Sore ini terasa sangat sibuk bagi seorang Serra Alifiana. Menantu dari cucu pertama Xander yaitu Arkananta. Dari jam 16:00, Serra sudah berkutat dengan segala bahan-bahan lainnya di dapur bersama para pelayan yang memang ditugaskan di dapur. Ini semua Serra lakukan memenuhi perintah mama mertuanya dan gadis itu sebenarnya memang sangat suka memasak.
“Nona tidak lelah, sudah satu jam lamanya berada di dapur?” Tanya salah satu pelayan.
“Tidak bi, aku malah senang membantu kalian memasak,” jawab Serra tersenyum.
“Kalau misalkan nona lelah, nona istirahat saja.”
“Iya bi, aku pasti akan istirahat jika sudah merasa lelah.”
Serra berjalan kearah meja makan mengecek satu persatu makanan yang sudah matang dan berada di atas meja.
“Apalagi ya yang kurang,” pikirnya sambil telujuknya mengetuk dagunya mengingat-ingat masakan apalagi yang belum ada di meja makan.
“Sebaiknya aku tanya pelayan di dapur saja.” Serra berbalik melangkah ke dapur.
“Bi Tri” panggilnya.
“Ada apa nona?” Tanya Tantri menghampiri Serra dan berdiri dihadapannya.
“Ini bi aku mau tanya, itu di meja makan masakannya sudah apa masih ada yang mau dimasak lagi?” ujar Serra bertanya.
“Sebentar nona bibi tanyakan sama ibuk Paulia. Takut ada yang masih kurang.” Pamit Tantri mendatangi Paulia yang tengah berada di pavilium.
Serra memilih duduk di kursi dapur menunggu kedatangan Bi Tantri yang pergi mendatangi Ibu Paulia sebagai orang yang mengatur semua di dapur bisa di sebut Ibu Paulia adalah ketuanya.
“Nona mau saya buatkan minum,” ujar salah satu pelayan menawarkan diri untuk membuatkan minum.
Serra menggeleng, “Tidak usah kak Inne, aku tidak haus kok,” ucapnya.
“Baik nona, nanti kalau mau panggil saja saya,” ucap pelayan yang bernama Inne pergi meninggalkan Serra untuk melakukan pekerjaannya kembali.
Setelah menunggu hampir sepuluh menit, kini Bi Tantri sudah berdiri dihadapan dengan nafas ngos-ngosan. Mungkin karena berlari.
“No-na ma..af saya la-ma da..tangnya,” kata Bi Tantri terbata-bata.
“Tarik nafas dulu bi, baru ngomong,” kata Serra terkekeh mendengar perkataan Bi Tantri yang terbata-bata.
Bi Tantri melakukannya, wanita setengah baya itu menarik nafas dan menghembuskannya. Sekarang nafasnya mulai teratur.
“Bibi minta maaf ya non, karna lama,” ucapnya meminta maaf.
“Yaampun bi, tidak apa apa.”
“Tadi ibuk Paulia bilang katanya adiknya tuan Alka akan datang saat makan malam nanti. Ibu Paulia juga mengatakan jika adiknya tuan Alka yaitu tuan Arlez sangat menyukai sate taichan. Jika makanan itu belum ada diatas meja makan, ibuk Paulia berpesan agar makanan itu juga dibuatkan.” Jelas Bi Tantri panjang lebar.
“Itu saja bi, atau ada lagi?”
“Hampir saja bibi lupa, tuan Arlez biasanya akan minum kopi setelah selesai makan.”
“Hah, yang benar saja bi. Habis makan langsung minum kopi, apa adiknya papa tidak begah perutnya lanjut minum kopi setelah makan,” kaget Serra dengan perkataan Bi Tantri.
“Bibi tidak tahu soal itu non, tapi Ibuk Paulia mengatakan seperti itu tadi non,” ujar Bi Tantri.
“Oke baiklah bi, aku akan membuatkan makanan dan kopi untuk adiknya papa itu.”
“Perlu bibi bantu non.”
Serra menggeleng, “Tak usah bi, biar Serra saja yang membuat sendiri.”
Serra segera menyiapak bahan-bahan kembali untuk membuat sate taichan. Ini bukan pertama kalinya gadis itu membuat taichan. Gadis itu sudah sering membuatnya saat teman-temannya berkumpul dirumahnya mengerjakan tugas bareng, disitulah mereka menyempatkan untuk membuat makanan yang simpel dan cepat matang.
Setengah jam kemudian sate taichan yang dibuatnya pun matang. Serra menatanya dipiring dan membawanya ke meja makan.
“Ehem, apa makanan ini sudah semua?” Serra terlonjak kaget, mendengar deheman dan pertanyaan seseorang yang tak lain mama mertuannya.
“Sudah semua mah,” jawabnya cepat menetralkan rasa kagetnya.
“Bagus, jangan sampai ada yang kurang satupun. Karena ini keluarga besar Xander dan Frianka akan datang. Saya tidak mau dipermalukan karena masalah makanan yang kurang di atas meja ini,” ketus Devita.
“Heran banget, apa mama mertuanya ini tidak bisa bicara dengan nada biasa saja tidak selalu ketus terus setiap bicara dengannya. Sensi sekali, harus tetap sabar Serra dan semangat untuk membuat mertua mu baik padamu,” ucapnya dalam hati selalu mengucapkan kata sabar.
“Iya mah, sudah Serra pastikan makanan di atas meja makan lengkap dan tidak ada kekurangannya,” tuturnya.
“Hem baguslah! Oh ya saya hanya ingin mengingatkan jika kamu tidak ingin sakit hati malam ini, jangan keluar kamar dan tetaplah berada dikamar. Itupun jika kamu tak ingin mendengar omongan-omongan kami nanti malam, karena jujur saja kami belum bisa menerima kamu sebagai menantu kami.”
“Iya mah, Serra mengerti. Sebisa mungkin Serra akan kuatkan hati. Serra juga akan berusaha membuat kedua keluarga besar menerima Serra sebagai menantu kalian,” dengan tenang Serra mengatakannya.
Perkataan Serra membuat Devita mendengus kesal.
“Dia pikir semudah itu membuat kami bisa menerimanya. Saya akan pastikan kamu tidak akan pernah diterima dikeluarga saya maupun Xander.” Batin Devita menyunggingkan bibirnya dan berlalu melangkah pergi.
“Huhh, mama sangat menguji kesabaran ku hari ini. Serra sebagai menantu yang baik hati dan lembut harus bisa menahan kesabaran,” kata bicara sendiri mengusap dadanya.
“Lebih baik aku bersiap untuk makan malam nanti.” Serra melenggang melangkah pergi menuju ke kamarnya di lantai atas.
****
Bersambung. . .
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian yaitu vote, like, comennt dan gifts agar author semakin semangat updatenya.
Yuk follow ig author : @dianti2609
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments
Yani Cuhayanih
Kalo gk setuju kenapa di nikahkan aneh.saja nih ibu mertua....ketika dia lahir gk langsung pake baju sama telanjang sombong amat tuh ibu mertua....
2023-05-23
1
Yuni MamaRizky
fight serra
2022-07-08
0
Sri Asih
lanjut
2022-02-18
0