NovelToon NovelToon

Sembilan Pusaka Nusantara

Bab 1 Prolog

Siang itu suasana kampus mendadak ramai, dikarenakan hari ini adalah wisuda kampus permata hati, semua orang sibuk dan bersiap menuju kursi masing - masing, orang tua pendamping dan para wisudawan diarahkan oleh panitia kampus penyelenggara. Adapun Deni Mahesa Wijaya termasuk kedalam mahasiswa yang akan diwisuda, Deni adalah mahasiswa jurusan sejarah kepurbakalaan, dimana dirinya senang dan sangat tertarik dengan benda - benda bersejarah, terutama benda- benda pusaka dari tanah nusantara.

Biarpun termasuk mahasiswa cerdas dan berprestasi, orang tua Deni patut khawatir, terutama ibu Deni, karena hobbynya itu pula membuat Deni lebih tertarik terhadap benda pusaka dari pada dengan lawan jenisnya, secara dari segi fisik Deni tergolong pemuda yang tampan.

Setelah pembukaan dan wejangan dari para petinggi kampus, tibalah saatmya mengumumkam siapa saja mahasiswa yang masuk kedalam kategori cumluade, dan tidak diduga nama Deni Mahesa Wijaya menduduki peringkat pertama mahasiswa Cumluade. Kerja keras tidak menghianati hasil, setelah penelitian dan riset yg dilakukannya hampir dua tahun Deni menjadi sorotan, terlebih judul skripsinya agak unik dimana dia mengupas sembilan pusaka nusantara yang konon jika disatukan akan menjadi senjata yang tanpa tanding. Cukup aneh memang, diusianya yang masih sangat muda, deni sangat tertarik dengan benda - benda pusaka. karena biasanya anak - anak muda lebih tertarik dengan hobi variasi sepeda motor, mobil, atau jalan - jalan ketempat - tempat seru lainnya, sedangkan Deni lebih memilih jalan - jalan ketempat mistis dan bertuah

Kekhawatiran ibu Deni karena memang cukup beralasan mengingat sejarah panjang keluarga Wijaya yang merupakan keluarga istimewa, apalagi hobinya itu, merupakan turunan dari eyang kakungnya yang tidak lain adalah ayahnya sendiri Romo

"Ini mas, akibat dari seringnya Deni bergaul sama Romo, aku sudah wanti - wanti jangan sampai Deni berurusan dengan benda - benda mistis itu, ruh penjaga pusakalah, ritual pemandian pusakalah, ini sudah abad 21 mas, dimana banyak anak muda ambil jurusan kedokteran, hukum, ekonomi atau bahasa, eh anak kita malah sibuk dengan klenik, kata ibu Deni sedikit kesal.

'Biar saja lah bu, toh itu pilihan dia, jurusan sejarah juga tidak jelek, lagi pula bapak bangga sama Deni, dia mau menjaga dan melestarikan budaya Indonesia, lagi pula jarang lho ada anak muda yg mau berurusan dengan benda - benda peninggalan seharah kata bapak sambil tersenyum.

"Huuh sampean ini mas, apa tidak khawatir dengan masa depannya, aku ingin Deni ambil jurusan kedokteran atau teknik agar bisa menggantikan kita, tapi mas malah menyetujui saat Deni mengambil jurusan sejarah. Awas saja ya, aku tidak mau anak kita seperti romo atau seperti abak, orang tua kita sudah memberi pengaruh buruk sama Deni"

'Lah kok bawa - bawa romo sama abak?? Ingat mereka orang tua kita bu, romo itu bapakmu, dan abak itu bapakku, mereka tidak salah mereka banyak mengajarkan budi perkerti dan tata krama pada Deni, dan mereka juga yang mengajarkan Deni lebih dekat dengan Allah dan tidak lupa untuk beribadah dan bersedekah lalu...

"lalu mengajarkan ilmu silat, kebatian dan memperkenalkan benda-benda pusaka tidak jelas itu, timpal ibu deni dengan kesal terserahlah mas, jika sampai Deni tidak punya masa depan aku tidak mau tau, kamu yang urus Deni titik.

Perdebatan orang tua Deni menyisakan diam. Ditengah lamunan keduanya mereka dikejutkan oleh Deni yang datang dengan membawa plakat wisudawan terbaiknya, namun hal tersebut tidak membuat ibu Deni senang, wajahnya murung sejak pagi, bapak hanya menggeleng dengan senyum tipis...

"Pak/Ibu Deni lulus"

'Ya selamat ya le, semoga cita - citamu bisa tercapai, Aamiin. .'

"Jadi dukun maksudnya? Anak sama bapak sama saja, kalian itu bikin pusing ibu" tanpa mengucap sepatah katapun ibu Deni beranjak ke mobil, yuk lah pulang, capek dari tadi duduk terus dan melangkah pergi meninggalkan bapak dan Deni...

