Keluarga Xander dan Frianka telah berdatangan, Alka dan Devita menyambut kedua orang tua mereka dan keluarga yang lainnya dengan penuh senyuman.
Setelah membawa semua keluarga untuk duduk di meja makan. Mata Alka seperti mencari seseorang yang belum keliatan batang hidungnya. Reno yang mengetahui siapa orang yang tengah di cari oleh putra pertamanya pun berbicara.
“Alrez tidak usah ditunggu ka, kamu tahu sendirikan adik kamu itu pasti telat datang kesini. Karena pekerjaan yang begitu banyak dikantornya,” tukas Damareno melirik putranya.
“Tetapi kemaren aku sudah mengabarinya pa, agar jangan telat dan harus datang tepat waktu. Jika Alrez tidak datang besok pagi kantornya akan aku acak-acak biar manusia dingin itu tambah pusing,” ujar Alka.
“Siapa yang kalian bicarakan telat, saya disini,” sergah Alrez yang tiba-tiba muncul dengan tampang datarnya dan melangkah mengambil tempat duduk.
“Selamat datang kembali adikku di mansion Alkavero ini,” sambut Alka berdiri dan Alrez juga berdiri, kedua kakak beradik itupun berpelukan.
“Aku sangat senang kau datang kesini yang artinya kau memenuhi permintaan ku,” ucap Alka tersenyum.
“Ya, saya selalu memenuhi permintaan anda tuan Alkavero. Karna anda adalah kakak satu-satu yang saya miliki,” balas Alrez.
“Alrez apa kau tidak rindu dengan papa dan mama,” celetuk tuan Reno selaku ayah Alka dan Alrez.
Alrez berjalan mendekati tuan Reno dan memeluknya.
“Aku merindukan mu putraku, kau selalu saja sibuk dengan urusan bisnis mu sampai tak pernah pulang ke mansion Xander,” tukas tuan Reno.
“Saya memiliki penthouse papa, jarak penthouse ke kantor saya lebih dekat,” ucap Alrez.
“How are you mom?” Tanya Alrez.
“Mom is fine, putraku sayang,” jawab Rosalia merangkum wajah putra keduanya dan menciumnya.
Alrez memang seorang workholic, menurutnya tiada hari tanpa bekerja. Perkerjaan seorang Alrezivanno bukan hanya seorang Ceo, tetapi ada pekerjaan lainnya digeluti olehnya yang tidak ada satu orang pun dari keluarganya yang tahu. Hanya orang kepercayaannya saja yang mengetahui perkerjaannya itu.
“Ehem, sebaiknya kita makan malam saja dulu. Nanti barulah kalian lanjutan acara melepas rindu,” dehem Hendra Frianka angkat bicara untuk menyudahi acara melepas rindu keluarga Xander.
“Baiklah sepertinya TUAN HENDRA tidak sabar ingin mencicipi makan malam. Jadi alangkah lebih baiknya kita semua makan bersama,” ujar Damarino sinis menekan nama Hendra di tengah kalimatnya.
Rino adalah adik kembar Reno, Tetapi karakter keduanya berbeda, kedua pria paruh itu baya tidak ada memiliki anak kembar dari putra-putra mereka pun sama belum ada yang memilikinya diantara putra mereka tinggal Alrez saja yang belum menikah. Reno dan Rino keduanya kembar, tetapi sifat Rino sendiri adalah orang yang selalu memperhatikan sekitarnya. Maka dari itu Rino mengetahui siapa-siapa saja yang menurut pria paruh baya itu jahat. Rino sendiri sudah menduda sejak dua tahun, istrinya meninggal secara misterius dan belum diketahui siapa pelaku pembunuhan tersebut. Rino sendiri pun masih mencari dalangnya.
“Sebentar pi, sepertinya anggota keluarga kurang dua orang,” ujar Nevan anak kedua Rino. Menunjuk bangku kosong yang berhadapan dengannya.
“Oh ya, dimana Arka dan istrinya?” Tanya Rino yang melirik bangku kosong yang ditunjuk oleh putra keduanya.
“Istri! Apa Arka sudah menikah?” Kini Alrez bertanya dan angkat bicara. Pasalnya pria itu tidak mengetahui bahwa adanya pernikahan di keluarga Xander. Selama perjalanan bisnis keluar negeri tidak ada satupun orang yang menelponnya dan baru semalam pria itu mendapatkan telpon dari sang kakak yang mengabari bahwa dirinya harus datang makan malam bersama.
Belum ada yang menjawabnya, semua orang malah saling menatap satu sama lainnya, agar salah satu dari mereka saja yang menjawabnya.
“Mengapa kalian semua diam, apa kalian tidak punya untuk sekedar menjawab pertanyaan. Kalau memang Arka menikah, kenapa tidak ada yang mengabari ku satupun.” Suara Arlez naik satu oktaf, tatapan menajam kearah yang lainnya.
“Turunkan nada bicara Arlez,” tegur Rino sang paman.
“Ayolah mengapa kalian hanya diam, jawab saja pertanyaan saya apa susahnya,” ujar Arlez kembali dengan suara yang masih naik.
“Stop Alrez, baiklah aku yang akan menjawabnya,” ucap Alka menghentikan adiknya.
“Begini Arlez, kami semua tahu kamu sangat workholic. Karena kami tidak ingin menganggu ataupun mengacaukan perjalanan bisnis mu. Kami semua memutuskan untuk tidak memberitahu soal pernikahan Arka ini, Arka juga tak mau menunggu sampai kelulusan baru menikah karena anak itu takut jika gadis yang dicintai direbut oleh orang lain,” lanjut Alka menjelaskannya.
