Pagi harinya Serra bangun kesiangan, matanya terbuka ketika cahaya matahari masuk dari celah gorden. Semalam setelah dari dapur, matanya tak mau tertidur, hingga jam 3 dini hari barulah matanya bisa tertidur.
‘Ceklek’ pintu kamar terbuka dari luar, muncul suami tercintanya dengan peluh menetes dari dahi ke pipi.
“Baru bangun yank?” Tanya Arka mendekati sang istri dan mencium bibirnya.
“Iya ka, maaf ya aku bangunnya kesiangan. Tadi malam aku engga bisa tidur, entahlah aku juga tidak tahu mengapa,” terang Serra menjelaskan mengapa dia bisa bangun kesiangan.
“Ada yang kamu pikirkan semalam, hingga kamu tak bisa tidur,” ujar Arka.
Serra menggeleng, “Engga ada ka,” jawabnya.
Arka mangut-mangut paham dan mengerti.
“Ka mau mandikan? Aku siapin air buat kamu mandi dulu ya.” Serra beranjak dari ranjang, melangkah masuk ke dalam kamar mandi menyiapkan air serta handuk untuk suaminya mandi.
“Mandi bareng yuk,” ajak Arka tiba-tiba sudah berada di dalam kamar mandi dan memeluk pinggangnya.
“Arka kamu ngaggetin aku aja. Kamu mandi aja duluan aku mau turun kebawah dulu siapin sarapan buat kamu,” ujar Serra menolak keinginan suaminya untuk mandi bersama. Karena yang ada bukannya mandi Arka malam mesumin dirinya. Sebenarnya baginya itu tidak masalah, hanya saja takut kebablasan.
“Please yank, mau ya,” mohon Arka.
“Tapi aku takut kita kebab-“
“Kalau kamu pikir kita akan melakukan, aku berani berjanji tidak akan menyentuhmu berlebihan. Kecuali nanti saat kita sudah lulus sekolah, seperti permintaan mama. Jadi mau ya,” ucap Arka memelas menggenggam tangan istrinya. Semua ini dilakukanan karena perintah papanya, Arka tak mau menerima hukuman sang papa. Menurutnya hukuman dari papa sangat mengerikan, apalagi papa memiliki sifat seperti kakek dan unclenya.
“Oke aku mau.” Mendengar jawaban Serra, membuat Arka sangat senang dan mengangkat istrinya membawa kedalam bathup yang sudah berisi air dan sabun.
Hampir mau siang suami istri memilih untuk berendam bersama dengan sedikit aktivitas yang dilakukan di dalam bathup. Terlalu asik sampai melupakan orang yang berada di bawah mencak-mencak karna tak melihat putranya berada di meja makan sarapan bersama.
“Mama kenapa, kok mukanya kusut gitu?” Tanya Liora sambil tertawa pelan.
“Ini loh sayang, kakak mu itu belum turun buat sarapan pagi,” ujar Devita menjawabnya.
“Biarin aja mah, Arka sudah punya istri. Biar keperluannya ada istrinya yang mengurus,” imbuh Alka meminum kopinya dengan tenang, sesekali memeriksa ipad takut ada email masuk.
“Walaupun Arka sudah punya istri, tetapi Arka tetap anak mama pah. Jadi mama akan terus memperhatikan makannya, pakaiannya. Lagian mama belum bisa menerima pernikahan mereka,” ketus Devita, mengingat pernikahan putranya yang menikah terlalu cepat. Selalu membuatnya mau marah mengingatnya.
“Iya mah, mana nikahnya sama gadis miskin dan kampungan seperti itu. Liora juga belum bisa terima kakak nikah,” sambung Liora berkata pedas.
“Liora jaga bicaramu, dia tetap kakak iparmu,” tukas Alka menegur putrinya agar menjaga ucapan. Seolah-olah merendahkan derajat seseorang, padahal Alka sendiri tidak pernah mencela siapapun. Menurutnya semua sama di mata sang maha pencipta.
Liora hanya diam ketika papanya yang sudah bicara.
“Tapi kak Serra baik kok kak Lio, mah.” Timpal Avrio yang sedari tadi diam menikmati sarapan pagi.
"Benar son, kakak iparmu orang yang baik dan sangat sopan, itulah mengapa papa menyetujui pernikahan mereka," tutur Alka, membuat senyum Avrio mengembang mendengar penuturan sang papa.
Avrio adalah adik Arka yang terakhir, Avrio paling berbeda diantara mereka karena anak itu tidak bisa berjalan sehingga hanya bisa duduk di kursi roda. Cara berpikirnya pun sangat lemah, tapi anak itu selalu strong dan tak mau menunjukkan sisi lemah pada orang lain. Devita sebagai ibu tidak terlalu memperhatikan anak terakhirnya.
“Belain aja terus, dia kan kakak kamu,” dengus Liora kesal pada sang adik.
“Sudah-sudah sebaiknya kita lanjutkan sarapan. Mah ayo sarapan, Arka biar istrinya yang mengurus,” tukas Alka menghentikan pembicaraan mereka saat di meja makan dan menghindari pertengkaran yang berlanjut.
Devita tidak berani membantah perkataan Alka. Devita memilih untuk menurut dan memakan sarapannya, ketika sarapan mereka selesai barulah kedua pasangan yang baru satu minggu menikah itu terlihat menuju meja makan.
“Jam berapa ini, kenapa baru bangun?” Ketus Devita bertanya dengan menatap marah menantunya.
Tubuh Serra seketika menegang mendengar nada ketus keluar dari mulut mama mertuanya. Serra bingung memberikan jawaban seperti apa, karna alasan apapun yang keluar dari mulutnya pasti tetap tidak diterima oleh mama mertuanya yang galak menurut gadis itu.