'Sabar ya ngger, ibumu sedang banyak masalah saja, nanti bapak ajak bicara lagi ibumu, kata bapak menenangkan hati Deni'

Deni paham ketidak sukaan ibunya pada pilihannya yang lebih senang belajar sejarah arkeologi, ibu Deni sangat berharap agar kelak Deni bisa menggantikannya sebagai penerus rumah sakit harapan indah yang telah dirintisnya selama lebih dari lima belas tahun, tapi harapan itu sirna, karena Deni lebih memilih jurusan serajarah kepurbakalaan, ditengah kebimbangan tersebut, angin keberuntungan berpihak pada Deni.

Saat Deni dan keluarganya hendak pulang, mereka didatangi sekelompok orang,

"tunggu kata salah seorang pria berjas hitam, perkenalkan diri, saya Sandi dari Dipaserra Corporate yang bergerak dibidang Arkeologi, kami tertarik untuk mengundang dan berharap nak Deni bisa bekerja ditempat kami, tentu saja nak Deni juga nanti akan diberikan kesempatan untuk mengikuti program beasiswa belajar S2 diuniversitas bergengsi diluar negeri, ini adalah surat undangan resmi dari perusahaan, dan sebagai kompensasi nilai terbaik bos saya bapak Jaya Serra memeberikan sedikit hadiah

Sandi mengeluarkan amplop coklat berisi uang, sebagai kompensasi untuk Deni, ibu dan bapak menatapnya dengan terkejut terimalah hadiah kecil ini nak Deni, uang tunai sebesar 25 juta rupiah, mohon diterima, dan ini kartu nama saya" Sandi berjalan ke arah Deni dan memberikan amplop uang dan juga kartu namanya, sambil berkata kami memiliki suatu yang menarik nak Deni, sambil memperlihatkan foto di handphonenya, seketika Deni terkejut dan terdiam..."

Baiklah nak Deni, kami sangat berharap dengan keahlian yang nak Deni miliki, nak Deni bisa bergabung bersama grup Dipaserra Corporate.

Tak lama sebuah sedan Mercy mendekat dan berhenti didepan Sandi, dan pria itu langsung masuk kedalam mobilnya tanpa berkata apa-apa lagi"

Memecah keheningan bapak bersorak gembira, wah hebat kamu Den, belum kerja sudah dapat kompensasi 25 juta, ini harus dirayakan nih seru bapak, kita makan - makan direstoran ajak kakak kamu dan semuanya, boleh ya Le, seru bapak menatap Deni.

Deni hanya mengangguk, semnetara tanggapan lain diberikan oleh ibu, ibu Deni terlihat makin murung dengan senyum yang dipaksakan

Mereka menuju rumah, dalam perjalanan pulang deni masih terbayang dengan apa yang diperlihatkan oleh Sandi, itu adalah batu giok Es dan jika pengelihatanku tudak salah, yang ada didalamnya adalah Keris Tameng Kegelapan seru Deni dalam lamunnya, seketika bapak mengejutkan Deni.

Kamu mikirin apa le, jika kamu memang ingin bekerja disana, pergilah nak, jangan bebani pikiranmu, masalah ibu biar bapak yang bicara, yang penting bagi bapak kamu bisa bertanggungnjawab dengan keputusan yang sudah kamu ambil,

pesan bapak, dibalik kemampuan dan kekuatan yang besar, ada tanggung jawab yang besar nak.

kamu diberkahi kecerdasan yang bisa memahami benda-benda sejarah, perjuangkan apa yang menurutmu benar nak, semangat ya nak, bapak bangga sama kamu nak, besok pagi kamu boleh pakai mobil mana saja yang kamu mau nak, perhatikan penampilanmu, pakailah pakaian yang baik, nanti malam kita cari pakaian ya, agar anak bapak tambah gagah dan keren hehehe seru bapak.

"Terima kasih banyak pak, tapi Deni rasa tidak perlu, Deni pakai baju yang lama saja dan pakai sepeda motor biasanya saja, Denikan baru akan mulai bekerja pak, Deni ingin belajar mandiri dan buktikan pada ibu bahwa apa yang Deni pilih tidak salah"

'seketika bapak termenung, dan menatap Deni dengan tatapan haru, bapak lalu memeluk Deni, baik nak jika itu maumu, tapi bapak akan selalu mendukungmu, cerita semua sama bapak ya nak, jika ada masalah bapak akan selalu ada buat kamu, jangan sampai kamu terjerumus kepergaulan yang tidak baik ya nak.'

"Lebay amat seru ibu menatap Deni dan bapak, drama apa lagi ini, bukannya masuk lalu ibu mengambil handphonenya yang tertinggal dimobil," bapak dan Deni terkejut dan akhirnya berlalu kedalam rumah...