“Dan lagian juga kami belum bisa menerima pernikahan,” timpal Devita.
“Kenapa kalian tidak menerimanya?” Tanya Arlez kembali.
“Dia gadis dari kalangan rendah, uncle. Liora juga tak menyukai gadis itu.” Bukan Devita yang menjawab kali ini Liora lah yang bicara.
“Tapi kakak ipar baik, Rio menyukai kakak ipar. Rio juga sudah menganggap kakak ipar seperti kakak kandung sendiri,” celetukan Lio membuat semua tersenyum dan ada beberapa orang yang ingin muntah mendengar pernyataan Rio.
“Apa kalian masih ingin lanjut bicara atau sudah. Jika ingin lanjut sebaiknya kita diruang keluarga saja dan makannya kita tunda saja sampai selesai bicara,” ujar Hendra.
“Yang dikatakan oleh Hendra benar, jadi bagaimana apa masih mau dilanjut bicaranya atau kita akhiri saja dulu dan makan dengan keadaan tenang,” kata Reno.
“Kita akhiri saja pembahasan kita ini dan dilanjut saat sudah selesai makan malam,” tukas Rino.
“Dev panggil Arka dan istrinya untuk turun makan malam,” suruh Alka meminta Devita istrinya memanggil pasangan yang baru menikah dikamar lantai atas.
“Baik pa.” Angguk Devita, berjalan menuju lift agar cepat samapi ke atas.
“Dasar menantu menyusahkan,” guman Devita kesal.
Sesampai diatas, Devita melangkah cepat menuju ke kamar putranya dan langsung membuka pintu kamar tanpa mengetuknya.
“Mamah! Ada apa mah?” Tanya Arka sedang Serra berselimut karena kedinginan.
“Apa yang sedang kalian lakukan?” Tanya Devita balik melihat putra Arka tidak menggunakan baju.
“Kami tidak melakukan apa apa mah,” jawab Arka.
“Lalu kenapa kamu tidak mengenakan baju?”
“Ini mah, Serra kedinginan. Sedari tadi Serra bolak balik kamar mandi. Katanya perutnya sakit, kayak Serra diare mah.”
*“Hm.. rupanya rencana aku berhasil buat dia engga bakalan turun makan malam. Lagian jika dia turun yang ada semua orang tidak berselera untuk makan.” *Batin Devita tertawa tipis.
“Tapi semua orang mencari kalian dan uncle mu Arlez ingin melihat mu ka,” ujar Devita berbohong padahal Arlez sama sekali tidak mencari Arka.
“Tapi mah sepertinya Arka tidak bisa ikut makan malam bersama. Istri Arka lagi sakit mah, Arka minta tolong beritahu yang lainnya dan sampaikan permintaan maaf Arka karena tidak bisa ikut makan malam bersama,” tolak Arka, karena istrinya lebih penting sekarang ini.
“Tidak ka, mama mau kamu tetap ikut makan malam. Nanti Serra biar mama minta bibi mengatarkan makan malam untuknya dan sekaligus menemaninya,” kekeh Devita agar putranya tetap ikut makan malam bersama keluarga.
“Mah sekali ini saja ngertiin Arka, Serra lagi sakit mana mungkin Arka biarin sendirian,” ujar Arka.
“Arka tidak papa kamu makan malam saja bersama keluarga di meja makan. Biarin aku sendirian, engga apa apa kok ka. Nantikan ada bibi juga yang mengantarkan makan malam untuk ku dan menemaniku di kamar, jadi lebih baik ikut mamah ke bawah,” pinta Serra.
“Tapi sayang aku ga tega tinggalin kamu sendirian di kamar.”
“Udah aku engga papa ka, perutku juga udah mulai membaik kok.”
“Tuh kamu denger sendiri kan ka, Serra udah merasa lebih baik. Ayo turun ikut mamah, kamu mau nanti semua orang bertanya karena salah satu diantara kalian tidak hadir di makan malam keluarga saat ini,” ucap Devita.
“Oke Arka ikut mamah kebawah, tapi minta bibi secepatnya keatas menemani Serra.”
Devita menelpon salah satu pelayan untuk datang ke kamar Arka dan Serra. Sekalian membawa makanan.
“Sudah ka, bibi lagi menuju ke atas. Ayo kita turun,” ajak Devita.
“Yasudah sayang aku ikut mamah ya, bibi juga sudah naik ke lantai atas membawa makan malam untukmu. Maaf aku ga bisa nemani kamu makan.”
Serra mengangguk dan tersenyum pada suaminya. Kini Serra benar-benar sendirian di kamar seluas ini setelah punggung suami dan mama mertuanya tidak keliahatan lagi.
“Huuh ini pasti ulah mamah yang membuat aku sampai mengalami diare seperti ini. Supaya aku tidak bisa ikut makam malam bersama mereka dan mendengar pujian dari beberapa orang. Padahal aku juga tidak mengarapkan pujian dari mereka, melihat mereka menikmati makanan buatan ku itu saja sudah membuat ku merasa senang.” Tutur Serra, lalu terdiam menunggu kedatangan bibi yang diminta mama mengantarkan makan malam untukku.
****
Bersambung. . .
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian yaitu vote, like, comennt dan gifts agar author semakin semangat updatenya.
Yuk follow ig author : @dianti2609
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments
Borahe 🍉🧡
mertua laknat
2024-08-26
0
linamaulina18
jahat bgt sih devita
2023-03-31
1
Yuni MamaRizky
kasihan y seraa menantu gk d anggap
2022-07-08
4