga bersahabat, bapak Jaya memang seorang panutan yang baik seru Deni dalam lamunnya.
"Nak Deni, kenapa melamun? Tidak baik lho melamun pagi-pagi seru bapak Jaya sambil terkekeh, apa yang kamu pikirkan nak Deni, sepertinya nak Deni sedang banyak pikiran? Seru pak Jaya."
Maaf bapak, jika saya tidak sopan, saya kagum dengan bapak, jujur sejak menginjakan kaki dikantor ini, suasanya sangat bersahabat, dan nyaman sekali, melihat bapak disini rasanya saya tidak percaya jika saat ini saya duduk bersama bapak Jaya Serra yang terkenal itu, kata Deni.
"Bapak Jaya hanya tersenyum, semua ini hanyalah titipan nak, tidak ada yang perlu dibanggakan, yang saya lakukan hanyalah mencoba meletakkan semua sesuai pada tempatnya."
Catatan, jika kalian suka dengan cerita ini,,, yuk bantu penulis berkembang dengan memberikan like, komen dan tambahkan cerita ke favorite ya, terima kasih....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Mas Uan
gas kang gas...
2024-09-01
0
Ahmad Tamby
Mantaaaaap Brooo,lanjuuut.* Sehat Wal'afiat Selalu & Tetaaap Semagaaaaat. /Heart//Good/
2024-08-29
0
Pangkas Herman
mantap
2024-08-25
0