Seorang gadis berusia sekolah menengah atas, langsung berlari memeluk Deni, selamat ya mas Deni, seru gadis tersebut, wah yang wisuda traktir-traktir nih, seru Ratna, Ratna adalah adik bungsu Deni, Ratna adalah gadis cantik berambut panjang dengan wajah yang manis.

"Beres Ratna, mas mu baru dapat rizky besar, uangnya banyak, dapat uang dua puluh lima juta, tuh hebatkan kakakmu, seru bapak dengan senyum penuh kebanggaan."

'yang bener mas, dua puluh lima juta? wah masnya siapa dulu dong, Ratna mencium pipi kakaknya, sambil berkata, mas ini hp ku sudah lama lho, boleh ya hp ku digantiin yang baru sambil bergelayut manja kepada Deni, ya mas ya, masa tega mas lihat adeknya yang cantik ini dibully karena hpnya sudah kadaluarsa seru Ratna'

" ya nanti mas belikan, sekalian temenin mas cari baju ya, buat besok interview besok, biar masmu tambah ciamik hehehe seru bapak menimpali dengan canda tawa."

"mengenai Ratna dia karena memang hanya berdua, Ratna sangat dekat dengan Deni, dan sikap manjanya kadang sering membuat orang salah sangka jika Ratna adalah pacarnya"

Bab 2 - Dipa Serra Corporate

Catatan sebelum membaca, cerita ini hanyalah cerita fiksi, semua hanyalah hasil imajinasi penulis saja, jangan sampai gagal paham ya, selamat membaca.

Malam harinya selepas sholat magrib Deni, dan Ratna pergi kesebuah pusat perbelanjaan di ibu kota, mas kita ke mall Ambasador aja yuk, aku mau cari Handphone dulu, ya mas boleh ya mas, Deni hanya mengangguk melihat tingkah adiknya, malam itu suasana langit cukup cerah, Deni memacu motornya dengan kecepatan sedang, lima belas menit kemudian tibalah ia di Mall Ambasador, setelah memilih handphone yang disukainya, Ratna bergegas menemani Deni memilih beberapa pakaian untuk interview besok pagi, sebuah kemeja lengan panjang biru cerah menjadi pilihan Deni.

"Lho tumben mas pakai baju warna cerah, biasanya serba hitam seru Ratna"

Biar masa depanku cerah, gak surem dek, maklum ibu uring-uringan terus, mas jadi bingung

"Yang sabar ya mas, Ratna pasti akan selalu dukung mas Deni, bapak juga dukung mas Deni, ibu jangan terlalu dipikir mas, mas kan tau sendiri ibu seperti apa, mas tenang aja, aku yang akan ambil jurusan kedokteran, biar mas gak dimusuhi lagi sama ibu, sambil mengedipkan matanya, Ratna lalu menarik lengan Deni dan menggandengnya, mas laper nih, masa jalan-jalan gak beli makan, tega apa adeknya yang cantik ini mati kelaperan, seru Ratna sambil merengek kembali.

Tak lama handphone Deni berbunyi, bapak dek, ya diangakat mas kata Ratna.

Halo pak, "Halo le, sudah dapat belum yang dicari, bapak sama ibu sudah buat acara untuk syukuran wisuda kamu, bapak sama ibu ada di restoran biasanya, buruan ajak adikmu kesini ya nak," baik pak seru Deni langsung menutup telpon.

Kita kerestoran biasanya ya dek, bapak sama ibu sudah disana katanya merayakan wisudanya mas, yuk nanti ibu berubah pikiran, mas yang repot.

"Aneh cepet banget berubahnya, semoga saja ibu sudah baik ya mas,"

'Ya semoga saja dek, yuk lah cus,'

"Ok mas, terima kasih ya mas handphonenya, Ratna pasti akan tambah semangat belajarnya, seru Ratna sambil tersenyum dan melangkah bersama Deni."

Setelah 15 menit mereka tiba direstoran JavaFood langganan keluarga Deni, terlihat bapak, ibu, sudah menunggu mereka, Deni dan Ratna langsung sungkem pada ibu dan bapaknya, kebiasaan ini tetap dijaga dan dipertahankan oleh keluarga Deni, mereka makan diselingi dengan canda tawa, "Pak Ratna dapat Handphone baru dari mas Deni, bagus deh pak"

'Wah le, kamu belikan adikmu Handphone baru, bagian bapak mana le, seru bapak sambil terkekeh disusul tawa semuanya, nasib mu bener-bener sial ya le, baru juga dapat uang sudah ditodong jatah preman, hahaha kata bapak sambil tertawa.'