“Tadi malam aku engga bis-“
“Serra engga bisa tidur tadi malam ma, dia kelonin aku sampe tidur. Baru Serra bisa tidur,” sela Arka yang memberikan alasan, agar mama tak memarahi istrinya.
Serra menatap Arka bertanya, kenapa suaminya malah berbohong. Padahal tadi malam memang dirinya tak bisa tidur. Mungkin suaminya tak ingin melihat dia kena marah.
“Oh benarkah itu, tapi kalian tidak melakukannya kan?” Devita bertanya memastikan kembali.
Keduanya menggelengkan kepala bersamaan.
Devita merasa tenang sekarang, padahal dia tahu bahwa seorang pria pasti sangat susah menahan keinginan untuk menyentuh wanita yang sudah sah menjadi istri. Tapi ini Devita lakukan sebenarnya untuk mencegah agar keluarga Xander tak memiliki cucu dari perempuan kalangan bawah seperti istri putranya itu. Nanti setelah kelulusan keduanya bagaimana pun caranya keduanya harus bercerai.
“Baguslah mama lega mendengarnya... Arka mau makan apa? Biar mama ambilin,” ujar Devita menawari putranya sarapan pagi.
“Biar aku aja mah, yang menyiapkan makan untuk Arka,” kata Serra.
“Memang saya tidak boleh, menyiapkan makan untuk putra saya. Sebelum ada kamu juga saya yang menyiapkan sarapan untuk putra saya,” sahut Devita berkata pedas.
Berhubung Alka sudah meninggalkan meja makan, itulah yang membuat Devita mempunyai keberanian berbicara pedas. Jika ada Alka pasti lelaki itu akan menegurnya kembali dan menasehatinya. Jadi ini kesempatan untuknya berbicara semaunya.
“Mamah masih bolehkan sayang menyiapkan sarapan untuk kamu?” Tanya Devita pada putranya dan melirik sinis menantunya.
“Iya mah, boleh kok,” jawab Arka.
“Sayang kamu duduk disini samping aku, kamu mau makan apa biar aku ambilin,” ucap Arka.
“Aku mau roti pakai selai nutella aja ka,” sahut Serra tersenyum. Tingkah mama mertuanya memang keterlaluan, tapi dia harus sabar menghadapi mama mertuanya dan selalu berpikir positif.
“Istri mu itu masih punya kedua tangan loh ka. Biarkan dia mengambil makanan untuk dirinya sendiri,” lontar Devita.
“Engga papa ka, biar aku ambil sendiri aja," sergah Serra mengambil roti dan mengoleskan sedikit selai nutella. Sebenarnya jika dirumah kontrakan bersama ibunya, ibunya atau dia sendiri pasti akan memasak nasi goreng untuk sarapan pagi mereka.
"Sarapan orang kaya memang beda.” Batinnya.
“Oh ya Serra, nanti sore bantuin pelayan lainnya masak didapur. Malam ini papa mengadakan makan malam bersama keluarga besar Xander dan Frianka,” ujar Devita.
“Loh mah, kan banyak pelayan yang bisa masak. Kenapa Serra juga harus ikut membantu di dapur,” protes Arka tidak terima dengan perintah mamanya menyuruh istrinya juga membantu di dapur.
“Ini semua agar keluarga besar kita tahu bahwa menantu Xander bisa masak. Jadi mama hanya ingin melihat kamampuan Serra di dapur,” kata Devita ngasal, padahal hanya ingin mengerjai menantunya itu.
“Tapi mah, Serra kan memang bisa memasak. Buktinya selama satu minggu ini Serra sering bantuin memasak di dapur. Bahkan kadang Serra sendirian memasak hanya untuk makan malam kita,” ucap Arka membela istrinya.
“Iya Arka, mamah tahu itu. Tapi keluarga besar kita belum mengetahui kemampuannya berada di dapur dan belum pernah mencicipi rasa masakannya,” sahut Devita kembali.
“Aku tidak setuju mah, jika Serra harus ikut membantu di dapur. Karna istriku bukan pembantu.”
“Mamah tidak ada mengatakan bahwa istri mu pembantu ka. Mamah hanya ingin keluarga kita mengetahui bahwa istrimu bisa memasak itu saja.”
“Tetap Arka-“
“Sudah cukup ka, yang dibilang mamah benar. Keluarga Xander atau Frianka belum tahu kemampuan ku memasak dan mereka juga belum pernah mencicipi masakan ku. Jadi ijinkan aku membantu pelayan memasak di dapur,” sergah Serra menghentikan perdebatan ibu dan anak. Dia tahu bahwa suaminya ini membelanya, tapi jika tidak dihentikan sudah dipastikan perdebatan ini tidak akan selesai.
“Itu Serra saja mau ka, jadi apalagi yang mau kamu permasalahkan,” tukas Devita.
Arka mengalah dan mengijinkan Serra. Padahal dirinya tidak suka istrinya berada di dapur. Tapi hanya untuk kali ini saja dia membiarkannya.
****
Bersambung. . .
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian yaitu vote, like, comennt dan gifts agar author semakin semangat updatenya.
Yuk follow ig author : @dianti2609
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments
linamaulina18
CK selalu Mandang dr kasta
2023-03-31
0
linamaulina18
ank yg bungsu g perhatikan giliran arka sudah menikah aja d kekang ck
2023-03-31
0
Qaisaa Nazarudin
Gila nih mah ortu,bener apa yg Alka bilang coba aja mama nya memposisi kan diri nya di tempat istrinya Arka,Apa perasaannya??!🙄🙄
2023-03-24
1