"Ih bapak ini, anaknya yang cantik dari lahir sepanjang masa ini, masa dibilang preman, kata Ratna sambil memonyongkan bibirnya," lah kalo premannya cantik seperti ini, Deni pasrah pak, apa daya diriku yang lemah ini, disambung tawa kecil oleh Deni, "ih mas nyebelin, jadi gak rela nih, beliin Ratna Handphone?" Gimana ya dari pada mas dingambekin seminggu, dan gak ada yang bikinin mas mie instan lagi kalo laper, ya jadi, ya, sambil mencubit manja hidung Ratna"

Sudah-sudah ayo kita makan, ibu sudah lapar ini, Kata ibu, seketika suasana hening...

"Le pergunakan uang itu dengan baik, ibu kasih waktu tiga tahun untuk kamu membuktikan bahwa pilihanmu adalah pilihan yang tepat, tapi jika dalam kurum waktu tiga tahun kamu belum jadi apa-apa, kamu harus ikut aturan ibu, kata ibu dengan nada dingin menatap kearah Deni."

'Baik bu, Deni akan berusaha yang terbaik,'

"Bagus, jadi ibu tunggu janjimu, dan kamu Ratna, karena masmu sudah salah jalan, kamu harus nurut sama ibu, selepas sekolah kamu harus masuk jurusan kedokteran, ibu sudah atur semuanya untuk kamu, jika kamu tidak mau, ibu juga tidak akan perduli lagi sama kamu, seru ibu sambil menyeruput teh,"

Bapak coba memecah keheningan tersebut, yuk makanannya sudah dingin nih nanti tidak enak, akhirnya acara makan malam berlangsung canggung, selesai makan Ratna ikut bapak dan ibunya dengan mobil, sementara Deni menggunakan motornya

Ditengah perjalanan pulang Deni terus memikirkan perkataan ibunya, dia bertekat untuk membuktikan bahwa pilihannya bukan pilihan yang salah, setelah sampai dirumah Deni langsung tertidur karena lelah seharian, biarpun sebenarnya netranya masih sulit dipejamkan namun besok adalah kesempatan besar yang tidak ingin dilewatkannya.

Keesokan paginya Deni bersiap menuju Dipa Serra Corporate, perusahaan baru yang berkembang dan mendapatkan sokongan dana dari pemerintah dan dari pihak asing ini melambungkan namanya apa lagi setelah perusahaan tersebut memiliki niat mulia dengan ingin melestarikan peninggalan Budaya Indonesia, sebenarnya Dipa Serra sendiri bergerak dibidang pertambangan, dengan niatan menjaga dan mencari situs - situs purbakala membuat perusahaan ini mendapatkan lampu hijau dari pemerintah karena beberapa barang peninggalan sejarah banyak yang ditemukan, seperti keris Empu Gandring, pusat Keraton Majapahit yang tidak bisa ditemukan, dan masih banyak lagi, dimana pemilik perusahan tersebut bapak Jaya Dipa Serra diakui memiliki ilmu kebatinan yang cukup tinggi, bahkan diusia mudanya dia bisa berkomunikasi dengan banyak ruh - ruh pusaka yang dia temukan, itu juga yang akhirnya membuat pusat keraton Majapahit bisa ditemukan lokasi pastinya dan setelah digali situs tersebut akhirnya menjadi warisan budaya paling berharga dan telah membuat pemasukan devisa cukup tinggi bagi Indonesia.

Penampilan bapak Jaya Dipa Serra sendiri tidak terlalu mencolok, beliau adalah sosok sederhana dan rendah hati yang dikenal sering membantu masyarakat miskin.

*****

Diperusahaan Dipa Serra (sudah kau temui anak itu Sandi, tanya bapak jaya pada orang kepercayaannya tersebut)

"Sudah pak, sesuai yang bapak katakan, awalnya dia acuh tak acuh, tapi setelah saya memperlihatkan Foto Batu Giok Putih, dia cukup terkejut, ditambah lagi setelah zoom pada tengah batu yang memperlihatkan Keris Tameng Kegelapan, dia sangat terkejut, dan tadi malam dia berkata akan datang pagi ini"

'Dibuat santai saja Sandi, jangan terlalu formal, karena anak ini agak berbeda, aku sudah mengamatinya sejak lama, terutama ruh penjaganya, dia salah satu ruh terkuat dari daratan Sumatra sang Panglima Kumbang.'

"Tak lama bunyi telpon terdengar, resepsionis mengabarkan jika bapak Deni Mahesa Wijaya telah sampai di lobi."

Dia datang pak, saya akan turun dan menyambutnya, "baiklah Sandi bawa anak itu ke tempat tersebut, dan batalkan semua pertemuan hari ini, aku sudah menunggu lama untuk hari ini dan aku berharap anak tersebut bisa bergabung dengan kita, dan kita bisa segera menggumpulkan ketujuh pusaka yang tersisa."

Baik pak, saya mengerti, saya mohon diri, setelah membukukan badan Sandi langsung menuju lobi untuk menemui Deni

"Wah nak Deni sudah lamakah?"

' belum pak, baru saja tiba.' "Saya senang nak Deni mau singgah ditempat kami yang sederhana ini, seru Sandi sambil menuntun Deni ketempat pak Jaya'

"Bapak terlalu merendah, tempat megah dan besar seperti ini masa di bilang sederhana pak", 'senyum dan tawa hadir sepanjang perjalan mereka, oh iya nak Deni bapak Jaya Dipa Serra ingin segera bertemu dengan nak Deni, beliau sedang sarapan dan saat ini menunggu kita untuk sarapan bersama, kata sandi sambil terus berjalan menuju sebuah ruang yang telah secara khusus dipersiapkan, tak lama terlihat oleh Deni, seorang pria berusia sekitar 50an, sedang menikmati sebatang cerutu dan secangkir teh, itu Bapak Jaya seru sandi menunjuk pria tersebut.

Ini beneran bapak Jaya Dipa Serra pak Sandi? Bapak Jaya yang terkenal di Tv itu?

"Kamu berlebihan nak Deni, itu hanya kebetulan saja, sahut bapak Jaya sambil tersenyum hangat, mau minum apa nak Deni? Kebetulan saya baru saja mendapat teh embun pagi, ini sangat baik untuk kesehatan, sambil menuangkan air teh kedalam cangkir, dan menyuguhkannya kepada Deni.

Silakan nak Deni...

'Deni agak sungkan langsung di suguhkan teh oleh bapak Jaya Dipa'

Silakan duduk nak Deni, tidak perlu sungkan, sandi memberikan beberapa berkas untuk ditanda tangani oleh bapak Jaya.

Minumlah nak Deni, ini adalah teh langka, Teh Embun Pagi, teh ini banyak dicari karena kasiatnya yang luar biasa, aromanya yang khas membuat yang menghirupnya merasa segar sepanjang masa, hehehe seru bapak Jaya Serra.

Silakan duduk nak Deni, ayo jangan malu-malu, seru bapak Jaya Serra mempersilahkan Deni untuk duduk.

Deni duduk disebelah bapak jaya Serra, dirinya menatap penuh kagum pada bapak jaya, orang besar ini sangat rendah hati dan juga ramah, pantas saja suasana kantor ini sangat nyaman, dan juga bersahabat, bapak Jaya memang seorang panutan yang baik seru Deni dalam lamunnya.

"Nak Deni, kenapa melamun? Tidak baik lho melamun pagi-pagi seru bapak Jaya sambil terkekeh, apa yang kamu pikirkan nak Deni, sepertinya nak Deni sedang banyak pikiran? Seru pak Jaya."

Maaf bapak, jika saya tidak sopan, saya kagum dengan bapak, jujur sejak menginjakan kaki dikantor ini, suasanya sangat bersahabat, dan nyaman sekali, melihat bapak disini rasanya saya tidak percaya jika saat ini saya duduk bersama bapak Jaya Serra yang terkenal itu, kata Deni.

"Bapak Jaya hanya tersenyum, semua ini hanyalah titipan nak, tidak ada yang perlu dibanggakan, yang saya lakukan hanyalah mencoba meletakkan semua sesuai pada tempatnya."

Catatan, jika kalian suka dengan cerita ini,,, yuk bantu penulis berkembang dengan memberikan like, komen dan tambahkan cerita ke favorite ya, terima kasih....

Bab 3 - Dipa Serra Corporate 2

Catatan sebelum membaca, cerita ini hanyalah cerita fiksi, semua hanyalah hasil imajinasi penulis saja, jangan sampai gagal paham ya, selamat membaca

Deni perlahan duduk sambil tetap merasa tidak enak hati, dimana orang besar seperti bapak Jaya Dipa, mau menuangkan teh untuknya, "selamat pagi pak"

'Selama pagi nak deni'. Tidak perlu sungkan nak, saat ini adalah susana sarapan pagi, karena kamu tamu disini, tidak ada salahnya bila saya menuangkan teh untuk nak Deni'. Sambil menyeruput tehnya Bapak jaya memulai obrolannya

" aku sudah memperhatikanmu sejak lama, aku sendiri sangat kagum atas bakat yang kau miliki, Sandi bawa kemari, baik pak Jaya. Sandi menyerahkan kotak hitam kepada pak Jaya, lalu menunjukannya kepada Deni."

Sulit dipercaya, ini batu giok putih, dimana menurut cerita kekuatannya bisa mengunci dan menekan kekuatan benda - benda pusaka, banyak benda pusaka yang telah dikurung didalam giok ini, dan kini keris tameng kegelapan ada didalam benda ini, benar - benar sulit dipercaya, seru Deni sambil terus memperhatikan batu giok putih yang didalamnya tersimpan keris tameng kegelapan.

'Matamu sangat jeli nak Deni, aku tau apa yang ada dipikiranmu, tolong berikan batu itu pada saya, kata pak Jaya'

Deni menyerahkan batu giok putih kepada pak Jaya

"Tak lama pak Jaya berkomat - kamit merapal mantra, dan dirinya juga membentuk segel tangan kemudian menyentuh batu giok putih, 'lepaskan'.

Tak lama Deni dan Sandi merasakan aura yang sangat menekan, udara disekitar ruangan mendadak jadi tidak setabil, dan terus memberi tekanan, tak lama aura berwarna hitam pekat keluar dari batu giok putih, dan kepulan asap hitam pekat tersebut membentuk keris luk lima dengan pamor yang sagat indah tapi juga memberi tekanan yang besar, Deni hampir pingsan dibuatnya, namun keanehan terjadi, tiba - tiba tubuh Deni diselimuti aura biru menyala dan melindungi seluruh tubuh Deni, tubuhnya kini tidak lagi merasa tertekan, tapi juga sangat nyaman, dan dari tubuh Deni keluar kepulan asap biru pekat yang membentuk sebuah pedang berukuran panjang sekitar 1 meter, dengan gagang yang berbentuk kepala burung merak.

"Pak Jaya tersentak, Pedang Cahaya Langit yang melegenda??? Tapi bagaimana bisa? Sebenarnya siapa anak ini? Sepertinya ini akan menarik".

'Pedang itu terus berputar diatas kepala Deni, dan perlahan menjadi kepulan asap biru yang terbang kesamping Deni dan secara perlahan berubah wujud menjadi seorang kakek tua berjubah biru, dan menatap tajam ke arah pak Jaya.

"Apa yang kau inginkan dari cucuku? Seru pria tua tersebut" sambil terus mengeluarkan aura menekan dari tubuhnya dan menatap dingin kearah pak Jaya?"

'Tiba-tiba Keris tameng kegelapan juga berubah wujud menjadi sosok pria tua berjubah hitam, yang berdiri disebelah pak Jaya'

""Lama tidak bertemu Astagina seru pria berjubah hitam tersebut, menatap dingin kearah pria berjubah biru?""

"'Tidak perlu basa - basi Janitra, tidak akan aku biarkan kau mengganggu atau mengusik trah Wijaya kata pria berjubah biru sambil terus mengeluarkan aura yang sangat menekan, Sandi sendiri sampai bersusah payah mengatur tenaga dalamnya dan terus mengalirkan tenaga dalamnya ditengah tekanan dua aura yang sangat kuat"

""Tuanku hanya ingin bekerja sama dengan trah Wijaya, kami tidak ada niat lain, karena ramalannya sudah semakin dekat, seru Janitra""

'Pak jaya membuka pembicaraan, mohon maaf eyang Wesi Astagina, jika yang aku lakukan sudah mengusik eyang Wesi, tapi seperti yang dikatakan eyang Janitra, aku hanya ingin meminta bantuan nak Deni, namun jika nak deni kurang berkenan, kami tidak akan memaksa, sambil menundukan kepala ke arah deni'

Deni merasa bingung, orang terhormat seperti pak Jaya menunduk hormat kearahnya, Deni juga merasakan aura dinging disekitar tubuhnya, (pasti ada sesuatu dibelakangku kata deni dalam hatinya, tanpa berani menoleh kebelakang)

"Apa yang bapak lakukan, bapak bicara dengan siapa pak? Kata Deni yang kebingungan? Deni memberanikan diri ikut berbicara, tidak lama disebelahnya munculah sosok pria tua berjubah biru yang menatap kearah pak Jaya, (apa dia yang membuat pak Jaya bersikap hormat kepadaku, tapi siapa orang tua ini) seribu pertanyaan masih memghantui Deni.

'Sepertinya nak Deni tidak tau jika selama ini nak Deni telah di Jaga oleh pelindung yang sangat sakti?'

"Hah pelindung?" 'Benar nak Deni'

"Sudah tidak perlu basa-basi, tugasku adalah melindungi anak ini sampai saatnya dia siap"

'Apa eyang wesi sudah pernah berkomunikasi dengan Deni?' "Apa perlunya itu kata Astagina menatap tajam kearah pak Jaya"

Disisi lain, Segel Dewa Krisna yang ditanam Jatmiko bereaksi dengan salah satu pusaka terkuat nusantara, dan memicu keluarnya pedang cahaya langit. Jatmiko patut khawatir, karena hanya salah satu dari sembilan pusaka terkuat yang bisa mengaktifkan segel dewa krisna, dia bergegas menuju sumber aura yang memicu pedang cahaya langit bangkit, dan apa yang dirasakannya adalah keris tameng kegelapan yang memicunya, jatmiko mengambil pusaka kantung macannya dan berkata pada Kumbang agar segera membawanya ketemoat cucunya berada, bukan hal sulit bagi pusaka kantung macan untuk melacak dan pergi secepat mungkin.

'Maaf eyang Wesi, bukannya aku meragukan kemampuan eyang wesi, tapi seprti yang eyang wesi tahu, saat ini ada kelompok lain yang berusaha menyatukan 9 pusakan nusantara untuk membuka perang besar'

"Itu bukan urusanku, tugasku adalah menjaga anak ini, selebihnya bukan urusanku"

'Kau masih saja keras Astagina, kau sendiri merasakan bahwa kekuatan ruh batu langit tidak sesederhana itu, kita yang termasuk 9 pusaka terkuat harus berjibaku dan hampir musnah saat itu?' Apa kau ingin kejadian lama terulang lagi, kejadian yang tidak ingin aku ulangi, sekarang kita masih memiliki kesempatan jika kita bisa bergerak lebih dulu, kata Janitra?

"Seketika wajah eyang wesi Astagina sedikit cemas, eyang wesi tau betul betapa mengerikannya kekuatan ruh batu langit, bahkan sembilan pusaka terkuat sudah dibantu dengan kaisar langit dan raja naga dari lima elemen masih belum sebanding, untung saat itu batara ismaya mau terlibat dan akhirnya kekuatanpun berimbang, tapi hal tersebut bukan perkara mudah, jika sampai batu langit dan batara antaga bangkit, maka bisa dipastikan perang bersar tiga dunia tidak terhindarkan."

'Saat ini keturunan Narapati telah bangkit dan mulai mengumpulkan pusaka terkuat, dan Sasmaya telah ditaklukannya, meskipun belum melakukan perjanjian darah namun, kau tau jika kekuatan kita belum mampu menandingi Sasmaya, apa lagi keturunan Narapati terus melacak keberadaan batu langit, jika bukan lima segel gabungan yang mengunci kekuatannya, maka bisa dipastikan batu langit pasti sudah ditemukan, dan yang menjadi masalah keturunan Narapati tersebut telah menghentikan pencariannya dan malah memperdalam ilmu segel?'

"Apa bagaimana bisa keturunan Narapati mendapatkan keris ki Anom?"

'Itulah yang aku khawatirkan Astagina, namum akhirnya setelah melihat sendiri kekuatan keturunan Narapati, aku putuskan membuat perjanjian darah dengan trah Dipa Serra, kau yang telah lama menjaga anak itu pasti tidak tau, karena Jatmiko Wijaya telah menanamkan segel khusus yang hanya bereaksi dengan salah satu dari kami, dia benar - benar diluar dugaan, dan diluar dugaan kakek Deni datang kepertemuan tersebut."

"Ternyata itu auramu Janitra, pantas saja segelku menangkap aura yang besar dari salah satu pusaka terkuat,

'Lah Kakek kenapa ada disini Deni yang masih bingung dan belum bisa mencerna apa yang terjadi, ditambah kehadiran kakeknya membuat dirinya semakin bingung.

Kau tenang saja Le, kakek sudah disini dan akan menyelsaikan semuanya terutama urusan dengan trah dipa serra tersebut, setauku keturunan wijaya tidak pernah mencari masalah dengan trah dipa serra, kata kakek jatmiko menambahkan. Jatmiko lalu duduk disebelah Deni.

Pak Jaya kembali berbicara, sebenarnya ini salahku empu Jatmiko, aku telah lama mengamati Deni, anak ini memeliki apa yang tidak dimiliki orang lain, bahkan keturunan Wijaya sekalipun, dimana aku merasakan aura besar yang tertekan didalam dirinya, aku sangat bersyukur Deni lahir dalam keluarga Wijaya, jika ia terlahir sebagai Narapati, pasti akan sangat merepotkan, jujur saja keturunan Narapati saat ini adalah yang terlemah, tapi justru itu masalahnya, kata pak Jaya menambahkan.

"Yang terlemah? Tapi kenapa dia berbahaya, apa jangan-jangan?"

'Benar empu Jatmiko, biarpun yang terlemah, tapi dialah otak dari bangkitnya kekuatan Narapati, karena kecerdasannya ada diatas rata-rata, dialah pewaris ahli siasat terkenal dari trah Narapati, Terawan Hadiytama Narapati.'

Apa Terawan, kata Deni sedikit terkejut, Terawan adalah lulusan terbaik kedua dikampusku pak, kami juga sering bertukar informasi tentang benda-benda sejarah dan juga benda-benda pusaka, terakhir kali dia bilang saat ini lebih tertarik untuk menguasai ilmu segel dari pada bela diri atau kanuragan. Kata Deni menambahkan.

'Disitulah kecerdikannya nak Deni, dia mengirim orang bergabung untuk menyusup dan mendapatkan informasi lewat orang terdekatmu.'

Apa orang terdekatku, (jangan bilang Asep si anak DO itu, aku sudah lama mengenalnya kami selalu bersama keliling mencari benda-benda pusaka., kata Deni dalam pikirannya)

'Jika kau berpikir Asep, tentu saja dia tidak akan menghianatimu hanya karena uang, kami sudah mengujinya beberapa kali untuk membocorkan skripsimu, dengan nominal yang tiidak sedikit tapi kesetiaannya abisa kau pegang nak Deni, beruntung kau memiliki sahabat seperti Asep kata pak Jaya lagi.'

Jika bukan Asep, hanya ada satu orang yang selalu mengikutiku berburu benda-benda klenik dia adalah

MUSA kata pak Jaya dan Deni bersamaan.

'Ya Musa orangnya, jujur dia membocorkam beberapa informasi mengenai skripsimu, (Sandi berkasnya, Sandi mengeluarkan bebrapa berkas yang tak lain adalah catatan penting tentang skripsi Deni, dan juga bukti transfer sejumlah uang pada rekening Musa)

Deni tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, namun dengan semua bukti yang dilihatnya membuatnya tidak busa berkata-kata, belum lagi bukti rekaman percakapan telpon antara Sandi dan Musa membuatnya marah dan tidak percaya orang terdekatnya bisa menjadi penghianat.

'Sudah nak Deni jika dirimu langsung memutus informasi, mereka akan curiga, namun untuk saat ini mulai batasi segala bentuk informasi apapun kepada Musa, bekerjalah bersama Asep, dan untuk melawan Terawan aku sudah mempersiapkan kartu Joker yang akan mendampingimu, tunggulah saatnya nak Deni orang ini akan membantumu dan aku pastikan dia tidak akan tergoda dengan bujuk rayu apapun, percayalah, untuk saat ini sebaiknya kau persiapkan dirimu untuk mengikat jiwa dengan eyang Astagina dan empu Jatmiko adalah orang yang tepat.'

"Kakek Jatmiko yang dari tadi menyimak pembicaraan tersebut, telah mengerti garis besarnya, dan saat ini yang terpenting adalah mempersiapkan tubuh Deni untuk mengikat perjanjian jiwa dengan Astagina."

Mohon maaf nak Jaya, apa boleh sekarang aku berbicara? Kata kakek Jatmiko.

'Silakan Empu, memang sudah saatnya empu mengambil peranan, karena mereka telah memiliki keris ki Anom, akan sangat merepotkan jika mereka bisa membuat perjanjian jiwa, kata pak Jaya menambahkan.'

Perjanjian jiwa akam berbeda dengan latihan fisik yang selama ini kau lakukan nak, karena yang akan dilakukan adalah pengiatan jiwa, dimana hal ini tidak bisa dilakukan dengan cara fisik, butuh mesitasi puluhan tahun agar kau siap, tapi untuk mengantisipasi hal tersebut, kakek sudah membuat pil penguat jiwa untuk berjaga-jaga, sebenarnya kakek tidak mau melakukan ini, namun melihat situasi yang ada, sepertinya tidak ada pilihan lain.

Empu jatmiko mengeluarkan pil berwarna coklat mengkilat, dan memberikannya kepada Deni.

"Minumlah pil ini agar jiwamu kuat dan siap menerima kekuatan Astagina, biarpun dirimu belum bisa memaksimalkan kekuatannya saat sudah mengikat perjanjian jiwa, tapi paling tidak kau tidak perlu meditasi puluhan tahun, kata kakek Jatmiko."

Nak Jaya bolehkah nanti aku meminjam ruang khusus agar tubuh cucuku bisa terbiasa dengan efek pil ini, sejujurnya ini adalah jalan pintas, namun ada aku belum pernah menguji pil penguat jiwa, semoga saja ini akan berhasil, kata empu Jatmiko sedikit cemas.

"Baiklah Empu Jatmiko, tempat yang kau minta akan dipersiapkan oleh Sandi, pak Jaya menatap kagum empu Jatmiko, diluar dugaan empu Jatmiko telah mempersiapkan pil tingkat tujuh, kon pil jiwa adalah salah satu pil yang sangat sulit dibuat, katanya dalam hati."

Kantung macan didunia penggemar barang gaib yang memiliki khasiat sebagai perantara kesaktian. jika dibawa bepergian biaa menghemat watu perjalanan Kantung macan ini juga bisa menggandakan uang. (sumber referensi praktisi barang gaib)

Mohon dukungannya pada para pembaca dengan memberikan

Like

Komen,

Vote dan

Tambahkam ke favorite agar Author lebih semangat lagi, dan jangan lupa untuk share cerita ini keteman-teman dan semua orang, agar lebih banyak lagi orang yang terhibur terima kasih...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!